2. Dia siapa?

2334 Words
Kami berjalan menyusuri koridor. Setelah dari kantin menyerahkan penjualan yang akan dijual nantinya, aku dan Noel ke perpustakaan sebentar. Noel itu kutu buku. Ia sangat rajin belajar dan mampu membuat orang orang akan tercengang dengan kecerdasan yang ia punya. Terkadang aku merasa sangat bodoh jika dekat dengan Noel atau semisal kami belajar bersama. Kesenjangan dalam menampakkan orang yang berilmu dan tidak bisa terlihat dengan jelas. Ya walau aku tak sebodoh itu, namun kalau di bandingkan dengan Noel ya aku kalah jauh. Pemuda ini bahkan berdebat dengan para pimpinan Negara saat di televisi. Ia bahkan membuat sekolah menjadi bangga atas apa yang ia jabarkan. Menang dalam berbagai olimpiade dan menyabet banyak piala baik dari negeri maupun luar negeri. Mampu memimpin rapat perusahaan saat Papanya sedang sakit maupun rapat diluar negeri. Noel sangat pintar dan mampu membuat semua orang kaku jika berada di dekatnya. Bahkan di gadang gadangkan kalau otak Noel harus di museumkan jika ia meninggal. Aku yang mendengar itu dari orang orang sangat marah karena kelakuan mereka yang menganggap Noel adalah mahluk tak berharga layaknya hewan langka. Ketika kami masuk kelas, semua murid sudah di dalam. Aku dan Noel menjadi pusat perhatian. Yah, aku sudah biasa sih di perhatikan begini. Soalnya kalau sama Noel pasti di jadikan sorotan. Tapi bukannya kita dapat banyak fans saat bersama Noel. Malahan akan mendapatkan haters yang banyak. Soalnya kan Noel itu most wantednya sekolah. Jadi ya wajar banyak yang menyukainya. Dan kita yang dekat dengannya malahan akan banyak haters. Sialan!. “Ciaa pasutri udah datang nih,” kata seseorang yang mulutnya seperti lambe turah. Namanya itu Eggy Hariansyah. Cowok dengan tinggi sekitaran 180 cm dan memiliki wajah tampan dan kulit putih. Tapi kau harus tau mulutnya tak setampan wajahnya. “Apaan sih lo Eggy ribut tau nggak!” Kalau yang ini sahabat aku namanya Jessie. Cewek bule dengan rambut berwarna pirang hingga pinggang ini sahabatku dari SMA. Orangnya sangat baik dan ya karena orang tua nya kaya jadi dia sedikit royal. Katanya uangnya bingung mau di letak dimana. Ya kami sebagai fakir selalu menampung uang Jessie. Jessie sering mengajak kami makan di restoran terkenal. Tau tidak definisi ‘sultan mah bebas’. Nah cocok deh dengan Jessie. “Entah nih mulut kok kayak lambe turah yang nggak pernah di kasih gosip pedas,” sinisku. “Yaelah Key bercanda atuh, jangan ngambek gitu dong,” katanya sambil mencubit pipiku dan kau tau,tangannya langsung di genggam erat oleh Noel yang melihat Eggy yang sedang mencubit pipiku.Seperti yang ku bilang sebelumnya bahwa Noel Archandra Kesuma adalah orang yang sangat overprotective sekali. Jadi jangan heran dengan perilakunya. “Jangan nyubit orang sembarangan,” katanya dengan wajah datar. Datar sedatar jalanan aspal. “Oh oke bro jangan serius amat dong” “Iya jangan gitu banget kan gue udah bilang” “Hehe iya Noel jangan terlalu serius banget nanti matanya jatuh,” Seketika Noel melepaskan tangannya dari tangan Eggy. Eggy bukannya takut. Hanya agak ngeri kalau Noel menatap horror kepadanya. Mengerikan sekali melihat mata tajam cowok tersebut. “Oh ya pulang nanti makan yuk guys,”ajak Jessy untuk melepaskan kecanggungan yang terjadi. moodboster emang dia. “Gue sih sip aja,” Ucap Eggy yang langsung diberi acungan jempol oleh Jessie. “Kalau gue sih oke aja,tapi kalau Noel nggak tau nih,” kataku sambil melirik Noel yang sedang membaca buku Kimia. Memang bocah sialan! Dia selalu saja tidak mau di ajak bicara. Kalau bicara pasti setengah setengah seperti orang yang mau buang hajat. Astaga jorok sekali kau Key! “Gue ikut kalau lo ikut,” masih dengan wajah datar dan menatap buku. Ingin sekali aku menampar wajah tampannya itu dan mengoyaknya. Benar benar menyebalkan. Noel memang jarang berekspresi. Dia hanya akan memberi respon lebih saat hanya bersamaku. Kalau memberi respon terhadap yang lainnya mungkin sesekali atau beberapa kali saja jika ia dalam suasana hati yang tenang. Selebihnya Noel akan memberi tatapan datar dan hanya anggukan kecil saja atas tindakan seseorang padanya. “Oke fix kita bakalan pergi selesai pulang sekolah gimana?” “Heee iyaya yang penting lo yang bayar kan?” “Iyaya kalem aja lo pada, makan aja sepuasnya” “ANAK SULTAN MAH BEBAS,” seru kami serempak bersamaan dengan Eggy dan di iringi tawa Jessy. Dia memang tak akan pelit pada uang. Bisa di bilang royal sih. Tapi yasudahlah selagi di pakai untuk yang baik kan tidak apa apa. Pelajaran pertama itu Kimia. Pelajaran kesukaan Noel, lah kalau aku sukanya pelajaran bahasa arab, biar cepat naik haji. Sumpah itu hanya candaan. Aku menyukai pelajaran bahasa Inggris. Bahasa yang paling aku minati dari dulu. Aku menyukai bahasa Inggris sejak aku menonton film twilight. Dari situ aku tertarik dengan bahasa Internasional tersebut. “Anak anak hari ini kita akan mengadakan ulangan,” kata pak Rahmat. Ah, dia memang suka sekali memberi ulangan mendadak. Selalu kesal dengan guru beperut buncit ini. Hei, aku tidak diskriminasi atau apapun. Ini murni karena perawakannya yang tampak begitu. Pak Rahmat ini sebenarnya enak orangnya. Ramah dan murah hati. Namun agak ganjen. Ah, suka sebal kalau mengingat dia yang sering menggodaku di depan kelas. “Yahh pak jahat banget sih, masa ulangan mendadak gini?” melas beberapa murid kepada sang guru. Ya aku hanya cengo saja mendengar perkataan itu. Mau bagaimana lagi? Kalau tidak bisa ya tidak usah di jawab. Gampang kan? “Lo pada nggak tau ya jawabannya ya kan? Makannya jangan kebanyakan nonton winnie the pooh lo pada di rumah,” aku mengejek Ucup dan Jessy yang duduknya di depanku. Sedangkan Eggy hanya selaw kayak di pulau. Dia duduk di barisan kedua samping mejaku. “Lo kok biasa aja nyet?” tanya Ucup. Nama sebenarnya adalah Ibnu Sabil. Tapi banyak yang memanggil dia Ucup. Katanya wajahnya seperti Ucup Nirin. Padahal bukan seperti Ucup Nirin. Hanya saja seperti bang ocid. Haha, bercanda. Wajahnya lumayan kok. Lumayan untuk di tampar. Buahaha(tertawa jahat). “Gue mah mengalir aja lah,” jawab Eggy santai dengan badan yang di senderkan di bangku dan tangan yang masuk ke dalam saku celana. Memang dia mah santai anaknya. Nggak peduli banget sama pelajaran. Baginya belajar itu jangan terlalu di paksa. Serahkan aja sama Tuhan. Jangan di tiru deh, Setan itu mah. “Yasudah bapak kasih kalian waktu 5 menit untuk belajar,” “Yahh pak jangan 5 menit napa. 5 jam gitu kek,” melas Jessy. “Ya sudah jadinya 3 menit, mulai sekarang” interupsi pak Rahmat. Sabar mah inces kalau udah kayak gini. Untung kemarin malam udah belajar. Belajar mencintai oppa. Andai saja sabar dapat di ubah menjadi mas. Aku pasti akan menjadi kaya sekarang dan memamerkan pada orang orang yang menyakitiku dengan perkataan mereka tentang harta. Apalah sebuah harta kalau tidak ada etika yang mendasar pada diri seseorang. Sama saja nol besar jawabannya. Waktu belajar 5 menit selesai. Tidak usah ditanya bagaimana aku belajar. Hanya bolak balik buku saja sampai pusing. Ya mana ada orang belajar mendadak selama lima menit. Kalau misalnya orang itu adalah Noel mungkin akan menjadi lain katanya. Dan sekarang pak Rahmat sedang membagikan kertas ulangan. Dan parahnya itu di kasihnya 50 soal dalam waktu satu jam. Langsung sesak ginjal ku melihat semua ini Alfunso. Adakah kamera di sini? Aku ingin melambaikan tangan dan permisi ke toilet. Rasanya aku ingin buang hajat sekarang. “Woiii lo udah siapin kopekan belum?” bisik Jessy kepadaku. “Kagak lah, mana berani gue s***p,” “Woiii Noel minta jawaban no 1- 50 dong” bisik Ucup ke Noel yang sedang fokus menjawab soal. “Et dah lo mau contek atau merampok b*****t?” gerutuku pada Ucup dan langsung mendapatkan sentilan kecil dari Noel. Noel selalu marah jika aku mengatakan kata k********r. Dia akan melakukan hal tadi nih kayak gini. Ini semua gara gara Ucup. Emang nih anak kebanyakan makan micin jadi otaknya g****k gitu. Menurutku Ucup adalah teman yang paling s***p dan frontal setelah Eggy. “Gimana nih gue bingung banget jawabnya,” gumamku yang kesulitan menjawab pertanyaan dari guru Kimia kami. Entah kenapa hari itu aku sedang blank dan tidak bisa berpikir lancar. Ya lagipula mana ada ulangan langsung di kasih 50 soal dalam satu jam lagi. Gila, otakku mana sanggup seperti itu. Memangnya aku anak Albert Enstein yang baca buku sekejap langsung hapal? “Yang mana?” kata Noel yang melihatku kebingungan.”Sini biar gue bantuin”. “Dah nggak usah lo kerjain aja punya lo sendiri” “Nggak! udah sini gue bantuin aja. Gak usah sok kalau otak lo itu bodoh,” ucap Noel dengan menatapku jenaka. Noel kalau sudah begini akan membuatku kesal saja. Aku melihat wajahnya sembari menunggu jawaban. Tatapan tajam dengan mata cokelat terang itu sepertinya mampu membuat para lawan akan mundur dengan teratur. Bahkan wajah maskulin milik Noel mampu membuat para murid di sekolah hormat dan malas berdebat dengan Noel. “Emm yaya nah dasar keras kepala." aku memberi kertasku pada Noel. Dan Noel mengajariku pelajaran Kimia yang paling sulit buatku yaitu tentang larutan atau apalah kagak tau dah. Beneran dia kasih tau rumusnya saja membuat ususku mau muntah. “Nih caranya dah gue jelasin tinggal lo pikir aja hasilnya gimana, kalau yang nggak ngerti tanya lagi ke gue“ kata Noel sambil menyerahkan buku ku yang sudah sedikit diisi olehnya. “Thanks Noel sayang” “Apaan sih lo” “Haha cie baper ya,”godaku sambil ku cubit pipinya yang lembut itu. Gila ya! Cowok tapi semua anggota tubuhnya lembut bagai p****t bayi. Aku saja kalah dengan kelembuatannya. “Nggak ah B-aja,” dia menyingkirkan tanganku. Aku hanya menahan tawa saja melihatnya malu begitu. Menggoda Noel memang seru. Pipinya langsung merah kalau aku goda. Padahal kan bercanda. Baperan mungkin di ya? Tiba tiba suasana kelas sedikit riuh ,entah ada apa gerangan sampai ku lihat mereka sangat antusias melihatnya. Dan ada satu hal yang kalian harus tau dariku . Aku itu manusia KE to the PO,dan benar saja kakiku langsung mau melangkah meninggalkan mejaku. Tapi ada sebuah tangan yang menarikku untuk duduk kembali di kursiku. Ya siapa lagi kalau bukan Noel yang overprotective ini. “Udah duduk sini aja, “ “Tapi gue mau liat bentar ya,” kataku yang berusaha berdiri lagi. Tapi tangan Noel menahan ku kembali. Demi Tuhan, bisakah ia tak menyebalkan satu hati saja. Selama hidup ini aku hanya menjalani hal monoton atas perintah itu. Dan bodohnya aku mengikuti apa perkataannya. Coba jelaskan siapa yang salah? “Nggak,kerjakan dulu ini baru bisa sesuka hati lo." dia mendudukkan ku kembali. Lalu menceburkan dirinya dalam kemelut pelajaran yang bahkan aku tidak sanggup menyelesaikan ini. “Aishhh, nggak asyik banget sih." aku memanyunkan bibirku karena kesal. Dan kau harus tau ya Noel menahan tawanya melihatku seperti itu, pikirlah betapa menyebalkannya dia. Terlihat sesosok pria dengan menggunakan seragam sekolah kami. Wajah nya sangat tampan,tingginya sama dengan Noel yaitu 180 cm. Wajahnya mulus dan putih seperti perawatan setiap harinya, Hidungnya mancung seperti perosotan TK dan mata nya berwarna pure hazel. Sangat tampan sekali untuk ukuran manusia jika di bandingkan dengan Ucup. “Perkenalkan dirimu sekarang nak” “Baik pak,” Dia mulai sedikit maju ke depan dan memperkenalkan dirinya dengan senyuman menggoda para kaum hawa. Ya Tuhan, apa benar ada manusia titisan dewa yang hadir di bumi? Kenapa ia terlihat lebih dari manusia? Benar benar tampan. “Namaku Joe Binarawa Cakrawala umur 18 tahun pindahan dari sekolah di London,” katanya menjelaskan. Dan apa yang membuat teriakan ini sangat histeris? yaitu teriakan dari para gadis yang memandangnya. Aku sendiri saja terpukau dengan wajah nya yang sangat tampan. Jika di dalam komik, mungkin kelas ini akan mimisan dan mengeluarkan asap dari kepala secara bersamaan. Serius, dia memang setampan itu. “Ganteng banget. Curiga gue tuh orang blasteran surga sama Eropa” “Makasih,” ucap Noel acuh dengan tangan yang masih menulis soal soal Kimia. Kini matanya mengacuh lagi pada soal berikutnya. Membuat kesal saja. “Bukan lo tapi tuh cogan di depan ganteng binggo nggak tahan gue liatnya” “Gantengan juga boneka Chucky” “What the hell? dari mananya pangeran kayak gitu lo samain sama boneka Chucky? Dan lagipula, emang lo tau jenis kelamin tuh boneka? ”kataku mengerutkan dahi karena mendengar pengakuannya. Ya gila saja boneka chucky. Yang ada sekarang wajahnya merengut bagai boneka Annabelle. Enak aja bilangi orang boneka seram itu. Dia tidak tau apa? Jantungku bahkan berdegup kencang saat beberapa kali ia tertangkap basah tengah menatapku. “Dah kerjain soal ini dulu baru ngomong,” tegasnya menyuruhku menulis kembali soal yang sedang di kerjakan. Kau hidup terlalu monoton sekali teman. Gerutuku dalam hati. Mataku kembali mengarah ke depan. Entah kenapa tatapan mata itu mengarah padaku. Aku takut di bilang geer. Tapi tatapan mata sendu namun sedikit tajam itu menyiratkan satu hal. Perasaan benci Perlahan kembali ku tatap mata itu. Itu benar tatapan yang mampu membuat orang orang merinding. Jelas sekali dari wajahnya dan tarikan simetris di bibirnya. Bukan padaku, tapi pada… “Jauhi dia jangan dekati dia. Gue gak terima penyanggahan dari lo” ucapnya lalu keluar permisi pada guru ingin ke perpustakaan. “Kamu boleh duduk sekarang, duduk disitu di samping Eggy ya,” pak Rahmat yang menyuruhnya duduk di samping mejaku. Aku duduk di barisan nomor 1 dekat jendela paling belakang bersama dengan Noel. sedangkan anak murid itu duduk di samping mejaku. Demi neneknya Tapasya, ini nggak lagi mimpi kan? “Terima kasih pak,” Dia menundukkan tubuhnya dan berlalu duduk tepat di samping mejaku. Aku menatap wajahnya terus. Sampai akhirnya dia kembali menatap mataku dan kami saling tatap tatapan sekitar beberapa detik. Kan bener dia menatap mataku juga. Berarti bukan sebuah kepedean yang meningkat tinggi. Memang ia menatap diriku. Tapi tatapan itu beda dari yang tadi. Sekarang lebih manusiawi dan manis. “Hai gue Joe lo siapa?,” sapanya sambil menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalaan. “Oh, hai, Kyra” “Kei?” “Yaps, iya Kyra Asyilla lebih tepatnya” “Nice too meet you” “Mee too” Aku berikan senyuman manis untuk menyudahi sapaan halo yang membuatku tak tenang ini. Ah, maksudnya sedikit kurang nyaman. Aku tidak tau alasan sebabnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD