pedih

1030 Words
kehidupan memang tak sesempurna khayalan.. dua tahun sudah usia safiya, bayi kecil ku yang di beri nama safiya kini telah menjelma menjadi gadis cantik, tak terbayang lika liku kehidupan yang ku lalui.. setelah ku tahu semua watak suami ku, ku mencoba mendekatkan diri pada sang pencipta, dengan memohon di lapang kan d**a untuk menjalani semua cobaan nya, dalam hati ku berdoa'a agar di bukakan pintu hati nya agar bisa jujur. hari ini ku di sibukkan dengan urusan rumah tangga yang tiada habis nya, hati ku tak lagi bertanya tanya tantang apa yang di kerjakan mas Arsyad, tak ada minat mencari tahu kesibukkan nya, karena itu pun percuma. "dek hari ini mas mau pergi dulu" pamit mas Arsyad kepada ku yang aku sendiri pun tak tahu dia mau pergi kemana. "hmm.. ya mas hati hati" sahut ku yang tak peduli dia mau pergi atau tidak. " ini ada uang, hanya segini cuma itu yang ada." ungkap nya sambil menyerahkan uang pecahan dua puluh ribu dan sepuluh ribu di total tiga puluh ribu.. dengan istighfar dalam hatiku mencoba untuk menerima uang tiga puluh ribu pemberian mas Arsyad, tak berkata apa apa, hanya bulir air mata yang siap jatuh tapi sengaja ku tahan agar tak jatuh di depan nya.. " hanya segini mas, apa gak ada lagi?" jawab ku walau terdengar bibir ku sedikit bergetar sengaja ku tenangkan hati agar terlihat biasa saja. "itu pun untung ada, kalo gak bagaimana?" sanggah mas Arsyad yang membuat hatiku semakin nyeri, tak menyangka perkataan nya begitu menyayat hati. " kebutuhan kita banyak mas, belum lagi kebutuhan anak, uang segini mana cukup." " ya kamu cukup cukup kan lah, kalo perlu ngutang dulu ke warung kan bisa.." segampang itu mas Arsyad mengatakan nya, walau dalam hati terasa pilu namun ku sanggupi juga kemauan nya. keesokan hari, seperti biasa aku selalu di sibukkan dengan aktifitas rumah tangga, ku lihat mas Arsyad masih pulas tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, itu lah salah satu kebiasaan buruk suami ku setelah semalaman begadang di kedai kopi tongkrongan nya mas Arsyad selalu pulang dini hari, kami selalu bertengkar akan hal itu tapi sia sia saja bicara dengan nya, mungkin kemarahan ataupun nasehat yang sering ku lontarkan kepada nya tak memberikan efek apa apa hingga aku pun putus asa. aku hanya seorang ibu rumah tangga yang setiap hari mengurusi rumah, tidak ada yang dapat di banggakan dengan diriku sekolah pun hanya tamatan SMA, ingin membantu perekonomian pun tidak yakin bisa, di tambah lagi aku mempunyai safiya yang masih kecil yang harus selalu di awasi setiap saat hingga susah untuk melakukan pekerjaan lain. karena dari tadi sibuk memasak hingga lupa cucian kotor numpuk, dengan keadaan letih ku coba untuk meraih cucian cucian itu menuju tempat mencuci, yaa itulah kerjaan ku di rumah yang hanya kami tinggali berdua karna mama mertua lagi di luar kota berdagang, ku melihat di belakang pintu kamar pun sudah menumpuk baju baju kotor mas Arsyad, segera ku ambil dan tak lupa mengecek ke setiap saku, agar nanti kalo ada barang barang biar di simpan agar tidak terendam air cucian, seketika.... Deg.. dadaku berdesir.. kala jemari ku merasakan sesuatu di dalam saku celana milik mas Arsyad, sesuatu sepertu kertas yang di lipat rapi bukan hanya satu tapi banyak.. dengan kata Bismillah ku coba untuk menarik nya ternyata seonggok uang pecahan seratus ribu di dalam celana nya, setelah ku hitung nominal nya mencapai lima ratus ribu. hatiku berdenyut, mata ku memanas, badan ku bergetar. tanda tanya dalam kepala ku terus saja berputar putar, ' uang siapakah ini, kenapa dia menyimpannya, kenapa tak memberi tahu ku, apa sebenarnya yang mas Arsyad sembunyikan atau mungkin aku hanya terlalu berpikiran negatif'.. ku coba untuk meletakkan kembali uang tersebut hingga ku putuskan untuk mendengarnya sendiri dari mas Arsyad. dua jam telah berlalu masuklah waktu dzuhur, setelah ku selesai menunaikan kewajiban kepada sang pencipta dan di situ baru lah mas Arsyad bangun, ku lihat dia mandi tak ada satu kata pun yang keluar hingga ku tawari dia makan. " mas mau makan" tawarku kepada nya, karna memang tugas istri untuk melayani suami. " iya" jawabnya singkat dan membisu kembali hingga ku beranikan diri untuk sekedar bertanya dan basa basi. " oh ya mas, mas kapan mau bayar hutang di warung, hutang kita udah numpuk lho mas, tadi aja aku di tagih sama yang punya warung" jelas ku sedikit berbohong karna gak mungkin buk seri selaku yang punya warung menagih utang ku karna dia mengetahui kondisi ku saat ini. aku hanya tidak ingin selalu di kasihani karena kondisi ekonomi, toh ibu seri juga bukan pemilik warung besar, warung bu seri hanyalah warung kecil, yang tak enak bagiku untuk terus terusan menumpuk hutang. " nanti aja bayar nya, tunggu sampai mas punya uang" alasan mas Arsyad membuat ku mematung di tempat, apakah selama ini dia seperti ini. " apakah mas gak punya uang sedikit biar kita lepas dari hutang". jawab ku dann.. praaakkk.... berhamburan semua yang ada di atas meja, nasi dan lauk pauk yang terhidang semua di banting oleh mas Arsyad.. " SUDAH KU BILANG, nanti ya nanti.. jangan buat aku emosi, gara gara kamu aku gak selera makan". lagi lagi mas Arsyad pergi setelah melontarkan kata kata kasar kepada ku.. tak terasa air mata tumpah begitu saja merasakan d**a yang semakin sesak. satu persatu pecahan piring ku kutip, dengan mata yang sudah basah tak henti henti nya ku seka dengan daster yang ku pakai saat ini. sudah dua tahun aku hidup dengan mas Arsyad baru lah ku tahu watak dia yang seperti ini.. ku lihat anak ku safiya manarik ku seperti menunjuk pertanda dia menginginkan sesuatu.. " ada apa sayang" ku coba tersenyum dan bertanya kepada gadis kecil ku agar dia tak melihat kalo ibu nya lagi terpuruk. " bu... djadjan" bibir mungil anak ku menyebutkan sesuatu yang aku paham betul maksud nya apa. safiya ingin jajan, hati ku teriris, air mata yang ku tahan di depan nya lolos begitu saja, tak dapat ku bendung, hanya sekedar jajan anak pun aku tak sanggup memberikan.. ku menangis sejadi jadi nya hingga sang buah hati ku pun terdiam melihat kesedihan ku, tak ingin rasa nya ku perlihatkan semuanya kepada safiya, tapi apa daya ku sudah tak sanggup..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD