16. Human III

1010 Words
Rahang Saki terbuka lebar. Baru kemarin dia mengetahui ada makhluk lain yang ada di dunianya ini. Dan sekarang, dia tahu mengenai bahwa makhluk itu bukan hanya satu. Melainkan, mungkin lebih dari dua. "Seberapa banyak itu, maksudku, makhluk sejenis mu Prof. Seberapa banyak kalian?" tanya Saki dengan raut wajah bingungnya. "Eem." Profesor Jula terlihat sedang berpikir. Ketiga kawan itu menunggu dengan terus menatap wajah Profesor Jula yang berada di hadapan mereka sekarang. "Banyak. Sangat banyak sekali. Bahkan, akan jauh-jauh lebih banyak dari kalian." jelas Profesor Jula. Saki melirik ketiga kawannya. Mereka juga sama seperti Saki. Terlihat tidak percaya jika 'mereka' lebih banyak dari pada makhluk seperti dirinya. "Kau tidak sedang bercanda 'kan Prof?" tanya Sanka kali ini. "Untuk apa?" balik tanya Profesor Jula sembari mengangkat kedua alisnya. "Coba buka baju kalian." pinta Profesor Jula. "Untuk apa?" tanya Randra. "Untuk bukti." jawab Profesor Jula singkat. "Sudah, cepat buka baju dari salah satu kalian!" kali ini, Profesor Jula memerintah. Randra memandang kedua kawannya, meminta pendapat dari mereka. Saki mengangguk. Sanka yang melihat Saki setuju, lantas menganggukkan kepalanya juga. "Baik Prof, tenang." ucap Randra sinis. Randra mulai melepaskan kancing kemeja yang dikenakannya. Setelah kemejanya terlepas, Randra melepaskan kaos hitam polosnya juga. Terlihat, tubuh Randra yang ia sengaja buat kekar terpampang di hadapan mereka semua. "Lalu?" tanya Randra setelah semua pakaian atasnya sudah terlepas semua. "Buka kulitmu." pinta Profesor Jula lagi. Randra merotasikan matanya, lalu ia melakukan apa yang profesor tadi suruh. Randra dengan pelan membuka kulit bagian perutnya. Profesor Jula terlihat melebarkan matanya. "Ada apa?" tanya Sanka yang melihat reaksi profesor itu. "Tidak ada." jawab Profesor Jula. "Kalian lihat sendiri 'kan? Ada kerangka robot di dalam tubuh kalian. Tapi aku, tidak ada sama sekali kabel apalagi kerangka robot seperti itu." jelas Profesor Jula mulai membuka kaos biru gelapnya. Saki mengernyitkan dahinya. Dia melihat, jika tubuh Profesor Jula tidak seperti tubuh ayahnya. Terlihat, tubuh milik Profesor Jula memiliki perut yang tidak berotot. Perut itu terlihat seperti banyak memiliki gumpalan. "Perutmu, kenapa banyak gumpalan seperti itu?" tanya Randra menunjuk ke arah perut milik Profesor Jula. "Ini lemak bodoh!" Profesor Jula melangkah ke hadapan Randra hanya untuk memukul kepala milik Randra. Randra mengerjap, "Apa itu lemak?" tanya Randra mewakili pertanyaan Saki dan Sanka. "Lemak, kalian lemak saja tidak tahu. Dasar, kalian bodoh." ucap Profesor Jula. Kali ini, dia berjalan ke arah bangkunya kembali. Mungkin sebenarnya, Profesor Jula yang bodoh. Lagipula, robot mana punya lemak. "Kita bahas lemak nanti. Sekarang, kalian perhatikan ini." suruh Profesor Jula yang sekarang sudah duduk di bangkunya. Profesor Jula meraba tubuhnya sendiri, "Lihat, tidak ada bagian tubuhku yang seperti kalian untuk membuka kulit, bukan?" ujarnya masih dengan meraba tubuh. Saki mendekat ke arah Profesor Jula. Lalu, ikut meraba tubuh milik profesor itu. "Profesor tua ini--" Ucapan Saki harus terpotong kala dengan teganya Profesor Jula memukul kepala Saki dengan kencang. "Apa kau, hah?! Memanggilku seenaknya seperti itu! Mau kalian aku tidak beritahu?!" Profesor Jula yang terlanjur kesal terus bergumam marah. Manusia siapa yang mau dipanggil tua?! "Eh, maaf Prof. Aku cuma bercanda tadi, hehe." Saki buru-buru meralat omongannya. Dia masih ingin tahu banyak mengenai manusia. Profesor Jula terlihat membuang napasnya kasar. Dia masih kesal perihal tadi. "Ok, untuk kali ini, kalian saya maafkan." ucap Profesor Jula membuat ketiga kawan itu menampilkan raut wajah lega. "Baik Prof, terimakasih. Sekarang, lebih baik kita lanjutkan pembahasan tadi." ujar Saki memberi saran. "Ya." ucap Profesor Jula. "Manusia ya? Kita yang menciptakan kalian." ujaran Profesor Jula membuat Saki dan kedua kawannya terperangah. "Aku sudah tau itu, Profesor sudah sering mengucapkannya secara tidak langsung." ujar Randra membuat Profesor Jula terkekeh. "Ah, ya. Aku sudah sering menyinggung itu yaa." Profesor Jula terlihat sedang berbicara pada diri sendiri. "Jadi, begini, dengarkan baik-baik!" perintah Profesor Jula. Saki, Sanka, dan Randra sontak memajukan badan mereka. Berniat fokus untuk mendengarkan penjelasan yang akan segera dijelaskan itu. "Dulu ..." *** Hari ini adalah hari yang sangat patut untuk diingat oleh para manusia. Tepatnya pada tanggal, 9 April 2920. Dikabarkan bahwa, para pencipta dan ilmuwan berhasil menciptakan sebuah robot dengan bentuk yang sama persis seperti manusia. Robot itu juga diprogram agar mempunyai perasaan selayaknya manusia. Berita itu kini telah tersebar di mana-mana. Para konglomerat, ataupun ilmuwan dari negara-negara lain datang berbondong-bondong ke negara itu untuk melihat robot ciptaan mereka. "Semuanya berjalan lancar 'kan?" tanya seseorang berumur sekitar 50-an yang mengenakan jas hitam juga berambut berwarna cokelat kepada orang-orang berpakaian jas serupa. "Ya Pak, semuanya lancar." jawab salah satu dari mereka. "Bagus. Mereka sudah datang?" tanyanya lagi. "Mereka dikabarkan sedang dalam perjalanan, Pak." Seseorang yang sedari tadi bertanya itu kemudian mengangguk-angguk pelan. Dalam lubuk hatinya, dia berharap untuk keamanan negerinya. Dia telah merasakan perasaan tak enak akan robot ciptaannya itu. "Ada apa Sir Lan? Nampaknya kau sedang gelisah." pertanyaan tiba-tiba itu mengejutkan seseorang yang dipanggil Sir Lan tersebut. "Tidak ada. Hanya, saya kurang tidur." jawab Lan kepada penanya. "Huh, kurang tidur? Lebih baik kau beristirahat dulu Sir." ujar sang penanya tadi. "Haha, ya. Tentu aku akan beristirahat, tapi nanti. Setelah acara ini selesai. Kau tidak perlu khawatir Sir Harka, aku akan selalu menjaga kesehatanku." jawab Lan dengan bercanda. Harka tersenyum miring, entah kerena apa. Lalu dia menepuk pundak kanan Lan, kemudian berlalu begitu saja. Lan mendengus, raut wajahnya menjadi lebih serius saat ini. Dia tidak tahu, mengapa dirinya menyimpan rasa curiga pada Harka. Teman seperjuangannya itu. "Aku berharap, sifat aslimu tidak keluar pada diriku lagi, Har." gumam Lan pada dirinya sendiri. Dia lalu mengambil tongkatnya yang ia sandarkan ke tembok samping dirinya. Lalu, berjalan menuju tempat pertunjukan dengan tubuh yang ia topang dengan tongkat berukuran sepinggang. "Aku sangat berharap, Har." ---- Lapangan luas itu kini berubah menjadi lapangan manusia. Banyak sekali orang-orang yang kini sedang berdiri rela kepanasan hanya untuk melihat robot ciptaan Sir Lan bersama timnya. Suara mulai ricuh kala MC yang memimpin acara naik ke atas panggung besar nan tinggi yang ada di sana. "Wo-wo-wo, tenang kawan. Hahaha, aku tidak menyangka jika yang datang akan sebanyak ini. Haha." sang MC berteriak dengan mic yang ia pegang. MC itu terlihat girang. "Yo, yo, bagaimana kabar kalian semuaa??" lanjut MC itu mengundang teriakan dari para penonton. "Baik, wooo!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD