12. Human

1015 Words
Saki dan kedua kawannya sedang berada di cafe Baiwin sekarang. Mereka sedang menjelajah memori mereka masing-masing. Tentu tidak lupa, minuman favorit juga sandwich pedas tertata rapih di meja mereka. "Hmm." gumaman Randra memecah keheningan diantara mereka bertiga. Sanka menoleh, "Kita ini robot bukan?" tanyanya kepada kedua kawannya. "Ya, kita robot. Tapi, apa yang dimaksud dengan buku itu?" sahut Sanka bertanya. "Buku itu menjelaskan mengenai tata cara menghidupkan robot, 'kan? Berarti, buku itu menjelaskan tentang cara menghidupkan kita, 'kan? Tapi, yang aku tidak mengerti, memangnya kita tidak langsung hidup? Atau-" pertanyaan beruntut itu harus terpotong kala Randra menggebrak meja dengan kencang. "Hati-hati, bodoh. Kau bisa merusak meja ini." sentak Saki mendorong kepala Randra ke depan dengan kencang. "Diam, diam dulu." pinta Randra menatap sengit kepada Saki. Saki merotasikan matanya kesal. "Apakah kalian tidak mengingatnya? Profesor tua itu bilang, kalau dulu, 'orang-orang' membeli kita bukan?" lanjut Randra dengan raut serius. Sanka dan Saki tersentak, baru menyadari perihal itu. Mereka berdua saling berpandangan selama beberapa detik. "Ya, Profesor Jula sempat membahas hal itu. Tapi, apa itu 'orang-orang'? Dan kenapa kita dijual?" tanya Sanka menatap heran kedua kawannya. "Itu pertanyaan kita sekarang." Saki berujar dengan nada rendahnya. "Jadi, ayo kita bertanya pada se-siapapun lagi yang tahu mengenai ini!" ajak Saki serius. "Pada siapa? Ayahmu?" tanya Randra. Saki mengangguk, mengepalkan tangan kanannya di depan d**a. "Ya, aku yakin jika Ayahku pasti tahu sesuatu mengenai hal ini." "Besok, atau sore nanti, kita bertemu lagi. Kita bahas lebih lanjut mengenai ini." pinta Saki menatap kedua kawannya. Sanka dan Randra saling tatap, mereka mengangguk lalu menatap Saki. "Oke Saki. Kita bertemu besok. Ingat, cepat beritahu kita jika kau menemukan sesuatu, ok!" pinta Sanka kepada Saki. "Oke kawan. Aku pasti akan bergegas memberitahu kalian jika aku menemukan sesuatu itu." jawab Saki mengangguk-angguk. "Kita berjumpa lagi besok!" Setelah mengetakan hal itu dengan nada yang kencang, Sanka dan Randra melaju terbang dengan CWG andalan masing-masing. Saki menatap kedua kawannya, lalu mengalihkan pandangan ketika kedua kawannya itu sudah tak terlihat di penglihatannya lagi. "0413." panggil Saki mengaktifkan ME-nya. "Ya Tuan." sahut ME-nya ketika sudah aktif. "Sekarang, ME, coba kau periksa memori ku, apakah aku pernah bertemu robot yang berpengetahuan luas atau tidak!" perintah Saki kepada ME-nya. "Baik. Pencarian sedang dilakukan." suara itu menggema di kepala Saki. Saki menunggu setengah menit sebelum suara ME-nya bersuara kembali. "Tuan pernah bertemu dengan Profesor Jula. Dia adalah-makhluk yang tidak diketahui identitasnya- dengan pengetahuan yang banyak." ucap ME milik Saki. Kening Saki mengernyit, dia merasa tak paham akan omongan yang diucapkan oleh ME-nya itu. "Apa maksudmu dengan 'makhluk yang tidak diketahui identitasnya' itu?" tanya Saki pelan. "Maaf Tuan. Aku juga tidak tahu apa itu." jawab ME-nya. "Coba kau jelaskan lebih rinci." pinta Saki. "Di serverku, makhluk seperti Profesor Jula tidak terdaftar sama sekali. Profesor Jula adalah makhluk yang tidak diketahui identitasnya." ucap ME-nya membuat Saki makin tak paham. "Sungguh, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan dari tadi." "Maaf Tuan. Hanya dia yang ada di memori Tuan yang mempunyai pengetahuan yang luas." ujar ME-nya Saki. "Tapi, saya harap, Tuan berhati-hati jika ingin berurusan dengan Profesor Jula itu. Dia bisa saja makhluk yang jahat." ujar ME-nya kepada Saki yang membalas dengan merotasikan matanya malas. "Ya, hahaha. Profesor tua itu memang jahat." ucap Saki tertawa pelan. "Apa saya bilang. Jadi, Tuan harap berhati-hati jika berinteraksi dengan Profesor tua itu." Peringatan dari ME-nya itu malah membuat Saki makin tertawa kencang. "Huh, kenapa kau malah mengikuti ku memanggilnya Profesor tua, sih? Hahaha." Saki dengan puas masih menertawakan ME-nya yang menurutnya lucu hari ini. "Ekhem, oke ... Mari kita lanjutkan pencarianmu itu." dengan bersusah payah menghentikan tawanya, Saki meminta ME-nya untuk kembali mencari dalam memorinya itu. "Tuan, saya menemukan sesuatu yang saya tidak pahami." beritahu ME-nya kepada Saki. Saki terperangah, penasaran apa yang ME-nya tahu saat ini. "Apa yang kau tahu, dan apa yang kau tidak pahami?" tanya Saki sekaligus. "Dalam diri saya, hal itu sudah tertera sejak lama." ucap ME-nya kepada Saki. "Bahwa, Profesor Jula, dia adalah seorang manusia." lanjut ME-nya memberitahu. Saki mengernyit, dia tidak tahu, bahkan baru pertama kali mendengar kata tersebut. "Manusia? Apa itu manusia?" tanya Saki bermonolog. ME-nya menyahut, "Mohon maaf Tuan, saya juga tidak tahu apa maksudnya itu." berucap dengan nada menyesal. Saki berdecak, menggosok pelipisnya dengan jari telunjuknya. "Aku akan berdiskusi dengan kedua kawanku. Beri Ayah pesan, jika aku akan pergi ke rumah Randra." perintah Saki yang langsung dilaksanakan oleh ME-nya itu. Beberapa menit menunggu, Saki belum mendapat balasan apapun dari sang ayah. "Tuan, Ayah Tuan bilang, jangan pergi kemanapun. Sebab, ini sudah menjelang malam." akhirnya, ME-nya itu berbicara kembali. "Begitukah?" tanya Saki yang dibalas langsung oleh ME-nya. "Ya, Tuan. Sebaiknya Anda segera kembali pulang ke rumah Anda sekarang juga." ucap ME-nya memberitahu. "Baiklah, aku akan memberitahu mereka berdua besok pagi. Terimakasih ME, 3140." Saki berterimakasih sembari menonaktifkan ME-nya itu. Setelahnya, Saki mengeluarkan SWG miliknya. Lalu, Saki pergi ke rumah dengan mengendarai SWG keren itu. Dari atas, Saki melihat semua bangunan canggih nan megah dunianya. Dia melihat, bangunan-bangunan tinggi dan besar yang diterangi banyak lampu. Malam begini, menurut Saki, pemandangan dunianya yang dilihat dari atas akan sangat menakjubkan. Dirinya juga melihat, lapangan basket yang begitu luas sedang ramai oleh para robot muda. Saki berhenti sejenak di atas lapangan itu, dia ingin melihat skill basket yang dimiliki oleh para robot itu. Saki tersenyum miring, "Pasti, tak lebih baik dari aku dan kedua kawanku. Hahaha ..." Saki tertawa meremehkan. Dirinya merasa, kemampuan yang dimiliki oleh dirinya dan kedua kawannya itu lebih unggul dari siapapun. Saki melihat dari atas sambil tersenyum kecil. Dia mengedar pandangan, ingin melihat skor yang mereka peroleh. Saki bergumam ketika dirinya menemukan perbandingan skor mereka, itu cukup jauh antara satu sama lain menurut Saki. "Saki!" Saki tersentak, keberadaannya terlihat oleh salah satu F-Robot yang berada di sana. Robot yang lain, yang mendengar nama Saki dipanggil, sontak melihat ke atas. Ke arah Saki yang sedang melambai dengan senyuman lebarnya. "Mari Saki, kita bermain bola bersama." teriak salah satu M-Robot yang berada di sana. "Ahahah, tidak. Maaf, aku akan pulang." balas Saki berteriak pula. "Yah, baiklah. Lain kali bermainlah bersama. Ok!" Saki mengacungkan ibu jarinya. Lalu berbalik untuk melanjutkan perjalanan pulangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD