Memecah keramain jalan dengan kecepatan mobil yang maksimal, "Ayah tolong jangan marah kepadaku, sungguh aku tidak melakukannya dengan sengaja .."
"Sudahlah tidak usah membahasnya lagi, kau tahu dimana lokasinyakan?"
Tiara mengangguk, membuka hp dan mengirimkan sebuah pesan kepada Nana, "Nana maaf sepertinya aku akan datang terlambat."
Lalu membuka GPS dihpnya mengubah arah lokasi kamping, "Ayah lewat sini."
Perempatan jalan raya dan Jasson memutar kemudi setirnya kearah kanan yang seharusnya mereka berbelok kearah kiri.
Maafkan aku ayah.. aku tidak rela jika ayah menikah dengan wanita lain. Tiara mematikan hpnya agar tak satupun dapat mengganggu rencananya.
Mobil sudah berjalan jauh dari kearamaian bahkan sudah memasuki kawasan hutan lindung.
"Kenapa tempatnya sepi seperti ini? " Jasson menghentikan lanju mobilnya ditepi jalan.
Keluar dari mobil dan mencoba untuk melihat kesana kemari, sunyi dan sepi. Tiba-tiba rahangnya mengeras Jasson mendengus kesal sadar dirinya telah ditipu.
"Keluar!!" Jasson menggedor kaca jendela mobil membuat Tiara sedikit panik apakah mungkin jika ayahnya sudah tahu ini hanya akal bulusnya saja? Sekali lagi dirinya dibuat kaget saat Jasson dengan tidak sabarnya menggedor kaca jendela, "Keluar!!"
Sebelum keluar Tiara sudah menyiapkan dirinya sebaik mungkin, klik! Kuncian pintu mobil terbuka Tiarapun segera keluar.
"A.. ayaaah??" Dirinya terlonjak kaget saat Jasson mencengkram kuat bahunya dan mengguncangnya dengan kuat.
"Kau merencanakan ini semua hah!"
Tiara terdiam masih belum siap untuk mengutarakan perasaannya.
"Kenapa diam? Jawab!! Atau aku akan meninggalkanmu sendirian disini!!" Tiara masih diam, "Tiara!!!" lengkingan suaranya membuat telinga gadis itu sakit.
Bruk!! Jasson menghempaskan tubuh Tiara dan mengenai badan mobil membuatnya mengernyit kesakitan.
Jasson berbalik membelakangi Tiara lalu berkacak pinggang, "Kenapa kau melakukannya?" suaranya terdengar datar.
"Karena aku menyukaimu.." suaranya terdengar parau. Tiara menangis saat mengungkapkan perasaannya.
"Kau sedang tidak sehat, aku ayahmu!!" pekiknya menampik perasaan Tiara untuknya.
"Kau bukan ayah kandungku!" teriaknya dengan lantang, Tiara melangkah cepat dan bersitatap dengannya, "Lihat aku.. apakah kita memiliki ikatan darah? Tidak bukan? Kau hanya ayah angkatku. Tidak bisakah kau memandangku sebagai seorang wanita? Katakan...." bibirnya bergetar berusaha menahan tangis.
"Kita pulang kau sepertinya butuh seorang dokter." Jasson berjalan membukakan pintu mobil utnuknya "Masuk!"
Tiara apa yang akan kau lakukan sekarang? Bahkan wajah pria itu menjadi lebih dingin dari biasanya.
***
Setelah sampai diapartemen Tiarapun bergegas masuk kedalam kamar menelungkupkan tubuhnya diatas ranjang masih dalam keadaan menangis.
Jasson mendudukan tubuhnya diruangan tengah dengan kedua kakinya diletakan keatas meja. Memijit pelan keningnya yang sejak tadi berdenyut.
Hari ini sungguh menjadi hari yang tak pernah ia duga sebelumnya, bagaimana bisa Tiara menyalah artikan kebaikannya? Mereka memang tidak terikat darah namun rasanya akan menjadi aneh jika mereka menjalin sebuah hubungan atas nama asmara.
Jasson merogoh saku dalam jasnya meraih hp untuk menelefon sekretarisnya, "Amanda siapkan 1 tiket untuk ke Inggris besok pagi untuk putriku."
"Baik tuan muda, segera saya siapkan."
Diambang pintu kamar Tiara mendengar semuanya dengan jelas, sungguh hatinya menolak tidak mau pergi ke negara asing itu.
Begitu sulitkah bagi Jasson untuk menerima perasaannya? bukankah cinta itu memang buta? tapi kenapa pria itu menjadi lebih sulit untuknya?
Tiara kembali menutup pintu kamar dengan pelan agar tak menimbulkan suara.
menyandarkan tubuhnya di daun pintu lalu terduduk lemah dilantai.