17. Flashback I

1031 Words
"Wohooo!!" teriakan MC itu lagi-lagi mengundang sorakan bergemuruh dari para penonton. "Hari ini, adalah salah satu hari bersejarah." Penonton malah semakin bersorak keras. "Sst, ssst, sebentar. Jangan bersorak dulu. Karena kitaaa, akan menyambut orang-orang yang telah membuat hari ini begitu semangat!! Wohoo!!" Para penonton semakin menggila. Mereka tak segan-segan mengeluarkan suara terkencang yang mereka punya. "Ini dia, kita sambut, The Trio Jenius!!" "Wooo!!!" Sorakan mereka makin terdengar kencang, kala tiga orang pria, yang MC sebut sebagai The Trio Jenius datang menaiki panggung besar itu. "Hahaha, tenang, tenang semuanya." ucap salah satu dari mereka--The Trio Jenius--, dalam sekejap, lapangan yang tadinya ricuh oleh suara-suara penonton, kini menjadi hening. Sir Lan yang melihat itu terkekeh geli. Bisa-bisanya, mereka menurut pada anak bawang ini, begitu pikirnya. "Mau apa kalian kemari?" tanya Sir Lan bermaksud bercanda. "Sir Lann!!!" bukannya menjawab, para penonton malah menyoraki Sir Lan dengan ricuh kembali. "Hei-hei, saya bertanya loh ..." ucap Sir Lan dengan nada jenaka. "Sir Lann!!" lagi-lagi, sorakan yang menjadi jawabannya. Kali ini, Sir Lan tertawa kencang. Merasa lucu akan sikap para penonton itu. "Sir." bisikan itu membuat Sir Lan menengok ke arah salah satu dari The Trio Jenius. "Ya?" jawab Sir Lan sembari menjauhkan mic dari mulutnya. "Kita mulai saja, aku mau istirahat." pemuda yang memanggil tadi berucap dengan tidak sopannya. Sir Lan tersenyum miring, "Sip." Sir Lan mengode MC, MC yang paham langsung saja mengambil alih panggung. Dia berteriak kembali, mengatakan bahwa acara akan dimulai. "Di sisi saya, terdapat The Trio Jenius. Benar bukan?!!" ucap MC menggeparkan para penonton kembali. "Yaa, wooo!!" "Ok, mari kita dengarkan perkenalan singkat mereka terlebih dahulu." "Saya Lan, terserah kalian mau panggil saya apa." Sir Lan yang pertama kali memperkenalkan dirinya sendiri. "Gue, gue Max, kalian bisa panggil gue Max." dengan menunjuk dirinya sendiri, Max memperkenalkan diri. "Jangan tanya siapa gue, kalian semua pasti udah tau 'kan siapa gua??" dengan PDnya, The Trio Jenius yang belum memperkenalkan diri malah bertanya seperti itu. "DAV!!! DAVIINN!!!" Suara penonton menjawab, terdengar, jika penonton perempuan yang paling banyak menjawab. "Hahaha, beneer!!" "Gue Davin! Davin si ganteng nan rajin ini berhasil ngegapai mimpinya. Menjadi pencipta robot tercanggih di dunia. Woo!!" Davin dengan riuh memperkenalkan dirinya sendiri. Mereka bertiga memang sudah terkenal sebelum berhasil menciptakan robot. Sir Lan yang telah dikenal dengan julukannya--Profesor Baik Hati. Max si Skater yang cool. Juga Davin, si Aktor muda yang telah memainkan banyak film. "Di sini, seperti yang kalian tau, kita akan memperkenalkan robot ciptaan kami. So, siapkan mata dan kamera kalian!!" Dengan Davin yang berucap seperti itu, sontak para penonton kembali riuh dengan sorakan mereka. "Ladam, kemari!" perintah Sir Lan kepada Ladam. Penonton kira, Ladam adalah seorang asisten yang membawa robot ciptaan mereka. "Ini dia, Ladaam! Robot ciptaan kami!!" Mendengar hal itu, rahang para penonton terbuka lebar. Di sana, terlihat sebuah robot yang sangat mirip dengan seorang manusia. Dengan kulit putih, rambut cokelat yang terlihat lembut. Juga badan tinggi tegap berotot terpampang nyata di hadapan mereka semua. "Halo semua! Perkenalan, namaku Ladam. Kalian cukup panggil aku La." Ladam bergerak dan berbicara seperti manusia biasa. Dia melambaikan tangan kanannya, lalu memperkenalkan dirinya sendiri. Para penonton terperangah, tak menyangka jika robot ini memang sama persis seperti manusia. "LADAAMM!!" Kali ini, penonton bersorak menyerukan nama Ladam. Ladam dengan sendirinya, tersenyum lebar dengan tangan yang melambai kembali. "Sst, ssst. Jangan bersisik dulu. Kita dengarkan penjelasan Ladam lagi, ok!" MC menyuruh para penonton untuk diam. Ladam tersenyum pada MC, "Terimakasih." ucap Ladam dengan membungkukkan badannya. "Wow." "Aku Ladam, robot ciptaan Sir Lan, Davin, dan Max. Jika kalian perhatikan, Ladam adalah singkatan nama dari mereka bertiga." ujar Ladam mulai menjelaskan. "Aku diciptakan untuk menjadi teman kalian. Kalian bisa berteman denganku. Kalian bisa mengobrol denganku, kalian juga bisa bercanda denganku." lanjut Ladam. "Nah, Ladam juga diberi banyak fitur. Seperti tombol untuk mengganti baju, berganti bahasa, juga banyak lainnya." kali ini Sir Lan yang berbicara. "Ladam, coba tunjukkan." Ladam mengangguk. Dia menekan salah satu tombol yang berada di tangannya. Tombol itu dibuat menyerupai t**i lalat. Dalam sekejap, Ladam yang tadinya memakai kaos singlet polos berwarna hitam, sekarang berubah menjadi kaos bertuliskan 'I'm Ladam' yang berwarna putih. Para penonton kompak menepuk tangan mereka. Ladam tersenyum kembali, dia juga membungkukkan badannya lagi. "Terimakasih." ucap Ladam. "Jika kalian bertanya, bagaimana perjalanan kami untuk sampai pada titik ini, itu sangaaat panjang." Davin berbicara, penonton sontak mengatupkan mulut mereka. "Entah sudah berapa kali, kami gagal. Mungkin ratusan, entahlah." lanjut Davin. "Kami hanya berharap, robot ciptaan kami berguna untuk para manusia." "Ya." Max membalas. "Kami juga sempat berpikir untuk membuat robot yang berguna untuk tanaman. Tapi itu, kami urungkan." Max yang berbicara kali ini. "Jika kami meneruskan pembuatan robot tanaman, kami khawatir, jika nanti manusia tidak akan banyak bergerak." "Jadi, jika kalian berbicara, atau membuat voting sekalian untuk membuat robot yang lain. Maaf, permintaan itu kami tolak. Kami tidak akan membuat robot apapun lagi. Kami hanya akan mengembangkan ciptaan kami yang satu ini." Sir Lan menjelaskan, membuat para penonton mendesah kecewa. "Sekarang, kalian nikmati berbincang dengan Ladam. Kami bertiga pamit undurkan diri." "TERIMAKASIH, DAN SAMPAI JUMPA SEMUA!!" The Trio Jenius bersorak dengan tangan yang melambai. Mereka lalu berjalan meninggalkan panggung dengan membiarkan Ladam untuk berbincang dengan para penonton. "The Trio Jenius!!" --- "Aku tidak menyangka, yang datang akan sebanyak itu." Davin tiba-tiba berucap, membuat Max dengan refleks mengangguk. Dirinya juga sangat tidak menyangka hal itu. Dirinya kira, yang akan menghadiri acara ini hanya segelintir orang. "Pantas saja panggungnya sangat besar." Sir Lan menyahut. Dia tidak menyangka, akan ada hari dimana dia bertemu dengan orang-orang sebanyak itu. "Yah, siapa yang menduga. Barangkali, mereka hanya menonton, tapi tidak membeli robot itu." Sir Lan mengungkapkan dugaannya. "Sepertinya begitu. Harga robot ciptaan kita mahal sekali 'kan? Jadi wajar, jika hanya segelintir orang yang akan membelinya." Max menyahut. "Harga mahal itu sepadan dengan kerja keras kita. Itu wajar. Peralatannya juga mahal, asal kau ingat Max." Davin menggumam dengan nada jengkelnya. Max tersenyum miring, "Huh, sayangnya, itu benar." "Sudah. Jangan berdebat tentang harganya, lebih baik sekarang kita memikirkan cara untuk memproduksi lebih banyak robotnya. Saya yakin, itu akan membutuhkan banyak waktu." ujar Sir Lan. "Ck, aku sudah lupa hal itu. Tapi malah diingatkan olehmu, Sir." Davin mencibir. "Maaf, Nak. Aku hanya menyadarkan kalian dengan realita." "Sialan." kali ini, Davin mengumpat kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD