3. Party II

1294 Words
Suara musik EDM langsung menyambut alat pendengaran mereka bertiga begitu memasuki ruang pesta. Saki melirik Sanka, Sanka melirik Randra, Randra mengangguk dan melangkah menuju tempat makanan dan minuman berada. Saki dan Sanka tentu ikut melangkah. Mereka bertiga memang tidak terlalu suka menari, dibanding itu mereka tentu memilih makanan. "Saki, kudengar bisnis ayahmu mulai menurun." Sanka berucap, dia mendengar kabar tersebut dari pamannya yang adalah teman dekat ayah Saki. "Hmm, yah, aku mungkin akan menjadi kelas rendah sebentar lagi." balas Saki lesu. "Hei bung, jangan lesu seperti itu. Biarpun kau menjadi kelas terendah sekalipun, kau akan tetap menjadi sahabat kami." Randra membalas, lengannya kini bertengger di bahu Saki. "Ya, Saki! Dia benar!" Sanka berseru, dia membenarkan ungkapan Randra. "Kalian lebay, tch." Saki yang mendengar menjadi geli sendiri. Padahal jauh di dalam pikirannya, Saki bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka berdua. "Kau tahu, brown oil memang minuman yang paling enak." Saki menyeruput minumannya yang bernama brown oil. "Ya, kau benar! Brown oil memang minuman yang paling enak dari semua minuman yang pernah aku coba." Sanka juga menyetujui ucapan Saki tentang brown oil adalah minuman yang paling enak semasa hidupnya selama tujuh belas tahun ini. "Ck, menurutku, brown oil bukan apa-apa jika dibanding red oil." Randra menyahut, dia berbeda pendapat dengan kedua temannya itu. "Ya-ya Randra, kita berdua tahu kau memang tergila-gila dengan red oil." Saki merotasikan matanya malas. Ooh! Siapa yang tidak tahu, bahwa Randra adalah penggila red oil. "Hei kalian bertiga!!" teriakan dari arah belakang membuat mereka bertiga kompak melihat siapa yang memanggil mereka. M-Robot muda dengan rambut wignya yang berwarna hitam legam melangkah mendekati mereka. "Ya Rai? Kau juga menghadiri pesta ini? Memangnya kau diijinkan oleh para leluhur?" tanya Randra melihat sepupunya menghadiri pesta seperti ini. Rai adalah yang kedua dari yang termuda dari keluarga besar Randra. Di keluarga Randra, robot bungsu adalah robot yang harus paling mereka jaga. Entah apa tujuannya. "Hh, kau tau sendiri bagaimana sikap mereka terhadapku. Kau pasti sudah menebak bukan?" tanya Rai dengan sedikit murung. "Kau pasti kabur, aku benar bukan?" bukan Randra yang menjawab, melainkan Sanka yang sekarang masih menyesap brown oil-nya. "Haha, kau benar kak." "Apa-apaan kau ini! Kau memanggil Sanka dengan sopan, sedang dengan aku, tch, tak usah bertanya seberapa buruknya kau dalam berbicara denganku!" kesal Randra. Sepupu Randra memang sama sekali tidak ada sopan santun jika berbicara dengan Randra. "Randra, kau juga tahu sendiri 'kan, bagaimana sikapmu jika denganku?" ucap Rai malas. Sanka terkekeh, dia merasa asik jika melihat perdebatan antara kedua sepupu ini. "Sudah-sudah, jangan ada perdebatan di pesta meriah ini." Saki yang jengah menghentikan perdebatan kedua saudara itu. Saki mengambil brown oil di meja di dekatnya, dirinya mulai melangkah menjauhi kedua sahabatnya. "Saki, mau kemana kau??" tanya Randra dengan berteriak ketika menyadari bahwa Saki mulai berjalan jauh dari mereka. "Mau mencari brown oil yang banyak." Saki membalas dengan berteriak tanpa menoleh kebelakang. *** Saki berjalan dengan pelan, dia sedang berada di halaman belakang perumahan no.176-rumah yang mengadakan pesta sekarang. Dirinya sedang memikirkan nasibnya kedepan. Bagaimana kehidupannya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi robot kelas rendah, pikir Saki. "Ck, kenapa para robot kelas atas membangun pabrik desain kulit?? Gara-gara itu, ayah menjadi tidak laris lagi." gumam Saki kesal. Dia tidak habis pikir, kenapa para kelas atas selalu ingin RC menjadi semakin canggih. Padahal menurutnya, untuk sekarangpun RC sudah menjadi negara yang canggih sekali. "Saki." tepukan ringan terasa di bahu kanan Saki. Saki refleks menoleh, mendapati sebuah F-Robot berambut pink cerah. "Ya?" "Boleh aku duduk di sampingmu?" F-Robot muda itu menunjuk bangku di sebelah Saki dengan dagunya. Saki mengangguk, menepuk pelan bangku di sampingnya. F-Robot itu terlihat girang, dia langsung saja berpindah tempat ke samping Saki. "Kau tahu Saki, aku dari dulu sudah mengagumimu." ucap F-Robot itu tiba-tiba. Saki tidak terlalu terkejut mendengar pengakuan seperti itu. Sudah dibilang bukan, Saki cukup populer dikalangan F-Robot muda. "Ya, terimakasih." balas Saki dengan pandangan lurus ke depan. "Eem, Saki, boleh aku tau id chat- mu?" F-Robot itu bertanya dengan kepala yang menunduk-entah kenapa tiba-tiba merasa segan. "Maaf, tapi aku tidak memberi id- ku ke sembarang robot." Saki menolak, dirinya memang tidak dengan mudah memberi id chat-nya ke sembarang robot, apalagi yang baru pertama kali ia jumpai. Setelah itu, hening. F-Robot tersebut tidak berani lagi untuk mengucapkan satu katapun. Duarr Suara ledakan terdengar sangat keras. Saki terlonjak kaget, begitupun F-Robot yang berada di sampingnya. Saki langsung saja melangkah masuk, dirinya berniat mencari teman-temannya lebih dulu sebelum menghampiri asal ledakan besar tadi. "Sanka!" teriak Saki melihat sosok Sanka yang berada di dekat pintu keluar bersama Randra dan robot-robot lainSaki Saki berlari kecil, terlihat Sanka dan Randra dengan sabar menunggu Saki. "Ada apa ini? Suara apa itu tadi?" tanya Saki ketika telah berada dihadapan kedua sahabatnya. "Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya, itu suara ledakan." balas Randra. "Yah, aku pun berpikir seperti itu. Kita lihat saja, ayo!" Sanka ikut membalas, mengajak kedua sahabatnya melihat apa yang terjadi di luar sana. Siang-siang begini ada ledakan? Apa-apaan! Batin Saki menggerutu. "Di sana, di rumah bernomor 180. Ayo-ayo cepat, kita bantu padamkan apinya!" seru salah satu robot di sana. Para robot yang mendengar pun langsung berlari ke arah rumah tersebut. Saki dan kedua temannya mengikuti. Terlihat api berkobar dengan begitu besarnya. "CEPAT NYALAKAN APAR KALIAN!! BANTU PADAMKAN API YANG BESAR INI!!" seruan terdengar begitu keras, semuanya mulai menjulurkan lengan kanan mereka. "0413..." Saki memanggil ME-nya. Bukan hanya Saki, semua robot yang ada di tempat itupun memanggil ME-nya masing-masing. "Aktifkan APAR, sekarang!" semua robot mulai berseru, lengan kanan mereka yang terbalut kulit dengan sekejap berubah menjadi lengan robot. Para robot, termasuk Saki langsung saja menekan tombol yang berada di dalam kerangka lengan bagian pergelangan tangan mereka. Tanpa basa-basi, telapak tangan juga dengan sekejap berubah menjadi sebuah lubang yang lumayan besar. Dengan segera, air mulai menyemprot api yang masih membara. Saki merasakan tubuhnya yang dialiri sesuatu. Air itu memang muncul dari bawah tubuhnya, lebih tepat lagi, lubang yang otomatis terbentuk di telapak kaki mereka mengeluarkan pipa panjang yang menembus tanah. Menyerot air langsung dari tanah yang mereka pijak sekarang. Api itu mulai mengecil. Saki menghela napas lega. Dia memandangi sekitar, para robot masih berusaha memadamkan api tersebut. Duarr Ledakan terjadi lagi. Ledakan berskala kecil itu membuat api yang tadi hampir padam sepenuhnya malah berkobar lebih besar lagi. Saki melihat sebuah benda terjatuh dari jendela lantai atas, seperti sebuah buku. Saki yang memang mempunyai jiwa penasaran yang amat tinggi, memilih menonaktifkan APAR dirinya. Dia melangkah menuju buku itu tergeletak sekarang. Dirinya sadar, tidak ada yang menyadari hal sepele seperti ini. Terlihat dari semua robot, tidak ada satupun yang melirik, apalagi menghampiri buku itu seperti Saki. Saki berjongkok, memungut buku yang terlihat usang sekali. Dengan bagian buku yang seluruhnya sudah menguning, Saki menjauh dari kerumunan. Berdiri di bawah pohon rindang di depan perumahan itu. Dibukanya buku tersebut sampai hal. terakhir. Semuanya telah menguning, bahkan semua hal. sudah sobek sebagian. Mungkin sudah dimakan rayap, pikir Saki. "How to use robot type 008: 1. Make sure the battery is installed. 2. Press the green button on the skull. 3. Wear a buffalo skin suit that resembles a shirt. 4. Place your finger sensor on the robot's forehead. 5. The robot is ready to accompany you." Saki membaca hal. pertama, satu-satunya hal. yang masih utuh. Dia tentu tidak paham, dirinya robot, dan dirinya tidak diaktifkan dengan cara yang tertera di hal. itu. "What is this? This is weird." gumam Saki merasa aneh. "Dan, apa itu robot tipe 008? Buku apa ini?" Saki bertanya pada dirinya sendiri. Sungguh, Saki sama sekali tidak mengerti apa maksud dari buku tersebut. Saki melihat kerumunan, memilih melipat buku berbentuk persegi itu, memasukkannya ke dalam saku celananya yang lumayan dalam. Saki berjalan kembali, berkerumun diantara para robot yang masih memadamkan api. Saki mengaktifkan kembali APAR-nya. Dirinya berpikir, akan mengecek kembali buku itu, nanti, setelah dia berada di rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD