24. Searching IV

1033 Words
Saat ini mereka sudah berada di dekat perbatasan. Profesor Jula menyuruh tiga kawan itu untuk berjalan kaki saja. Saki, Sanka, dan Randra kini sedang berjalan mengikuti Profesor Jula dari belakang. "Profesor, apakah masih jauh?" tanya Randra dengan berteriak. "Shut up! Sudah kubilang berkali-kali, jangan berteriak! Nanti kalian akan ketahuan jika terus mengeluarkan suara kencang, mengerti!!" "A-ah, baik Prof, saya minta maaf." dengan suara pelan, Randra mengatupkan kedua tangannya di depan d**a. Setelah itu, tidak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara-suara jangkrik dan hewan-hewan lainnya, juga suara langkah mereka. Pandangan Saki melihat sekeliling. Mereka berada di hutan sekarang. Dan Saki baru pertama kali melihat hutan yang sesungguhnya. Di dunianya memang ada hutan, tapi hutan itu tidak begitu lebat. Pohon-pohon bahkan bisa dihitung oleh jari, hanya sedikit. Hewan-hewan juga hanya beberapa. Tidak seperti di hutan ini. Saki mendengar suara hewan-hewan yang baru pertama kali Saki dengar. Dahan-dahan bahkan tumbuh di kaki Saki. Saki tentu terperangah, dirinya belum pernah menginjak pohon. Tapi sekarang, bahkan kakinya dengan mudah menapaki pohon-pohon kecil yang berwarna hijau di bawah sana. Saki berlari kecil menuju Profesor Jula, ketika sudah berada di sampingnya, dia bertanya, "Prof, kenapa di dunia robot tidak ada pohon-pohon yang bisa diinjak seperti ini?" Profesor Jula yang mendengar pertanyaan itu bukannya menjawab malah tersedak sebab ingin tertawa. Saki yang melihat itu sontak mengernyit, dia tak paham mengapa Profesor Jula malah tertawa seperti itu. "Kau tahu Saki, pertanyaanmu itu yang membuatku tersedak. Hahaha ..." "Tersedak itu, apa?" tanya Saki membuat Profesor Jula menghentikan langkahnya. "Ah, ya! Kalian 'kan robot, mana pernah ngerasain kesedak." ujar Profesor Jula dengan nada yang terdengar meremehkan. "Sudah, lupakan. Jika kamu merasakan itu, saya yakin, kamu pasti menyesal sudah bertanya." ucap Profesor Jula menepuk-nepuk pundak Saki. "Ok, aku tidak akan mencari tahu. Tapi, apakah perjalanannya masih lama?" tanya Saki merasa tak sabar ingin segera melihat perbatasan. "Sebentar lagi, kid. Dan saya jamin, kamu pasti akan kebingungan." Saki hanya manggut-manggut. Dia lalu berjalan pelan kembali, melihat langkah Profesor Jula yang begitu cepat. Saki berpikir, jika ingin cepat-cepat, kenapa tidak menggunakan CWG-nya saja. Saki sungguh tidak mengerti. "Oh! Profesor itu belum memberikan jawaban atas pertanyaanku tentang pohon ...." gumam Saki begitu menyadari hal itu. "Saki." tiba-tiba dari belakang, Sanka menepuk pundak saki dengan kencang diikuti Randra yang berada di sampingnya. "Ya?" tanya Saki. "Kau bertanya apa tadi?" balas Sanka bertanya. "Ooh, itu, aku bertanya tentang pohon yang di bawah ini." jawab Saki menundukkan kepalanya menunjuk rerumputan yang lebat itu. "Ooh ...." Sanka bergumam. "Kau benar juga Saki. Mengapa pohon-pohon ini begitu pendek? Aku baru pertama kali lihat yang seperti ini." sahut Randra dengan kakinya yang melompat-lompat menginjak rerumputan itu. "Nah, kau juga tidak tahu 'kan? Itu sama, aku bertanya tadi, tapi profesor itu malah mengalihkan pertanyaan." ucap Saki dengan kening mengkerut. "Hmm, nanti tanya lagi saja. Aku juga ingin tahu jawabannya." ucap Sanka. "Hei!!" Dari depan, Profesor Jula berteriak membuat ketiga kawan itu mempercepat langkah mereka. Sesampainya mereka di dekat Profesor Jula, mereka terperangah. Di sana terlihat, tanaman rambat––yang ketiga kawan itu masih kira bernama pohon –– begitu lebatnya. Tanaman itu menjalar begitu–sangat–tinggi, juga terlihat begitu tebal. Saki mendongak dengan tak kira-kira. Dia menggeleng takjub ketika melihat pohon-pohon itu yang sepertinya tingginya tak bisa Saki ketahui walau sudah memakai SWG-nya untuk terbang ke atas. Sudah tak terhitung berapa kali Saki bergumam kagum. Dia melirik kedua kawannya, mereka juga sama. Dengan mulut yang terbuka lebar, juga decakan kagum yang sedari tadi terdengar. "It's cool!" gumam Saki. "Menakjubkan bukan?" dari depan, Profesor Jula bertanya dengan lengan yang sengaja ia sedekapkan. "Bukan lagi, Prof. Ini benar-benar pemandangan yang sangat menakjubkan!!" Randra dengan histeris menjawab. Dia segera mengatupkan mulutnya begitu melihat pandangan Profesor Jula yang seakan menyuruh dia untuk diam. "Hmm, ini saja sudah membuat kalian terpana. Apalagi di luar perbatasan ini." ucap Profesor Jula membuat ketiga kawan itu makin penasaran akan dunia manusia. "Jika kalian ingin segera pergi ke sana, kalian harus menemukan pintu keluarnya terlebih dahulu. Baru kalian bisa keluar dari sini dengan mudah." ujar Profesor Jula memberi tahu mereka. Saki mengernyit, "Dan di mana pintu keluarnya itu?" tanya Saki. "Kau tidak mendengarkan penjelasan saya tadi?! Kalian harus mencari dahulu. Jujur saja, saya sudah mencari hingga berkali-kali. Tapi, yaa, sampai sekarang saya masih belum menemukan pintu itu." jelas Profesor Jula. "Lalu, bagaiman kita harus mencarinya?" tanya Saki, tangannya menjulur ke depan. Berniat ingin menyentuh tanaman rambat itu, tetapi dengan cepat Profesor Jula menghentikan pergerakan Saki. "Aku lupa memberitahu kalian. Tanaman ini, itu beracun." ucap Profesor Jula. "Tanaman? Apa itu tanaman?" tanya Sanka memajukan tubuhnya. "Ini," lengan Profesor Jula menunjuk tanaman rambat itu. "Ini yang namanya tanaman. Lebih tepatnya, ini tanaman rambat. Untuk jenisnya, kalian cari tahu saja sendiri. Aku malas menjelaskan." ucap Profesor Jula memberitahu. "Ooh ... Jika itu tanaman, maka ini apa?" tanya Randra menunjuk rerumputan yang sedari tadi ia injak. "Itu rumput. Di dunia luar, kalian akan sering menemukan tumbuhan itu." "Aah, jadi pohon itu bukan hanya satu yaa? Hmm." gumam Saki. "Tentu! Pohon-pohon juga ada jenisnya. Huh, jika aku jelaskan, pasti akan memakan waktu sangat banyak. Lebih baik, sekarang kita fokus ke mencari pintu keluar dari sini. Paham?!" "Iya Prof." jawab Saki. "Bagus. Sekarang, kita berpencar. Langsung sembunyi jika ada penjaga yang berpatroli, dan-" "Wait Prof. Penjaga? Patroli? Itu berarti kita bisa saja ketahuan oleh mereka." dengan tergesa, Saki memotong ucapan Profesor Jula. "Yah. Bersyukurnya kita, tidak ada kamera pengintai di sini." "Seperti apa bentuk penjaga itu?" tanya Sanka. "Seperti kalian. Tapi, tubuh mereka tinggi, badan mereka juga besar. Kalian harus berhati-hati dengan mereka. Sekali kalian tertangkap dalam jarak kandangnya, kalian akan langsung dinonaktifkan oleh mereka." jelas Profesor Jula. "Serius?! Wah, itu perbuatan yang kejam." ucap Randra menggeleng takjub. "Seberapa jauh mereka melihat, Prof?" tanya Sanka. "Hmm, itu aku juga tidak tahu." ucap Profesor Jula membuat merteka melemaskan tubuh. "Proff, jika kita tidak tahu, lalu bagaiman kita bersembunyi?? Bisa saja nanti mereka menemukan kita." Saki berujar dengan sebal. "Tenang, aku yakin, jika kalian benar-benar bersembunyi, kalian tidak akan tertangkap oleh penglihatan mereka." ucap Profesor Jula meyakinkan. "Itu benar?" tanya Sanka. "Ya, aku jamin. Jadi, sebisa mungkin kalian bersembunyi di tempat yang tidak akan membuat kalian terlihat oleh mereka. Paham??" "Ok, kami paham, Prof." jawab Sanka mewakili kedua kawannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD