8. They are Know

1000 Words
Ayah Saki merasa bosan. Sudah lebih dari 3 jam, tetapi proses itu belum selesai juga. Saki masih terpejam, sedang sang profesor masih memakai kacamata tebalnya. "Huh, apakah masih lama?" tanya ayah Saki jengkel. "Sabar, sebentar lagi." jawab sang profesor. "Tch, sebentar. Sedari tadi juga kau mengucapkan kata itu." ucap ayah Saki sangat merasa jengkel. "Bukankah kau yang meminta? So, tenang, ok? Sabar." balas sang profesor merasa jengkel juga sebab sikap M-Robot tua itu. "Profesor, apa ini benar-benar akan berhasil. Maksudku, ini tidak akan membuat anakku terkena virus itu 'kan?" tanya ayah Saki mengalihkan pembicaraan. "Ya, tentu. Kau tenang saja, anakmu tidak akan menjadi bagian dari mereka." "Aku percayakan padamu." *** Saki menggerakkan lengan kanannya perlahan. Tubuh robotnya, jika dimatikan seperti ini akan menimbulkan efek kaku. Dan Saki tidak suka jika tubuhnya menjadi kaku seperti sekarang ini. "Uugh, Profesor, apakah sudah selesai?" tanya Saki kepada profesor yang sedang mencabuti kabel yang masih terpasang di tubuh Saki. "Sudah, hanya 4 jam." "Hanya?! Wah, itu lama Prof." seru Saki merasa tidak setuju dengan kata 'hanya' yang dilontarkan sang profesor. "Haha, baik-baik. Ayo keluar, Ayahmu sudah menunggu lama." ajak sang profesor. "Ayah pasti merasa bosan sekarang." "Hahaha, seharusnya kau dan Ayahmu tidak menambahkan rasa bosan dan jengkel di dalam pikiranmu." "Omong-omong, namaku Jula, kau bisa memanggilku Profesor Jula." ucap Profesor Jula memberitahu Saki yang berjalan di depannya. "Hmm, yah, aku tidak bertanya." Profesor Jula mendengus geli, "Kau bertemperamen buruk yaa." Saki merotasikan matanya, mencebikkan bibir tidak suka. "Ayah!" panggil Saki ketika sudah beras di luar dan mendapati sang ayah sedang meminum brown oilnya. "Sudah selesai?" tanya ayah Saki. "Sudah. Ayo kita pulang." ajak Saki menarik lengan kiri sang ayah. "Sebentar Saki, kau belum mengucapkan terimakasih pada Profesor Jula 'kan?" ayah Saki berucap sambil menahan langkah anaknya. "Terimakasih Prof." ucap Saki dengan nada malas nya. Profesor Jula tertawa pelan, menimbulkan reaksi malas dari Saki. "Sama-sama Nak. Nanti juga kau akan merasakan efeknya, dan itu akan membuatmu sangat berterimakasih kepadaku." ucap Profesor Jula menepuk dadanya bangga. "Kau terlalu percaya diri." Lagi-lagi, tawa sang profesor terdengar. Kali ini, lebih kencang dari sebelumnya. *** Saki sekarang tengah bersiap untuk pergi menemui kawan-kawannya. Dia memakai kaos singlet polos berwarna hitam ditutup oleh jaket kulitnya yang berwarna cokelat, serta celana jeans warna hitamnya. Saki keluar dari kamar, menuruni tangga dan menyapa ayahnya yang sedang menekuni kegiatan biasanya-minun brown oil. Saki bersiap menyalakan SWG, tetapi tiba-tiba Saki teringat sesuatu. Saki bergegas menuju kamarnya kembali, melewati ayahnya yang terbingung akan tingkah sang anak. "Kenapa bisa lupa?! ME, kenapa kau tak ingatkan aku, hah?!" "Maaf tuan, saya sudah mengingatkan tuan tadi malam." saut MEnya membalas. "Itu malam, harusnya kau ingatkan aku pagi ini!" geram Saki memarahi MEnya sendiri. "Maaf tuan, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi." balas MEnya meminta maaf. Saki merotasikan matanya, masih merasa kesal. Saki entah kenapa terburu-buru untuk mengambil barangnya itu, dia lalu dengan cepat keluar dari kamar dan menuruni tangga tanpa menyapa sang ayah yang masih menyeruput brown oilnya. Saki mengeluarkan SWG, dia masih dengan buru-buru melesat cepat dengan kendaraannya itu. Dia terus mengerutkan keningnya, tangannya pun senantiasa berada dibalik jaket kulit seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Di depan telah terlihat jalan masuk ke hutan, Saki tersenyum, dirinya sebentar lagi akan sampai ditujuan. Saki lalu memberhentikan laju SWGnya, dia memilih berjalan kaki untuk masuk ke hutan. Saki mulai melangkah, dia melihat kanan-kiri, memantau jikalau ada robot lain yang mengikuti dirinya. "Tidak ada, syukurlah." ucap Saki menggumam. Dia melangkah dengan pelan, ingin menikmati hijaunya pohon-pohon yang ada banyak di hutan. Sebenarnya, Saki tidak mengerti, apa fungsi pohon-pohon hijau ini. Saki hanya diajarkan oleh sang ayah, bahwa pohon-pohon yang ada banyak sekali di penjuru dunianya hanya untuk sebagai hiasan semata. Tentu, Saki awalnya percaya. Tetapi, ketika sekarang, dengan tubuh dan pikiran Saki yang sudah banyak sekali diperbarui, Saki berpikir bahwa pohon-pohon ini bukan hanya untuk hiasan. Melainkan ada makna dan fungsi lainnya yang Saki yakin sang ayah mengetahui apa itu dan tentu tidak akan memberi tahukan kepada dirinya. Saki berdecak, tiba-tiba teringat akan sang profesor yang tadi melakukan gaya aneh. "Wait... Tadi dia mengangkat alisnya dan udara panas keluar dari mulutnya. Sebenarnya, apa itu? Kenapa aku tidak bisa melakukan hal itu??" tanya Saki menggumam kepada dirinya sendiri. "Saki!!" Saki tersentak, mengedarkan pandangan mendapati kedua kawannya sudah duduk di bebatuan pinggir sungai. Saki lalu mempercepat langkahnya, dia menyeringai entah kenapa. "Yo! Aku punya sesuatu untuk kalian." ucap Saki begitu sampai di hadapan kedua kawannya. Sanka dan Randra hanya mengerutkan kening, kemarin juga ketika temannya itu mengajak bertemu di tempat ini, dia hanya mengatakan hal seperti itu. "Ya, dan apa itu?" tanya Sanka akhirnya. "Ini dia!!" Saki dengan semangat mengeluarkan buku yang ia temukan di ledakan kemarin. Lagi-lagi, Sanka dan Randra mengerutkan keningnya. Mereka tidak paham. "Daan, apa itu?" tanya Randra kali ini. "Ini, kalian baca sendiri." ucap Saki melempar pelan buku usang itu ke tangan Sanka. Sanka dan Randra mulai membaca tulisan yang hanya ada pada halaman pertamanya. Mereka masih tidak mengerti, kenapa hal ini penting menurut temannya itu. "Lalu?" tanya Sanka setelah mereka berdua selesai membaca. Saki berdecak, "Lalu kau bilang?! Apakah kalian tidak penasaran, apa maksud dari buku ini??" Saki berseru. "Saki, kita kan tidak mempunyai rasa penasaran tingkat tinggi seperti mu. Jadi, wajar, jika kita tidak se penasaran kau, ok?" jawab Sanka dengan pelan-pelan. "Ya-ya, aku baru mengingat hal itu. Tapi, coba kalian teliti lagi. Baca lagi buku itu!" Sanka dan Randra menurut, mereka membaca kembali buku tersebut dengan lebih teliti. "Wait, apa maksudnya robot type 008?" tanya Randra melihat kedua kawannya. "Ah, iya, apa maksudnya itu? Buku ini seperti sedang menjelaskan tata cara untuk mengaktifkan sesuatu." saut Sanka merasa heran pula. "Nah! Kalian juga merasa seperti itu 'kan?" Saki melihat kedua kawannya, Sanka dan Randra hanya mengangguk lalu menatap Saki dengan raut wajah penasaran mereka. "Aku juga tidak tahu." ucap Saki. "Yaah." "Haha, oke-oke, tenang kawan. Aku akan bertanya nanti." ujar Saki. "Bertanya pada siapa?" tanya Randra. "Pada Profesor Jula." ucap Saki dengan nada seriusnya. Kedua kawannya hanya mengerutkan kening, tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Saki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD