1. What?

1246 Words
"Cepat! Cepat turunkan barang-barang itu!!" teriakan bersuara bass itu mungkin terdengar hingga perumahan sebelah. "Permisi pak, butuh bantuan?" sebuah robot berstatus M-Robot yang sedari tadi melihat kegiatan melelahkan tersebut, akhirnya turun dari rumahnya yang berlantai dua. "Ah, nak, silahkan-silahkan. Harusnya sedari tadi kamu ke sini nak," ucap sebuah M-Robot yang terlihat agak tua. "Ahaha, maaf pak." Mereka berdua, dan robot-robot pekerja itu mulai kembali menurunkan barang-barang yang tinggal setengah di mobil pick-up tersebut. "Bapak baru di sini?" tanya M-Robot muda tersebut. "Menurutmu? Sudah anak muda, jangan banyak bicara, bantu saja aku!" gertak si tua M-Robot. "Ahaha, ok." *** "Kau tau, ada robot baru yang menghuni rumah no.196." ucap sebuah M-Robot kepada temannya, dia terlihat mewah dengan kulit kecoklatan yang terlihat eksotis. Terlihat, ada 3 buah M-Robot muda di meja pojok kafe Baiwin. "U sure?" tanya M-Robot muda berambut blonde. "Yeah." "Seperti apa rupanya? Apakah dia terlihat mahal?" M-Robot dengan rambut berwarna coklat kepirangan dengan model belah tengah, menyauti obrolan kedua temannya. "Yah! Tentu!" "Kau tau, dia juga sombong." lanjutnya. "Tch, itu pasti. Kau juga sering terlihat sombong, Saki." temannya yang berambut blonde merotasikan matanya. "Haha, itu benar." temannya yang lain ikut menyahuti dengan tertawa keras. "Shut up!" sentak M-Robot dengan kulit eksotis, yang kita tahu bernama Saki. "Haha, oke-oke." "Btw, Saki, besok kita akan mengadakan pesta di kawasan selatan." M-Robot berambut blonde itu memberitahu Saki. "Really? Dan kalian baru memberitahuku sekarang! f**k!" saki mendesis marah. "Calm down Saki, lagipula aku dan Sanka baru tahu tadi siang." ucap M-Robot berambut belah tengah, menengok ke arah temannya, Sanka. "Hm, Randra benar." Sanka menambahkan. Saki merotasikan matanya, dia masih terlihat kesal akan kedua temannya itu. "Tak biasanya waiters di sini lama menyajikan makanan." Saki menyadarkan kedua temannya. "Benar juga, kita lihat?" Randra bertanya, menolehkan kepalanya ke arah pintu dapur. Mereka bertiga saling melirik, Saki mengangkat alisnya, dibalas anggukan kedua temannya. Mereka berjalan santai menuju dapur kafe Baiwin. "Bagaimana ini? Kenapa tiba-tiba ada peristiwa seperti ini??" Pertanyaan dengan nada marah langsung menyambut mereka yang baru membuka pintu dapur. "Saya juga tidak tahu pak, tiba-tiba saja, dia terlihat melemah, lalu mati." Penjelasan itu sontak membuat mereka bertiga saling melirik kembali. Ketiganya lalu menghampiri sebuah M-Robot yang terlihat berat dengan alat-alat yang menempel pada bagian tubuhnya. "Paman, ada apa?" Randra mendekat, bertanya pada sang pemilik kafe, pamannya. "Tidak ada, hanya kecelakaan kecil." "Paman serius? Kelihatannya dia sudah mati." Sanka ikut bertanya melihat M-Robot usang tergeletak di bawah kakinya. "Hmm." "Kalian keluar saja, kalian tidak ada urusan di sini kan?" pertanyaan dengan nada remeh terdengar di ruangan yang tiba-tiba menjadi senyap itu. Mereka bertiga yang merasa sedang diusir, lantas melangkah keluar. Bagi sebuah M-Robot yang mahal, tentu saja membuat harga diri mereka agak terusik. "Pamanmu itu memang tidak punya attitude, tch!" Saki berdecih sebal, Sanka dan Randra hanya menggeleng maklum melihat sifat biasa Saki. Mereka sudah tidak berselera untuk makan di kafe Baiwin sekarang. Mereka melangkah keluar halaman kafe itu. Saki terlihat mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Dia mengeluarkan alat pemindai mobil, berbentuk bulat dan tipis dengan tombol kecil ditengah-tengahnya. Tiit Sebuah CWG¹ berhenti di hadapan mereka 5 detik kemudian. Mereka lantas menembus pintu hologram di samping badan CWG tersebut. Saki yang berada di kursi pengemudi terlihat mengotak-atik tombol-tombol yang dia tarik dari bawah. CWG itu mulai membentuk sebuah mobil nyata. Setelah semua badan CWG terbentuk sempurna dengan cepat, Saki langsung saja berbicara. "Perumahan barat, no.14." perintah Saki, CWG mewah langsung saja menjadi pusat perhatian para pejalan kaki. ***** CWG berhenti secara otomatis ketika sampai ditujuan. CWG itu langsung merubah samping badannya menjadi hologram kembali. Mereka bertiga menembus kembali pintu CWG tersebut. Mereka melangkah, memasuki pekarangan rumah berlantai dua bergaya Eropa klasik milik Randra. "Sepupu, kemana saja kau? Malam begini baru pulang?" sebuah M-Robot muda menyambut kedatangan Meraka bertiga. Dia adalah sepupu Randra, Rai namanya. "Hm Rai, ada sandwich pedas 'kan di dalam?" Randra tidak menjawab, dirinya malah bertanya pertanyaan lain. Rai mengangguk malas, dia menyesal telah menyapa sepupu brengseknya itu. "Tentu ada, hanya untuk Randra tersayang." Randra hanya terkekeh, melewati Rai begitu saja. Saki dan Sanka mengikuti Randra dari belakang. Mereka bertiga memang telah berteman sejak lama, tetapi entah kenapa, mereka berdua-Saki dan Sanka-selalu saja terkagum melihat dekorasi klasik rumah temannya ini. Memasuki ruang keluarga, Saki melihat tangga dengan jalur kanan dan kiri berada di tengah ruangan, terlihat menggantung dengan pegangan tangga yang berwarna hitam mengkilap. Di tengah ruangan pula, terdapat lampu gantung yang besar. Dengan beberapa lukisan keluarga yang tergantung di dinding berwana putih bersih, menambah kesan cantik. "Saki! Cepat! Atau ku tinggal kau bersama mereka semua!" teriakan dengan nada kesal terdengar dari mulut Randra yang menunjuk arah belakang Saki. Saki menengok, bergidik tiba-tiba ketika tahu siapa yang disebut 'mereka' oleh Randra tadi. "Randra!!" lagi, teriakan menggelegar di ruangan besar itu. Sanka yang melihat, hanya tertawa terpingkal-pingkal, dirinya juga baru menyadari siapa yang Randra maksud. Di sofa besar ruang keluarga terlihat, para orangtua dari orangtua dan orangtuanya Randra sedang menonton tv tipis yang menempel di dinding bercat putih itu. *** Di kamar, Randra dan kedua temannya sedang berbaring santai di kasur tebal dan empuk milik Randra. "Menurut kalian, apa yang terjadi pada M-Robot pegawai paman di kafe tadi?" Sanka bertanya, memecah keheningan. "Menurutku, dia mati." jawab Saki. "Bukannya dia hanya kehabisan baterai?" tanya Randra mengamsusikan pendapatnya. "Tidak, dia sudah mati, akan dibuang ke rumah buang." jawab Saki kembali. "Darimana kau tahu, dia terlihat seperti hanya kehabisan baterai?" Randra kembali bertanya, kerutan mulai tampak di dahinya yang berbahan kulit lembut. "Itu terlihat jelas." "Ya, tapi darimananya?" Sanka ikut bertanya, dirinya juga tidak bisa membedakan, robot yang hanya kehabisan baterai dan robot yang sudah mati. Saki merotasikan mata, dia tidak menyangka bahwa teman-temannya sebodoh ini. "Robot tadi tidak terlihat lentur, dia terlihat kaku, kaku sekali. Kalian benar-benar masih tidak bisa membedakan?" "Benarkah? Bukannya pertanda robot telah mati itu dengan kulitnya yang mengelupas lalu menghilang? Kulihat, ah, bahkan kalian juga melihat, robot tadi, kulitnya jelas-jelas masih melekat sempurna pada badan robotnya. " tanya Randra. "Aku lupa perihal itu. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada tubuh robot tadi." Sanka ikut menimpali dengan kening yang mengerut kecil. "Hh, ada dua kemungkinan. Pertama, robot itu memang sudah mati, hanya sedang menunggu beberapa menit untuk kulitnya mulai mengelupas. Dan kedua, ucapan Sanka benar, ada sesuatu yang terjadi pada robot tadi." Saki menjelaskan dengan nada malas. "Oh, ayolah kawan! Sesuatu mengenai ini seharusnya kalian sudah paham. Selain dua kemungkinan tadi, apa lagi yang memang memungkinkan, hah?" lanjut Saki, kali ini dengan nada tinggi. Hell, dia merasa jengkel dengan analisis-analisis kawannya itu. "Saki, kau lupa? Diantara kita bertiga, baru hanya kau yang sudah di-upgrade sejauh itu." ucapan Sanka menyadarkan Saki, bahwa tidak hanya harus diberi tahu, tetapi juga meraka harus meng-upgrade sistem tubuh dan kendali mereka untuk menjadikan mereka mengetahui dan mengerti banyak hal. "Ah, aku lupa akan hal itu." "Ya-ya, kau memang sering membuang file-file penting ke dalam keranjang sampahmu. Seharusnya, kau berikan saja uang upgrade-an mu untukku, pasti akan kupergunakan uang itu dengan sebaik mungkin." ucapan panjang dari Randra tentu tidak digubris Saki yang sedang melamun. Randra berdecih, melirik Sanka. Sanka mengerti, dirinya akan mengejutkan Saki. "Saki!!" Tentu Saki tersentak kuat, dirinya terlihat meraba tubuh depannya, mencari detakkan di dalam tubuhnya yang berbentuk bulat. "Di area d**a Saki." Sanka memberitahu Saki yang masih saja meraba tubuhnya. Saki itu pintar, tetapi juga bodoh. Bodoh karena dengan cuma-cuma dia menyimpan memories penting ke dalam keranjang sampahnya yang sewaktu-waktu akan terhapus begitu saja. "Ah, ya, di sebelah sini." Mereka bertiga saling melirik, sedetik kemudian tawa mulai terdengar kencang di ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD