Berubah

1289 Words
Mika tak punya teman selain Keysa dan Husein. Teman SMA yang mengajaknya makan kemarin pun ia tak terlalu dekat. Mika terlalu menutup diri. Ia tak terlalu suka teman yang hanya ingin tau tapi nyatanya tidak peduli dirinya. Mika selalu menyibukkan diri dengan peralatan dapur dan menulis. Mika bisa mengekpresikan dirinya dalam lembaran kertas dan pena. Itu lebih menyenangkan daripada berbaur dengan teman-teman yang menurutnya membosankan. Saat ini Mika tengah duduk diam melamun di ruangan yang ada di cafe nya. Ting!  Hp nya berbunyi menandakan pesan masuk. Ia mengira itu dari Zikri. Dengan semangat ia meraih ponselnya, tapi sayang, hanya pesan masuk dari nomer yang tak di kenal. Dengan malas ia meletakkan ponselnya tanpa berniat mengecek siapa yang mengirimi pesan. Di lain tempat, Regan mengedap-edap mengambil ponsel Husein. Ia mengotak atik benda pipih itu sampai ketemu dengan apa yang ia cari. "s**l! Kenapa nomornya Mika diberi emot cium juga," maki Regan kesal. Entah kenapa Regan kesal mengetahui Husein suka sama Mika. Regan buru-buru menyalin nomer Mika ke Hp nya. 0895411xxxxx Hai Regan menunggu was was balasan dari Mika, tapi sudah setengah jam lebih Mika tidak membalasnya. Tak meyerah Regan mengirim pesan lagi. 0895411xxxxx Mika! Setengah jam kemudian tetap tidak ada balasan. Mencoba menelefon tapi ditolak. Regan mencoba mengirim pesan dengan nomor adiknya. Tak menunggu lama Mika sudah membalasnya. Regan menggeram menahan emosi. Mika bisa membalas pesan Husein tapi tidak dengan pesannya. Setelah menanyakan keberadaan Mika, Regan bergegas menuju di mana Mika berada. Regan memasuki Cafe shop yang tengah Ramai. Dia menanyakan Mika pada mbak-mbak penjaga kasir. Yang langsung membawanya ke lorong yang lebih dalam. Ia berdiri di ruangan yang tak terlalu besar. Ia mengetuknya pelan. Tanpa membenahi penampilannya, Mika bergegas membuka pintu. Ia kaget dengan sesosok pria yang membelakanginya. Celana jeans ketat juga kaos gambar pisau dan darah. Rambutnya di warna pirang juga tindik di telinganya. Persis seperti berandal. "Siapa kamu?" tanya Mika dingin. Regan membalikkan badannya. Mika mengkerutkan alis bingung. Benarkah ini Regan? kemarin penampilan Regan gak begini amat. "Hai Mika. Aku kirim pesan kok gak dibales?" tanya Regan. "Kapan, Mas?" "Tadi, aku juga telfon kamu tapi gak kamu angkat, malahan kamu tolak," "Oh maaf, mas. Aku gak pernah balas pesan yang gak ku kenal. Nanti aku simpen ya nomernya, ya," ucap Mika. Mika mengajak Regan duduk di meja sambil menyiapkan minum. "Aku ke sini mengantar motor kamu, nih!" Regan mengeluarkan kunci motor Mika yang berbandul huruf Z. "Makasih ya mas. maaf ngrepotin," ujar Mika tulus. "Gak ngrepotin kok," ucap Regan menggaruk telinganya yang bertindik. Regan membeku di tempatnya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek penampilannya. "s**t!, Kenapa gue lupa ngecat rambut jadi hitam lagi sih," makinya dalam hati. Ia juga melepas tindik di telinganya perlahan. Regan menundukkan pandangannya. Melihat celana yang dipakainya juga sobek di bagian lututnya. Regan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa sambil mengusap wajahnya frustasi. "Bodoh lo Re, padahal ke sini tadi mau narik perhatiannya si Mika. Kenapa pakai pakaian gini sih," gerutunya dalam hati. "Mas Regan sakit?" tanya Mika. "Eh, enggak kok kenapa?" Tanya Regan balik menormalkan ekspresinya. "Kok kayak tegang gitu?" "Eh enggak Mika," jawab Regan seoalah santai. "Assalamualaikum," ucap dua suara yang menghampiri Regan dan Mika. "Waalaikumsalam," jawab Mika yang tak bisa menahan senyumnya. Zikri dan Keysa duduk di samping kanan kiri Mika. "Kok Mas Zikri bisa sama Keysa?" tanya Mika curiga. "Tadi ketemu di depan kok Mik," jawab Keysa yang tak mau sahabatnya salah paham. "Oh iya, Mas Zikri, Keysa, kenalin ini temennya Mika. Namanya Mas Regan." ucap Mika. Zikri menjabat tangan Regan. Begitu juga dengan Keysa. Regan meneliti penampilan Zikri dari atas sampai bawah. Kopyah putih, baju koko putih dan sarung hitam. Di tangannya nenentang Jas almamater kampus dengan logo yang sama dengan punya Regan tapi berbeda warna. Regan ingat kalau pria yang tengah mengumbar senyum di depannya ini adalah pria yang kemarin berjalan sama Mika. Seketika raut tak suka muncul pada wajah Regan. "Aku permisi ke belakang dulu ya Mik," ucap Zikri dan mengangguk pada Regan dan Keysa. Setelah Zikri pergi, Keysa menoelp-noel pipi Mika. "Ciie Mika disamperin calon imam, Seneng kan kamu?" Bisik Keysa yang masih didengar oleh Regan. "Tau gak Mik? sebelum Zikri ke sini, aku melihat dia menyisir rambutnya. Dia tak mau ketika bertemu calon istri penampilannya kusut," kelakar Keysa yang membuat Regan menajamkan pendengarannya. Regan simpulkan kalau Mika dan Zikri saling suka. Membuat Regan ingin menelan Zikri hidup-hidup. "Haloo Mika!" Panggil seorang wanita dengan postur tubuh tinggi. Ia dan ke-empat temannya menatap Mika sinis. "Ngapain lo di tempat mewah ini? yakin bisa bayar makanan-nya?" tanya wanita itu angkuh. "Lo kan waktu Smp miskin banget kan. Gue kangen guyur lo pakai air lagi, kangen juga dorong lo yang gak bisa renang di kolam ikan." wanita itu tertawa mengejek diikuti ke-empat temannya. Regan ingin menyumpal mulut wanita itu. "Jaga ucapan lo!" desis Regan. Wanita itu menatap Regan dengan kagum sampai tak berkedip. "Eh kenalin. Gue Sasya," ucap wanita itu menyodorkan tangannya, tapi tak dianggap oleh Regan. Sasya mendengus kesal. Meneliti setiap inci wajah Regan. "Lo Regan kan? mahasiswa hukum?" tanya wanita itu histeris. Regan enggan menanggapi. "Kok lo di sini? sama si cupu lagi," ucap Sasya mendorong kepala Mika. Mika menarik tangan wanita itu dan memelintirnya, membuat Sasya menjerit. Mika tersenyum miring. Bahkan pengunjung pria yang rata-rata masih kuliah menyoraki Mika. Dari arah depan, Mika melihat Zikri berjalan menghampirinya. Dengan cepat ia melepaskan tangan Sasya dan menyuruhnya pergi. "Tunggu pembalasan gue, cupu!" teriak Sasya yang hanya dipandang Mika. Regan menatap Mika tanpa berkedib. Jantungnya berdebar kencang kala mata Mika bersitubruk dengan matanya. Apa ia sudah jatuh cinta secepat ini. Bukankah Regan anti dengan wanita dan hubungan?Mika mengusung senyum saat Zikri sudah duduk di tempatnya, membuat Regan tersenyum kecut. Senyum itu untuk Zikri, bukan untuknya. "Mas Zikri mau makan apa?" tanya Mika lembut. Sangat berbeda dengan beberapa menit lalu saat mata Mika yang tajam saat menatap Sasya pun seakan bisa menusuk lawannya. "Apa pun kalau masakanmu aku suka," jawab Zikri tersenyum. Regan mendengkus kuat. "Aku masakin nasi goreng mau, mas?" "Tapi kayaknya enggak dulu deh. Ibu nyai sudah nyariin soalnya." kata Zikri seraya pamit pada Mika dan lainnya. Mika kembali pada wajah biasanya. Senyumnya luntur kala Zikri pergi. Hanya Zikri yang bisa membangkitkan senyumnya. "Eh Mik. Tadi pagi aku ketemu Mas Arza sama santri lainnya. Ya ampun Mik aku kesemsem beneran deh. Ganteng banget. Kayaknya dia tadi ada undangan di kampung sebelah buat ikut qataman Qur'an. Mas Zikri juga ada, dia menanyakanmu pada bunda Fatim tau. Pokonya meleleh tadi akutu," Cerita Keysa menggebu gebu. Mika meringis mendengarnya, merasa malu karena Regan mendengarnya. ****** Regan penasaran setengah mati pada kehidupan di pesantren. Malam ini ia ikut mamanya ke pesantren dekat rumah Mika. Pesantren yang juga mengelola panti asuhan. Mama Regan akan menyantunkan sedikit rezeki pada anak yatim. Erlinda pun bingung, tumben anak pertamanya itu mau ikut di acara begituan. Pasalnya dari dulu Regan selalu tak mau diajak ke panti. Regan dan mamanya sampai di panti Darul Hikmah. Saat memasuki halaman luas itu ia mendengar sayub-sayub suara orang mengaji yang serempak. Hati Regan tersentuh sampai ingin menangis. Ia menunggu mamanya di sebuah kursi dekat pendapa. Berhadapan dengan santri putra. Ia menengok ke atas. Ia melihat Mika tengah jongkok di balkon kamarnya. Mencondongkan kepalanya yang tertutup selimut di sela-sela pagar. Ia tengah celingak-celinguk ke bawah seperti mencari sesuatu. Regan hanya memperhatikan dalam diam. Ia melihat Mika menatap satu arah. Mengikuti arah pandang Mika, ia melihat Zikri yang tengah berbincang dengan Mamanya. Lagi-lagi Regan diam tanpa ekspresi. Regan melihat segerombolan santri putra yang berjalan melewatinya sambil membungkuk. "Permisi, mas," ucap santri itu serempak. Ia jadi minder. Seperti itukah selera Mika? dia sama sekali tak ada apa-apanya. Mama dan Zikri menghampirinya. Ia bisa mendengar Zikri berbicara sopan dengan mamanya. Pantas saja Mika menyukai Zikri. "Aku janji akan berubah untukmu, Mika," Gumam Regan mengusap Rambutnya yang pirang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD