25. Searching V

1019 Words
Mereka semua sekarang sedang berpencar. Masing-masing hanya membawa diri dan berharap jika para penjaga tidak akan menemukan mereka. Di sebelah Barat, Saki sedang menyusuri jalan yang dipenuhi oleh rerumputan itu. Saki ingin sekali memegang tanaman rambat tersebut, tapi, Saki masih mengingat jika Profesor Jula tadi bilang bahwa tanaman itu beracun. Tapi Saki pikir, racun itu tidak akan berpengaruh dengan dirinya yang adalah robot. Beberapa menit setelah memikirkan hal itu, Saki terperanjat kala melihat sebuah robot penjaga yang terjatuh dan badannya mengenai tanaman rambat itu. Mulut Saki terbuka, dia terperangah kala menyaksikan robot itu meleleh dengan perlahan. "W-wow ...." gumam Saki tidak percaya. "Itu benar ternyata ...." gumamnya sekali lagi. "Berarti, aku memang benar-benar harus menjauh dari tanaman beracun itu." ucap Saki pelan. Saki lalu melanjutkan langkahnya kembali. Dia menyusuri jalan itu dengan pelan. Keningnya terus berkerut, dia bahkan meningkatkan penglihatannya untuk memudahkannya menemukan sesuatu. Dahi Saki makin mengkerut, dia melihat sesuatu yang aneh. Dengan pelan, Saki memperbesar sekaligus memperjelas alat penglihatannya. Mata Saki terbelalak. Dia melihat cahaya redup yang mengarah ke arah tanaman rambat itu. Saki akan menghampiri asal cahaya itu, sebelum dia mendengar langkah kaki yang dirinya pikir terdapat banyak langkah itu. Saki tanpa pikir panjang, berlari ke arah belakang pohon besar dan lebar yang tak jauh dari jaraknya berada. Dia menempelkan punggungnya ke batang pohon tersebut. Saki sudah berwaspada jika langkah kaki itu makin terdengar dekat. Setelah beberapa menit, Saki berpikir jika langkah kaki itu sudah menjauh. Dia dengan pelan melongokkan kepalanya ke tempat dia kabur tadi. Tidak ada. Tidak ada siapa-siapa di sana. Raut wajah Saki perlahan mengendur. Dia tidak setegang tadi. Saki kemudian melangkah dengan perlahan juga dengan tubuh yang sedikit ia bungkukkan. Dia mengendap-endap melihat apakah asal suara langkah kaki tadi sudah tidak ada, ataukah masih ada. Raut wajah Saki kembali tegang, di sana, di depan tanaman rambat, Saki melihat ada sebuah M-Robot yang terlihat berwibawa sedang membuka pintu baja besar yang terlihat berat. Mulut Saki terbuka, dia melihat dengan jelas bagaimana robot itu masuk ke dalam pintu baja tersebut. "A-apa, apa itu?" gumam Saki dengan sepelan mungkin. "Bagaimana .... bagaimana dia melakukannya ..." gumam Saki lagi. Dia melangkah cepat menuju tempat tadi. Pintu itu sudah tidak terlihat, sekarang yang terlihat adalah tanaman rambat seperti tadi. Saki terperangah. Dia dengan kencang menepuk dahinya ketika mengingat kedua kawannya itu dan juga Profesor Jula. Dia harus cepat-cepat memberitahu mereka. Saki dengan tergesa mengeluarkan alat komunikasinya. Dia menghubungi Sanka dan menyuruh dia untuk bergegas pergi ke arah Barat. Setelahnya, Randra yang Saki hubungi. Profesor Jula, Saki tidak tahu cara menghubunginya. Dia tidak punya kontak Profesor Jula. Kemudian, Saki menghubungi Sanka kembali. Dia menyuruh Sanka untuk mencari Profesor Jula sebelum ke tempatnya berada. Dia menyuruh Sanka untuk membawa Profesor Jula juga, dan Sanka mengiyakan permintaan itu. Saki dengan gelisah menunggu kedua kawannya juga Profesor Jula. Dia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kejadian tadi. "Saki!" Saki menoleh, dia melihat Randra yang sedang berlari kecil. "Ssst, jangan berisik! Cepat sembunyi kemari!" ucap Saki dengan pelan yang masih bisa didengar oleh Randra. "Ya." balas Randra mempercepat larinya menuju Saki. "Ada apa?" tanya Randra begitu sudah berada di samping Saki. "Nanti, kita bicarakan saat Sanka dan Profesor Jula sudah datang." jawab Saki melirik Randra. Penglihatannya menyusuri jalan yang dilewati Randra tadi. "Nah, itu mereka!" Randra tiba-tiba berseru kencang kala melihat dua makhluk berbeda jenis itu muncul dari arah belakang mereka. Saki berbalik cepat, dia melihat Sanka yang berlari dengan tangan yang sedang menarik lengan Profesor Jula. Saki yang melihat itu terkekeh, itu terlihat seperti Sanka yang sedang menggeret Profesor Jula. "Ada apa Saki?" tanya Sanka begitu sudah berada di hadapan Saki. Sedangkan Profesor Jula terlihat sedang mengatur napasnya. Beliau terlihat capek, mungkin karena dipaksa berlari oleh Sanka tadi. "Saya melihat kejadian yang aneh, Prof." ucap Saki. Profesor Jula melangkah mendekat, dia mencondongkan badannya ke arah Saki. "Dan apa itu?" tanya Profesor Jula. "Saya menemukan pintu yang mungkin kau maksud Prof." balas Saki berbisik. Profesor Jula melotot, dia menatap Saki horor seakan tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh Saki. "Kau sedang tidak bercanda 'kan?" tanya Profesor Jula pelan namun penuh tekanan. Saki menggeleng brutal, dia menatap wajah Profesor Jula dengan serius. "Tidak! Untuk apa memangnya ..." balas Saki menekan setiap perkataannya. Profesor Jula menjauhkan badannya dari Saki, dia terlihat menelan ludahnya dengan sungkan. Raut wajahnya terlihat shock. "Sudah bertahun-tahun aku mencari, dan itu ditemukan olehmu dengan sekejap mata. Huh ..." keluh Profesor Jula menghela napas dengan pelan. "Itu, agak tidak adil. Hahaha ..." Profesor Jula tertawa lirih. Dia benar-benar merasa tidak percaya jika sesuatu yang ia cari sedari dulu yang menurutnya sangat sulit untuk ditemukan malah dengan sekejap mata ditemukan oleh robot yang bahkan baru pertama kali mencarinya. Profesor Jula mendengus, dia menatap Saki dengan matanya yang menyipit. "Di mana itu?" tanya Profesor Jula. "Kemari, ikut aku." ucap Saki mengayunkan lengannya mengode mereka bertiga untuk mengikuti dirinya. "Di sana." Saki menghentikan langkahnya lalu menunjuk ke arah tanaman rambat yang tadi dilalui oleh robot yang terlihat berwibawa itu. Profesor Jula melangkah menuju tempat yang ditunjuk oleh Saki. Dia lalu berbalik ketika sudah berada di dekat tempat itu. "Di sini?" tanya Profesor Jula kepada Saki. Saki mengangguk, dia mengajak kedua kawannya untuk ikut ke arah sana. "Ya Prof. Tepatnya di sini." ucap Saki menunjuk tanaman rambat itu. "Saya tadi melihat cahaya sebelum sebuah robot yang masuk ke dalam pintu baja itu." jelas Saki. "Cahaya?" gumam Profesor Jula. Profesor Jula nampak sedang berpikir, dai mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Matanya melirik ke arah kiri atas, itu pose Profesor Jula jika dia sedang berpikir. "Apa itu ya ..." gumam Profesor Jula merasa tidak menemukan jawaban apapun di ingatannya. "Entah Prof. Aku hanya melihat, cahaya itu menghilang lalu pintu baja itu terlihat jelas sekali." jelas Saki sekali lagi. Profesor Jula mengkerut, matanya melebar kala ingatannya mengingat sesuatu. "Hologram!!" seru Profesor Jula sambil menjentikkan jarinya. "Hologram? Ya! Ya ampun, kenapa aku baru kepikiran sekarang?!!" Saki ikut berseru kala ingatannya baru mengingat sebuah cara untuk menipu tersebut. "Cari ke semua sisi! Matikan hologram itu jika sudah kalian temukan!" Profesor Jula berseru memerintahkan mereka. Saki, Sanka, dan Randra mengangguk antusias. Mereka bergegas berpencar untuk mencari alat untuk menciptakan hologram tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD