26. Searching VI

1037 Words
Saki dengan langkah pelan menyusuri setiap langkahnya di hutan itu. Dia dan kedua kawannya juga tidak lupa Profesor Jula menyambungkan alat komunikasi mereka. "Kalian sudah menemukan alatnya?" Terdengar suara Randra dari seberang. Saki bergumam mengucapkan kata tidak. Sanka menjawab dengan pelan, dia juga belum menemukan alat itu. Profesor Jula berdekhem, dia juga belum menemukan alat hologram yang sedari tadi mereka cari. "s**t!" Saki mengernyit, dia mendengar samar-samar suara Profesor Jula yang sedang mengumpat. "Ada apa Prof?" Ternyata, bukan hanya Saki yang mendengar, terbukti dari Randra yang menyahut dengan bertanya. "Mereka, para penjaga itu banyak sekali. Sepertinya aku akan tertangkap." jelas Profesor Jula. "Apa!" Sanka dengan nada yang agak tinggi bersuara kaget. "Ya. Ku pikir, kalian harus berhati-hati dan segera temukan alat hologram itu. Dan juga, lebih baik kalian berkumpul sekarang. Aku akan menyerahkan diri untuk mengecoh mereka." ucap Profesor Jula panjang. Saki lagi-lagi mengernyitkan keningnya. Dia lalu bergumam pelan mengatakan baik kepada Profesor Jula. "Berkumpul di tempatku. Bergegas cepat, aku tidak ingin mengorbankan sifat kepahlawanan Profesor Jula." ucap Saki dengan nada memerintah. "Sialan kau Nak! Dengar ini, setelah kalian sudah berkumpul, lanjutkan pencarian alat itu. Jika kalian sudah menemukan alatnya, langsung saja kalian masuk ke dalam pintu baja itu. Paham!" Perintah Profesor Jula dengan nada yang semakin pelan. "Paham Prof." jawab ketiga kawan itu serempak. "Bagus. Urusan keluarga kalian, biar aku yang tangani. Bersenang-senanglah di sana nanti. Cari tahu semuanya mengenai dunia manusia. Jika kalian ingin pulang, salah satu dari kalian harus mengirimkan aku sinyal, aku akan segera beri tahu cara untuk masuk kembali ke dunia ini. Sampai sini paham 'kan kalian??" Profesor Jula terus menjelaskan semuanya. Dia juga bergegas mematikan alat komunikasinya setelah mendengar jawaban tegas dari ketiga kawan itu. "Prof ..." Sanka memanggil Profesor Jula dengan pelan. Saki dan Randra terlihat menunggu jawaban. Tidak ada, malahan suara dari operator alat komunikasi itu yang menjawab jika Profesor Jula telah meninggalkan panggilan. "Profesor Jula baik. Aku yakin dia bisa menangani masalah ini. Sekarang, saatnya kita yang bertindak. Aku sebentar lagi akan sampai di lokasi Saki, kita akan langsung mencari begitu kita sudah berkumpul. Paham?!" ucap Sanka bertanya dengan meninggikan suaranya. "Ya Sanka. Aku juga sebentar lagi akan segera tiba." balas Randra dari sana. Sedangkan Saki, dia sedang mempertajam penglihatannya. Terlihat, bola matanya bergerak ke sana-ke mari agar dapat menemukan cahaya dari alat hologram walau hanya sepercik. "Saki!" Tiba-tiba dari arah belakang, Saki merasakan ada yang menepuk pundaknya dengan kencang. "Ssstt, diam! Aku sedang memfokuskan penglihatanku." Saki membalas dengan nada seriusnya. "Ah, ok." Setelah itu, Randra membungkam mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. "Hei, akh-" "Ssstt!" Ucapan Sanka yang datang dari samping mereka harus terputus kala Randra dengan ekspresi seriusnya menyuruh dia untuk diam. Sanka mengernyit, dia bertanya pada Randra, "Kenapa?" "Diam bodoh! Suara cerewet mu itu mengganggu Saki, dia sedang fokus." jawab Randra dengan muka garang. "Hah? Lalu, kenapa kau malah diam? Harusnya kau juga membantu untuk mencari, bo-doh." Sanka dengan nada kesal membalas ucapan Randra, dia juga menekan kata terakhirnya. "Tch. Sedari tadi juga aku sedang mencari, tahu!" Randra berdecih tidak suka terhadap Sanka. "Diamlah! Aku akan mencari juga." "Tidak perlu." Randra yang tadinya ingin membalas perkataan Sanka, harus menelan kata-katanya kembali begitu Saki menginterupsi perdebatan mereka. "Apa maksudmu?" tanya Sanka menatap Saki. Mendengar pernyataan itu, Saki menampilkan senyum miringnya. Dia mengedikkan kepalanya ke arah depan. "Pertajam penglihatan kalian." Titah Saki kepada kedua kawannya. Sanka langsung menuruti perkataan Saki, dia langsung tertawa pelan kala melihat sesuatu di depan sana. "Bagaimana?" Saki bertanya dengan nada yang meremehkan. "Tch, kau 'kan tahu Saki, penglihatan kita berdua itu tidak sebanding dengan penglihatanmu." Randra kembali berdecih kesal melihat Saki yang terlihat meremehkan mereka berdua –dirinya dan Sanka. "Hahaha, sorry. Aku lupa, haha ..." "Sst, jangan banyak bicara. Lebih baik kita cepat cari tahu cahaya apa itu." kali ini, Sanka yang menginterupsi percakapan kedua kawannya. "Itu lebih dan lebih baik dari pada berdebat dengan rakyat rendah." Saki beranda, matanya melirik Randra sinis. "Sialan kau Saki!" Randra berseru memukul kepala belakang Saki. "Itu tidak akan meninggalkan rasa sakit, Randra." "Diam! Malah kalian yang bertengkar. Diam, kita harus cepat-cepat cari tahu dan menemukan alat itu." Sanka kembali menginterupsi percakapan mereka berdua, tapi kali ini dengan nada jengkelnya. "Baik, maaf." Saki membalas dengan pandangan yang menatap ke depan. Dia berjalan di paling depan, sedangkan kedua kawannya mengikuti langkah dirinya. "Dari mana asal cahaya ini?" gumam Saki bertanya pada diri sendiri. "Kita ikuti cahaya ini." Titah Saki kepada kedua kawannya dengan tangan yang diayunkan ke depan di atas bahunya. Sanka dan Randra mengangguk dari belakang tubuh Saki. Saki melangkah dengan pelan, dia semakin mempertajam penglihatannya ketika cahaya itu semakin jelas keberadaannya. "Bagaimana Saki, itu ... benar cahaya dari alat itu 'kan?" Sanka menginterupsi kegiatan Saki dengan pertanyaannya. Sanka tentu bertanya dengan suara yang pelan. "Aku tidak tahu. Tapi cahaya itu semakin terlihat jelas." jawab Saki dengan suara pelan juga. "Aku berharap itu memang benar cahaya dari alat hologram." Randra menyahut pembicaraan kedua kawannya dengan gumaman. Dia memang sangat berharap jika mereka bisa pergi ke dunia manusia hari ini juga. Dia tidak ingin jika kepergian mereka harus tertunda hanya karena mereka tidak menemukan pintu masuk itu. Dia tidak suka. Sedang berkutat dengan pikirannya sendiri, Randra dibuat heran dengan tingkah Saki yang tiba-tiba tertawa sendiri. "Ada apa Saki?" Pertanyaan yang tadinya ingin Randra lontarkan harus tidak jadi ia tanyakan ketika Sanka bersuara mendahuluinya. Saki lagi menampilkan senyum miringnya, kali ini, dia benar-benar terlihat puas. Entah karena apa. "Hei, ada apa?" Kali ini, Randra yang bertanya dengan kernyitan yang terlihat jelas di dahinya. "Tentu aku menemukan alat itu ..." balas Saki dengan nada angkuh. Sanka mengernyit dengan wajah geli. Dia mengedikkan kepalanya ke atas, bermaksud meminta Saki untuk menjelaskan lebih lanjut. "Kau tidak akan percaya melihat ini." ucap Saki sambil meminggirkan tubuh besarnya ke samping. Sanka dan Randra tentu langsung bergegas ke tempat yang tadi Saki pijak. "Hah, ini benar-benar mengagumkan." gumam Sanka begitu penglihatannya melihat sesuatu yang Saki maksud. "Kau benar. Ini mengagumkan ...." Sahut Randra bergumam takjub. "See, aku bisa menemukan alat itu dalam beberapa jam. Entah bagaimana Profesor Jula bisa tidak menemukan alat ini." Saki bergumam senang. Ini seakan-akan dirinya sudah menemukan sesuatu yang sangat menakjubkan. Walaupun kenyataanya, memang alat ini adalah sesuatu yang penting dan akan menakjubkan jika sudah ditemukan oleh siapa pun itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD