Pertemuan

1663 Words
Regan mengambil tas punggunya yang tergelatak di meja. Hari ini sudah usai mata kuliah yang seharian ini membuat kepalanya puyeng. "Eh Gan, lo mau ke mana?" tanya sahabatnya, Ardan. "Mau ngadem," jawab Regan acuh. "Ikut kita yuk, ntar malem," timpal Fandy merangkul bahunya. Mereka bertiga selalu menjadi sorotan mahasiswa lainnya. Siapa yang tidak kenal Regan, Fandy dan Ardan. Mahasiswa jurusan Hukum yang mempunyai otak lumayan cerdas. Bahkan prestasinya juga sudah dikenal banyak orang. Walaupun tampilannya semua berandal, tapi soal kecerdasan tidak bisa diragukan. "Ke club?" "Yoi lah, cewek nya bohay-bohay Gan, ya gak Dan?" Kata Fandy menaik turunkan alisnya. Diantara ke tiganya yang paling m***m adalah Fandy. Handpone-nya yang paling banyak berisi vidio dewasa. "Lo juga bisa pilih untuk jadi pacar lo. Atau gak mainan lo," timpal Ardan. "Oke, hanya minum," jawab Regan. Regan paling anti dengan yang namanya perempuan. Menurutnya perempuan terlalu ribet dan manja. Membuatnya tak betah di samping perempuan terlalu lama. Kecuali mama nya. Mama nya tetap jadi perempuan yang amat dia sayangi, juga Membuatnya betah berlama-lama di sampingnya. "Lo kenapa anti perempuan sih? Jangan bilang lo masih perjaka?" tanya Fandy memicingkan mata curiga. "Regan masih perjaka? dunia runtuh men. Dia itu cuma anti dengan yang namanya sebuah hubungan," Kelakar Ardan menepuk bahu Regan. "Kalau yang sudah digagahinya banyak, dikumpulin bisa jadi satu kampung" tambahnya. "Ikut gue ambil pesenan mama!" Ajak Regan pada dua sahabatnya. "Lo masih jadi anak mama rupanya," "Bacot lo," ucap Regan berjalan mendahului kedua sahabat gila nya. Mereka bertiga sampai di sebuah Caffe shop yang tidak terlalu besar. Caffe shop langganan mama Regan. "Nongkrong sekalian aja Gan, sambil nugas," ucap Ardan yang diangguki keduanya. Regan berjalan menuju kasir. "Mbak siapin pesenan atas nama Erlinda. Gue tunggu di sana," Titahnya pada mbak-mbak kasir yang menatapnya takut. Bagaimana tidak takut kalau penampilan Regan persis seperti preman, tapi ada ya preman ganteng? pikir mbak-mbak itu. "Iya, mas," Regan menghampiri temannya yang sudah mulai meyiapkan buku dan laptopnya. Beberapa menit kemudian, seorang pelayan menghampiri mereka. Tampilannya sangat lugu dan manis. Membuat Fandy dengan gugub ingin segera melayangkan gombalan mautnya. "Permisi, mau pesan apa?" tanya gadis itu sopan. "Pesen hati lo boleh gak?" tanya Fandy menaik turunkan alisnya. "Rayuan lo receh Fan," Kelakar Ardan. Gadis itu menundukkan kepalanya malu. "Kalau gitu, gue pesen cinta lo ada gak?" tanya Fandy lagi. Wajah polos gadis di depannya membuatnya gemas. "Sini-sini duduk dulu," ucap Ardan menarik tangan gadis itu. "Eh eh jangan mas, saya lagi kerja. Nanti dimarahin bos" Jawab Gadis itu. "Urusan bos lo gampang!" "Jangan gitu mas. Ini jadinya pesen apa?" "Pesen paha lo," Jawab Regan yang membuat kedua temennya kaget. "Ma... maksudnya apa ya?" "Pesen lo, tidur sama gue," sontak jawaban Regan membuat kedua temannya tertawa terbahak. Mereka menertawakan wajah datar Regan saat merayu wanita. Sangat tidak cocok menurut mereka. Melihat kedua pria itu tertawa membuat gadis itu malu. "Mau gak lo? berapa juta?" seakan belum puas, Regan terus mendesaknya dengan pertanyaan tabu. "Mas jangan kurangajar ya, saya bukan gadis seperti itu. Kalau cari teman tidur jangan di sini," jawab gadis itu mulai marah "Kalau gue mau nya sama lo?" "Kurangajar," Maki gadis itu meraih sisa minuman di meja sebelah, menyiramkan ke wajah slegean Regan. Regan bangkit menggebrak meja. Bahkan saat ini mereka sedang menjadi bahan tontonan gratis pengunjung Cafe. Regan mencengkram dagu gadis itu. meneliti setiap lekuk wajahnya. "Panggil bos lo, gue akan buat lo dipecat," ancam Regan. Gadis itu sudah mulai ingin menangis. Fandy yang melihat itu tidak tega. "Gan udah Gan, ini emang salah lo," Ucap Fandy menurunkan tangan Regan. Ardan hanya menatapnya malas. Sudah tau tabiat temannya yang tempramental. Walaupun salah, Regan akan tetap ngotot tidak mau disalahkan. "Jangan, bagaimana kalau saya dipecat? saya gamau dipecat," gadis itu terisak pelan. "Lo cuma karyawan tapi belagu. Cepat panggil bos lo!" Teriak Regan. "Ada apa ini?" tanya Seorang gadis yang lebih muda dari pelayan itu. "Kenapa ribut-ribut?" tanya gadis itu tegas. Regan dan kedua temannya meneliti gadis yang baru datang itu. Rok hitam, hem merah lengan panjang dan hijab merah maroon. Tak lupa kacamata hitam yang bertengger di kepalanya. "Cantik," Puji ketiganya dalam hati. "Mbak jangan pecat saya mbak, saya enggak salah," ucap gadis itu memegang tangan Mika. "Jadi lo bos nya disini? anak buah lo sudah kurangajara sama gue," ucap Regan pada Mika. Regan kira pemilik cafe ini sudah berumur yang memiliki mulut pedas yang siap menyembur karyawan yang berbuat kesalahan, tapi dugaanya salah, wanita di hadapannya sangat muda dan kelihatan masih belia. "Enggak mbak beneran, mas nya itu ngelecehin saya," jawab Nisa terisak. "Gue nglecehin lo? gak napsu," ucap Regan menunjuk muka Nisa. Mika melepas tangan Nisa, meraih telunjuk Regan. Menekuknya perlahan tapi sanggup membuat Regan kesakitan. "Jaga batasan mas!" ucap Mika santai melepaskan tangan Regan. Regan mengusap jari telunjuknya yang sakit. Buru- buru ia menormalkan ekspresinya biar gak kelihatan sakit. Bisa jatuh harga dirinya sebagai laki-laki sejati. Fandy dan Ardan hanya bisa melongo melihat perempuan yang berani pada Regan. "Jangan karna mas merasa lebih hebat, mas bisa melakukan tindakan sesuka mas. Jelas di sini mas nya yang bersalah. Tidak perlu menyuruh saya mememecat pegawai saya. Karna saya lebih membutuhkan Nisa dari pada mas yang gak penting," ucap Mika menarik Nisa untuk pergi. "Mohon maaf atas ketidaknyamanan-nya," tambah Mika pada pengunjung lain. Regan dibuat melongo dengan sikap Mika. Kebanyakan perempuan akan menjaga image dengan tingkah sok baik bila di depannya, tapi kenapa dengan gadis itu malah mengatakannya tidak penting. Harga diri Regan merasa tersentil melihat penghinaan secara tidak langsung ini. "Cabut guys!" ucap Regan. Fandy dan Ardhan memasukkan kembali buku dan laptopnya. Regan membayar pesanan mamanya dan berlalu pergi. "Wih gila ya cewek tadi, gemesin," Celetuk Ardan tiba-tiba. Kini mereka bertiga sedang dalam mobil perjalanan ke rumah Regan. "Siapa? pelayan tadi?" "Bukan, si cewek berkerudung merah," "Kok gue penasaran ya sama tuh cewek," Kata Fandy.  Regan hanya mendengar ocehan teman-temannya yang sedang membahas Cewek berhijab merah. Regan akan cari tau siapa nama cewek itu, dan membalas perlakuannya tadi. ***** "Regan, nih cobain Red velvet nya. Enak banget ini," ucap Erlinda, mama Regan. Red Velvet yang diambil Regan dari Caffe shop langganannya sudah menjadi favorit Erlinda sejak tiga bulan lalu saat anak temannya yang memasak sendiri. Rasanya sesuai selera Erlinda, membuatnya ketagihan. "Enggak ma, Regan gak suka," jawab Regan. Saat ini dia sedang tiduran di sofa sambil bermain hp. Kedua temannya sudah pulang satu jam yang lalu. "Kamu kan suka manis, cobain dulu deh!" Regan pasrah mencomot satu cake merah itu. Memang benar sangat enak, membuat Regan ketagihan. "Udah jangan banyak-banyak, punya mama ini," ucap Erlinda menepis tangan Regan yang mau mengambil cake lagi. "Elah ma, baru aja ambil tiga," "Beli sendiri sana," Regan teringat tentang gadis pemilik cafe yang tadi siang melukai harga dirinya. "Ma, mama kenal sama pemilik cafe shop yang jual cake itu?" "Kenal, namanya Fatim, tapi sekarang yang ngelola anaknya. Cantik loh, Re," jawab mamanya. "Dia yang buat sendiri Red velvet ini, makanya mama suka," tambahnya lagi membanggakan Mika. "Semua cewek cantik ma," ucap Regan mencoba memancing mamanya. "Ini beda, Re, dia itu pakai hijab, anaknya supel tapi rada galak sih kalau menurut adik kamu," "Husein kenal, ma?" tanya Regan mengerutkan alisnya. Husen adik Regan satu-satunya. Umurnya 19 tahun. Lulus tahun lalu. "Kenal, dia kan dari SMA temanan sama Mika," "Oh jadi namanya Mika?" "Iya, yaudah sana, katanya kamu mau nugas," Regan bangkit dadi rebahannya menuju kamarnya. Malam ini ia akan pergi ke club sesuai janji pada teman-temannya tadi siang. Sedikit menghibur diri tidak masalah. Di bawah lampu remang-remang, Regan dan kedua temannya asyik meliuk-liukkan badannya mengikuti irama musik Dj yang disetel keras. Di kelilingnya banyak wanita yang juga sedang asik menggoyangkan tubuhnya. Sesekali tangan ketiga pria itu dengan nakal memegang dan meremas tubuh para wanita. Fandy sudah jatuh di pelukan wanita sexy yang kini mereka berdua sedang memilih kamar. Ardan yang paling bijak diantara keduanya memilih menyingkir sebelum mabuk. Sedang Regan juga mulai memcumbu salah seorang wanita yang sudah nampak lemas karena mabuk. Setelah Regan puas ia memilih untuk cepat pulang. Mengingat dateline tugas besok pagi yang belum selesai. Jam menunjukkan pukul 22.30. Masih sore bagi penikmat dunia malam. Sudah larut bagi yang tidak pernah keluar malam. Hari ini Mika merasa hari yang paling apes. Setelah mengikuti acara makan bersama teman SMA nya. Ban motor maticknya kempes. Tambal ban juga sudah tutup. Terpaksa dia harus menuntun motor kesayangannya sampai rumah. Hal yang paling ditakuti Mika adalah gelap dan malam. Rasanya dia ingin menangis karena takut jalan sendiri. Jalanan yang dia lewatinya lumayan sepi, membuatnya merinding. Ingin lari, tapi bagaimana dengan motornya. Sayub-sayub dari kejauhan ia mendengar suara adu pukul. Mika mempercepat langkahnya menghampiri asal suara. Dia melihat dua mobil terpakir di tengah jalan. Menjagang motornya, Mika berlari menghampiri segerombolan orang yang adu hantam. Ia melihat Lima orang pria menghajar satu Pria yang tadi siang di cafe-nya. Pria itu dengan tanggap menangkis serangan kelima pria tanpa kesulitan. Terlihat keren di mata Mika, tapi Mika ingin membantu, itung-itung mengasah kemampuan bertarungnya lagi. Tanpa pikir panjang Mika menarik dua pria dan melayangkan pukulan juga tendangan bertubi-tubi hingga dua pria itu tumbang. Pria dengan kaos gambar tengkorak yang kelihatannya ketua geng itu menghentikan serangannya pada Pria yang jadi bulan-bulanan. Dia memandang gadis dengan gamis biru dongker motif bunga-bunga itu dengan seksama. Memperhatikan cara gadis itu menumbangkan temannya. Dengan memakai gamis panjang tampak tak kesulitan sama sekali. Malah terlihat sangat imut hingga James gemas sendiri. Regan juga memperhatikan gadis yang tadi pagi mempermalukannya. Mika berhasil menumbangkan empat pria. "Wah wah wah, gadis pendekar rupanya," ucap pria berkaos tengkorak dengan bertepuk tangan. "Halo manis, boleh kenalan," Ucapnya ingin mencolek dagu Mika tapi segera Mika tepis. "Waw gadis keren, Kenalin gue James," James mengulurkan tangannya pada Mika. Regan mengira Mika tak akan menerima uluran tangan James, tapi lagi-lagi dia salah menebak. Mika dengan santai menjabat tangan James. "Aku Mika, senang berkenalan denganmu," Ucap mika tersenyum samar. Mika melirik Regan sekilas. "Mas James ganteng banget," ucapnya. James menyisir rambutanya kebelakang dengan gaya angkuh. "Tapi sayang, Mas James pengecut, beraninya kroyokkan," ucap Mika lagi.. Regan tersenyum miring. "s**l,"  maki James dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD