BAB IV. Destiny

3759 Words
Alice’s Pov     Sudah satu bulan semenjak pertemuanku dengan keluarga Hamish saat makan malam dikerajaan, semenjak itu juga keluarga kami menjadi dekat. Hamish sering berkunjung ke Istana. Selama ini Aku selalu menanggapi baik kedatangan Hamish serta keluarga Diligham. Akan tetapi tidak ada yang pernah menyadari bahwa didalam hati kecilku, ada sebuah kesedihan yang mendalam mengingat setiap matahari tenggelam maka hari pernikahan semakin dekat hingga tak terasa besok adalah hari pernikahan antara aku dengan Hamish, Hari yang sudah dinanti – nantikan kedua keluarga calon pengantin tapi tidak denganku, Bagiku hari esok adalah bencana sekaligus mimpi buruk.     Ruang aula kerajaan telah dirubah menjadi sedemikian indah, terdapat banyak hiasan mawar merah ataupun putih di dinding ruangan. Meja – meja tamu serta meja hidangan sedang dipersiapkan oleh seluruh pelayan istana. Sedangkan, para koki sedang berusaha keras untuk membuat masakan untuk menyambut jamuan besar besok yang akan dihadiri oleh seluruh rakyat kerajaan Crestel.     Aku memandangi sebuah gaun pengantin berwarna putih yang di gantung ditengah ruang rias. Gaun tersebut begitu indah dan mempesona, di bawahnya terdapat deretan berlian berkilauan, sungguh gaun ini membuatku terpesona. Aku sungguh ingin memakai gaun secantik ini di hari pernikahan Pria yang sangat kucintai. Bukan untuk dilihat oleh Hamish Diligham ataupun keluarga kami. Namun, untuk diriku sendiri pria impianku.     “Tuan Putri. Cobalah pakai gaun ini meski hanya sebentar saja. Saya yakin Putri Alice akan terlihat begitu menawan besok. Semua mata pasti akan tertuju kepada anda.” Ucap kinan yang sedari tadi membujuk ku memakai gaun itu.     “Sudah kubilang dari awal, kinan. Aku tidak akan pernah mau memakai gaun pengantin ini untuk acara pernikahanku dengan Hamish. Bisakah kamu berhenti memaksaku, aku sedang sangat pusing sekarang.” Ujarku seraya mendudukan diri di sofa, memijat keningku yang terasa agak sakit.     “Baiklah jika begitu, bagaimana kalau Tuan Putri pergi ke padang rumput yang ada di luar istana untuk menenangkan diri. Mungkin setelah sedikit menghirup udara segar, pikiran anda bisa lebih baik.” Usul kinan kepadaku.     Yang dibilang Kinan ada benarnya juga mungkin aku bisa sedikit menyegarkan pikiranku yang dilanda kalut saat ini.     “Kalau begitu sampaikan kepada ayah. Aku akan pulang sebelum matahari terbenam.”      Kinan mengangguk, “Pasti akan hamba sampaikan kepada Yang Mulia Raja.”     Aku keluar dari kamarku menuju gerbang istana yang besar, para pengawal membukakan pintu untukku.     Langsung saja kubentangkan sayap berwarna putih yang terakhir kali kugunakan untuk terbang tiga bulan yang lalu, kukepakkan sayapku sehingga membuat tubuhku melayang ke angkasa kunikmati setiap angin yang berhembus melewati tubuhku, rambutku yang bergelombang berkibar – kibar, pikiranku yang sedikit kalut tadipun menjadi mulai segar kembali.     Aku mendaratkan kakiku ke padang rumput savana, kulihat rerumputan hijau melambai lambai mengikuti gerakan angin begitupun dengan gaun panjangku yang berwarna biru langit ini, kubaringkan tubuhku diatas rerumputan ini yang membuat mataku memandang indahnya langit biru dihiasi oleh awan putih yang cerah. ***     “Kau begitu cantik gadisku matamu yang berwarna biru terang membuat ku terpana melihatmu.” ucap seorang lelaki yang berambut hitam segelap malam dengan iris mata berwarna hijau dengan sayap berwarna hitam sambil menatap seorang wanita yang ada dihadapannya yang mungkin adalah kekasihnya.     Ucapannya mampu membuat gadis itu merona merah, tapi seketika ada sebuah tembok jeruji yang membatasi gadis itu dan dia. Apa yang sebenarnya terjadi, tiba tiba gadis berambut pirang itu ditarik oleh dua prajurit kerajaan.     “Tolong, jangan pisahkan kami berdua.” ucap gadis cantik yang sekarang sedang meronta ronta ingin dilepaskan.     Mereka menaruh kepala gadis itu disebuah lubang yang ada di alat yang disebut pisau guillotine. Sebuah Alat untuk hukuman mati seorang criminal, diatas kepalanya sudah ada sebuah besi yang sangat tajam yang jika dijatuhkan bisa membuat kepalanya lepas dari tubuhnya, didepannya sang kekasih didudukan tepat 6 Meter dari hadapannya. Dibelakang lelaki itu ada algojo berpakaian serba hitam mencabuki nya sehingga meninggalkan bekas luka dipunggung dan di sayapnya.     Gadis itu tak kuat menahan air matanya, air matanya jatuh dari matanya yang indah dan meluncur ke pipinya yang mulus     Seorang algojo melepas tali yang menahan besi diatas kepala sang gadis yang menyebabkan besi itu meluncur mulus kekepala gadis bermata biru itu hingga akhirnya sebuah kepala langsung terjatuh dan berguling tepat dihadapan sang pria.     “Aaahhhhhhhhh, apa itu tadi!” Teriak alice masih terengah engah dengan mimpi yang begitu aneh tadi, ternyata tadi dia tertidur cukup lama diatas rumput hijau yang luas ini.     “Bermimpi buruk nona muda?”     Alice yang masih kaget dengan mimpinya tadi kembali dibuat kaget dengan suara serak yang ada  dibelakangnya, dia memberanikan diri untuk memutar kepalanya kebelakang dan benar saja ada seorang pria paruh baya yang mungkin sudah berumur ribuan tahun lebih sedang menatap Alice.     “Siapa kamu?” Ucap Alice curiga.     “Tidak perlu khawatir, Aku bukanlah orang yang jahat, Namaku Jill.” katanya disertai dengan senyuman.     Alice yang tadi duduk akhirnya langsung berdiri dan berhadapan dengan kakek tua itu, kakek itu sedikit lebih pendek dari Alice dengan mata yang berwarna coklat gelap.     “Apakah mimpi itu menakutkan?” tanya jill.     “Sangat menakutkan. Apakah anda bisa mentafsirkan mimpi.” Tanya Alice.     “Kemarikan telapak tangan anda, Nona.”     Alice tanpa ragu menyerahkan telapak tangan kanan nya kepada jill, dia benar – benar penasaran dengan mimpinya itu. Sepertinya Jill memang bisa membaca takdir dan nasib seseorang hanya dengan melihat garis tangan seseorang, sekitar beberapa menit dia melihat telapak tangan Alice dan memulai membuka mulutnya.     “Masa depan yang indah.” Ucapnya dengan senyuman di wajahnya.     “Maksud anda?” tanya Alice dengan bingung.     “Nona muda, akan ada sebuah takdir besar yang menunggu anda. Tetapi, sebuah rintangan besar akan menjadi penghalang untukmu. Bila kau bisa melewatinya maka masa depanmu akan indah.”     “Aku masih belum mengerti.”     Jill hanya tersenyum, ia kemudian menyerahkan sebuah kalung berliontinkan sebuah berlian berwarna biru gelap, “Ambillah ini, kalung ini akan menunjukkan takdirmu dan juga sebagai tameng pelindungmu."     Alice tidak mengerti, dan lebih tak mengerti lagi ketika tangannya mengambil kalung yang diserahkan oleh Jill tanpa sadar. Seakan ada magnet tak kasat mata yang menarik perhatiannya untuk mengambil kalung tersebut. Tatkala telapak tangannya bersentuhan dengan kalung misterius tersebut, cahaya berpendar putih langsung mengelilingi tubuhnya, dimulai dari tangan hingga menjalar ke seluruh tubuh.     Ia segera memejamkan mata akibat tak tahan dengan cahaya yang begitu menyilaukan, segera setelah dirasa cahaya tersebut menghilang. Alice Kembali membuka mata, dan merasa terkejut karena kalung yang sebelumnya ia genggam kini sudah terpasang di leher jenjangnya.     “Apa yang terjadi? Jill, ad –”     Alice hendak berbicara kepada Jill, namun dihadapannya hanyalah hamparan rerumputan kosong tanpa ada satu sosokpun disana. Jill sudah menghilang dan meninggalkan belasan pertanyaan didalam kepala Alice. Belum sempat berfikir lebih lanjut, lehernya merasa ditarik paksa oleh tali kalung yang melekat di lehernya.     “Kalung ini, kenapa bisa menarikku.”     Alice berusaha keras untuk melepaskan kalung tersebut dari lehernya, namun sekuat apapun dia berusaha. Kalung tersebut masih tetap melekat kuat, sehingga ia tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemana arah kalung itu menuntunnya. ***             Nicholas telah selesai menjalani hukumannya, dan sekarang ia sedang Kembali ke Hutan Clasier, seperti yang pernah ia janjikan kepada dirinya sendiri bahwa ia akan Kembali setelah masa kurungan berakhir. Namun, sepanjang apapun ia menelusuri jalan Hutan Clasier. Nicholas tidak bisa menemukan cahaya putih yang sebelumnya ia lihat.             “Kemana perginya cahaya itu? Apa aku salah jalan?” Ia melirik kea rah ranting pohon di sekitarnya dan melihat ada tali berwarna merah yang melilit ranting tersebut, pertanda bahwa ia sudah melewati jalur tersebut. Tandanya ia hanya memutari Hutan ini sejak awal.             Tanpa sadar ia mematahkan ranting pohon disebelahnya akibat merasa kesal, ia merasa seperti sedang dipermainkan oleh sesuatu yang bahkan tak menampakkan wujudnya. Mungkinkah cahaya takdir itu salah menemui orang, sehingga kali ini Nicholas tidak melihatnya lagi. Ia mulai merasa putus asa dan hendak terbang untuk Kembali ke Istana. Namun, belum sempat ia terbang tinggi, Cahaya berpendar putih itu Kembali muncul, kali ini lebih terang dari sebelumnya.             Tanpa menunggu atau berfikir lagi, Nicholas segera berlari mengikuti cahaya tersebut. Setiap melangkah melewatinya, cahaya putih itu akan menghilang seakan tidak ingin meninggalkan jejak selain untuk Nicholas. Ia berlari, terus berlari begitu cepat seperti takut bahwa cahaya tersebut akan lenyap.             Hingga ketika sampai di cahaya terakhir, cahaya tersebut mulai memudar dan kemudian menjatuhkan sehelai bulu putih. Bulu itu begitu lembut dan terlihat rapuh, Nicholas mengambil bulu tersebut dan memperhatikannya sejenak. Tak lama kemudian ia nampak agak terkejut.             “Bulu ini. Ini seperti bulu dari sayap malaikat putih.”             Nicholas tahu bahwa Hutan Clasier dekat dengan tembok perbatasan menuju ke Cresdante. Dan bukanlah tidak mungkin, ada malaikat putih yang masuk kedalam, mereka mungkin saja ingin memata – matai atau memastikan malaikat hitam tidak sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan malaikat putih. Tapi, kenapa cahaya yang dibilang sebagai cahaya takdir itu malah menunjukkan sebuah bulu malaikat putih kepadanya, mungkinkah ia akan memiliki hubungan dengan negeri Cresdante. Kemudian, ia hanya terdiam ditempatnya berdiri, seakan sedang menunggu seseorang yang tidak pasti. ***     Di sisi lain, Alice masih ditarik paksa oleh kalung yang menggantung di lehernya. Dia bahkan sudah mencoba menggunakan kekuatan malaikat untuk menghancurkan rantai kalung tersebut, namun nampaknya ada sebuah kekuatan besar yang terdapat didalam kalung itu. Melindungi diri sendiri dari serangan luar, termasuk serangan dari Alice.               “Hutan Asclay?” Ucap Alice yang terkejut karena ternyata kalung ini menyeret alice ke hutan Asclay. Ia merasa terkejut, diantara semua tempat di Istana Cresdante, Alice paling menghindari Hutan ini. Ia hanya tidak menyukai tempat gelap dan sunyi, terlebih banyak rumor di buku sejarah yang menyatakan bahwa pembatas antara Cresdante dan Asdante terdapat disini. Dan Alice tidak mau sampai tersesat masuk kedalam Asdante, Negeri yang menurut para petua selalu dikelilingi oleh kegelapan serta malaikat jahat yang akan langsung membunuh malaikat putih bila sampai terlihat oleh malaikat hitam.      “Berhentilah kalung bodoh!” Teriak Alice kesal, dia bahkan tidak perduli lagi dengan norma kesopanan, kalung ini memang pantas mendapat kata – k********r.     Alice semakin terseret masuk kedalam hutan Asclay, semakin kedalam. Hutan Asclay semakin gelap akibat pohon rindang yang menutupi masuknya sinar matahari kedalam hutan. Membuat satu – satunya penerangan yang Alice miliki berasal dari cahaya liontin kalung yang bersinar.      Sudah lebih dari sekitar satu jam Alice berjalan menusuri Hutan tersebut, dirinya yang sejak awal menggerutu pada akhirnya hanya mengikuti kemana kalung liontin itu menuntunnya. Suasana di sekitar sudah sangat gelap, tidak ada secercah pun cahaya matahari yang masuk.     ‘My child went to far and lost her way’     Alice langsung membulatkan kedua manik Sapphirenya tatkala suara gema seorang pria berdengung di kedua telinganya, lebih mirip seakan suara itu masuk kedalam kepala Alice.     ‘My child went to far and lost her way’     Suara itu terdengar untuk yang kedua kalinya, dilanjut ketiga, dan terus – menerus hingga membuat dengung menyakitkan di kepala Alice. Wanita itu memegang kepalanya dan mendesis berusaha untuk menahan rasa sakit yang bertubi – tubi. Seperti ada sebuah palu yang memukul kepalanya berulang kali.     Secara perlahan suara misteri itu mulai menghilang, meninggalkan kesunyian di sekitar Alice. Ia kemudian bernafas dengan putus – putus dan terjatuh ke atas tanah. Merasa begitu lelah. Namun, pemandangan yang terdapat dihadapannya jauh mengerikan, begitu mengerikan sehingga ia tidak mampu menggerakan seluruh tubuh miliknya.     Kegelapan.     Hanya itu yang ia lihat, hanyalah kegelapan tak berujung. Tanpa ada satupun celah cahaya di hadapannya, cahaya dari kalung pun mulai meredub, memberikan desiran ketakutan sekilas pada diri Alice. Ia bukanlah wanita penakut, namun berhadapan dengan kegelapan tak berujung seperti ini terasa sangat menakutkan. Bisa saja akan ada sesuatu yang berbahaya di balik kegelapan tersebut yang tidak akan Alice sadari. Srekkk... srekkk…     Tubuh Alice menegang, seluruh indranya menjadi lebih tajam untuk mewaspadai keadaan di sekitarnya. Tapi mungkin saja itu adalah prajurit kerajaan yang datang mencari Alice, karena ia merasa hari sudah mulai malam dan Ayahnya pasti khawatir Alice akan kabur dari pernikahan. Alice ingin berteriak kepada sumber suara tersebut, mengharapkan akan ada orang lain, namun dilain sisi ia takut kalau itu adalah makhluk jahat.     Crestel tidak memiliki monster. Dan ia tahu itu.      “Halo, apa ada seseorang disana? Bisakah kau membantuku, disini sangat gelap dan aku tidak bisa melihat apapun.”     Tanpa Alice sadari hanya berjarak beberapa meter darinya, ada sosok pria yang berdiri memperhatikan Alice yang sedari tadi hanya duduk kebingungan di atas tanah. Pria itu ingin mendekat awalnya, namun masih ragu. Akan tetapi, mendengar Alice meminta bantuan. Secara alami pria itu langsung mendekat. Meskipun ia agak merasa aneh karena mendengar Alice tidak bisa melihat dalam gelap. Pria tersebut tidak bisa melihat sayap milik Alice, karena sayapnya tersembunyi kecil dibalik punggungnya.     “Apa yang sedang anda lakukan disini, Nona. Apa anda tersesat?” Tanya pria itu seraya berjalan mendekat.     “Ya, sepertinya saya tersesat. Bisakah anda menolong saya?” Balas Alice dengan kepala yang berusaha untuk mencari sumber suara.      “Nona, bagaimana bisa anda tersesat sampai kedalam Hutan Clasier.”     Seketika seluruh tubuh Alice membeku mendengar ucapan pria dihadapannya yang mengatakan Hutan Clasier. Hutan itu, bukankah itu terlewat di wilayah Asdante. Bagaimana bisa Alice sampai ke hutan ini. ‘My child went to far and lost her way’. Suara yang sebelumnya ia dengar berulang kali pasti adalah pertanda bahwa dia melangkah terlalu jauh hingga tersesat ke balik perbatasan transparan antara Crestel dan Asdante.     Beberapa saat kemudian, kalung di lehernya Kembali bersinar. Namun, tidak terlalu menyilaukan, hanya seperti kedipan sesaat yang berlangsung kilas. Seketika juga, mata Alice yang sebelumnya tidak bisa melihat apapun dibalik kegelapan. Tiba – tiba kedua matanya bisa melihat jelas dalam gelap. Dan ia langsung mematung melihat pria dihadapannya.     Malaikat hitam. Laki – laki berobsidian emerald itu memiliki sepasang sayap berwarna hitam yang membentang lebar dihadapan Alice. Membuat jantung Alice berdebar dua kali lebih cepat karena ketakutan. *** Alice’s Pov     Aku tidak percaya, dihadapanku ada sesosok malaikat hitam. Wajahnya memang nampak rupawan, matanya yang berobsidian emerald membuatku terpana. Namun kemudian aku tersadar bahwa dia merupakan malaikat hitam dan aku adalah malaikat putih. Bukan hal tidak mungkin malaikat itu akan segera membunuhku. Terlebih apabila dia tahu, aku adalah seorang Putri dari Kerajaan Crestel, Anggota kerajaan malaikat putih yang pasti menjadi incaran mereka.     Aku sangat tidak mengerti, mengapa aku bisa sampai ke tempat ini. Asdante adalah Negeri yang mengerikan, dipenuhi dengan kegelapan dan monster. Serta banyak penyihir yang mungkin bersifat jahat. Seorang malaikat putih masuk kedalam Asdante, bagaikan seekor kelinci yang masuk kedalam kendang harimau.     Kakiku melangkah menjauhi dirinya, aku tidak membawa satupun s*****a yang bisa melindungi diriku. Aku juga tidak tahu apakah kekuatan malaikat putih akan berfungsi di wilayah mereka. Aku tidak boleh sampai terbunuh disini, apapun yang terjadi. Aku pasti akan hidup.      “Jangan mendekat. Jangan pernah memiliki niat untuk menyerang, karena aku akan melawanmu.”     Setiap aku merasa terancam, kedua sayapku akan melebar. Pria itu pasti telah melihat warna sayap dibelakangku, dan akan segera menyerang. Aku melihat ia menyodorkan tangan kanannya kehadapanku. Apakah dia akan menggunakan sihir untuk membunuh, begitu menjijikannya mereka.     Namun, tak pernah kusangka dia malah menyodorkan sebuah sapu tangan hitam, “Ambillah, tanganmu kotor terkena tanah.”      Aku menatapnya dalam, “Kau tidak ingin membunuhku?”     “Apa maksudmu saya akan membunuhmu?” Ucapnya yang tampak bingung, lalu melanjutkan perkataanya, “Kenapa aku harus membunuh bangsa ku sendiri, nona? Aku tahu, bangsa kita memang terkenal kejam. Namun, membunuh bangsa sendiri tidak akan pernah menjadi sebuah pilihan.”     Bangsa sendiri?     Aku melihat kebelakang, dan ini semakin membuatku terkejut. Sepasang sayap putih telah menjelma menjadi sepasang sayap hitam, dengan ujung sayap yang agak meruncing seperti sayap iblis. Apa mungkin ini adalah pengaruh kalung yang kupakai, seperti perkataan Jill. Kalung ini bisa menjadi perisai untukku di masa depan.     “Kenapa anda diam? Apa ada pikiran buruk lagi yang muncul di benak anda?” Tanyanya yang membuatku langsung tersadar.      “Aku. Saya baik – baik saja.”     Pria itu kemudian tersenyum, dan Kembali menyodorkan tangannya kehadapanku.     “Kemarilah, saya bisa mengantar anda pulang”     Tanpa berfikir lebih jauh lagi, Aku segera meraih tangannya, ketika aku meraih tangannya, sekilas dapat kulihat sebuah tanda sayap hitam kecil di punggung tangan kanannya. Sebuah tanda yang mirip dengan kepunyaanku, hanya berbeda warna saja.     Dia Pangeran.     Bukankah itu adalah hal buruk, bertemu dengan seorang anggota kerajaan. Bila suatu saat rahasiaku terbongkar, bukan tidak mungkin kerajaan akan langsung menjatuhkan hukuman mati atas tuduhan menipu serta memata – matai pangeran. Tapi biarlah itu menjadi urusan nanti, selama aku bisa menjaga rahasia. Aku yakin semua akan baik – baik saja.     Setelah kulihat dia dengan seksama, tubuhnya jauh lebih tinggi dariku, rambutnya sehitam jelaga dan kedua manik emerald itu begitu tajam. Aku seakan bisa melihat pusat kehidupan ketika menatap matanya. Kemudian, aku merasa seperti pernah melihat wajah pria ini disuatu tempat.      “Dimana rumah anda, Nona. Saya bisa mengantar anda.” Tanyanya.     Aku terdiam, tidak mungkin aku menjawab bahwa crestel adalah rumahku. Berbohong adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Maafkan aku Tuhan.      “Saya tersesat didalam hutan ini, ketika saya sedang berlari kabur dari kejaran orang rumah. Saya sangat tidak ingin pulang. Namun, saya juga tidak memiliki tempat tinggal lain.”      Setidaknya perkataan tentang aku yang tidak ingin segera pulang adalah bagian dari kejujuran.     Pria itu mengangkat alisnya, “Kenapa kamu kabur dari rumah?”      Aku hanya tersenyum kepadanya, dan kemudian menjawab pelan, “Maaf, tapi saya tidak bisa menceritakan hal ini.”     Tidak kusangka, pria itu hanya terkekeh kecil dan membalas, “Jika memang dirasa privasi. Anda tidak perlu mengatakan apapun kepadaku. Karena anda tidak memiliki tempat tinggal, saya tahu sebuah rumah kosong yang memang sudah tidak dihuni lagi oleh pemiliknya sejak lama. Itupun bila anda mau tinggal disan.” Tawarnya.     Tidak ada pilihan lain selain mengikutinya, aku sendiri pun tidak tahu dimana jalan pulang ke crestel atau dimana jalan keluar dari hutan ini lagipula dia adalah pangeran, bagi rakyat biasa ucapan keluarga istana tidak bisa ditentang, tentu saja sekarang aku adalah rakyat biasa dinegeri asdante.     “Baiklah, saya tidak masalah tinggal dimanapun, maaf telah merepotkan anda, Pangeran.”  ucapku yang bisa membuat nya terlonjak kaget ketika aku tahu siapa dia sebenarnya     “Tanda lahir anda yangmulia.” Ucapku sesopan mungkin.     Pria itu tertawa, “Bodoh sekali saya sampai melupakan tanda ini. Sudahlah ayo saya antar anda ke rumah itu.” Ucapnya yang dengan sigap melebarkan sayapnya. Dan aku segera ikut melebarkan sayap. Kami pun segera meninggalkan hutan, meskipun agak asing, mekanisme cara terbang dengan sayap ini sama saja seperti memakai sayapku yang biasa.     Sejenak aku melirik kearah belakang dan termenung, Ayah dan Ibu pasti sedang berusaha mati – matian untuk mencariku. Mungkin mereka berfikir bahwa aku kabur  dari istana, karena tak ingin menikah. Meskipun kenyataannya memang begitu, seketika aku merasa lega pernikahan ku bisa batal. *** Nicholas’s Pov     Aneh sekali ada seorang gadis secantik dia berkeliaran dihutan seperti ini. Dari pakaian yang dia kenakan sepertinya dia bukanlah rakyat biasa, dia lebih nampak seperti seorang bangsawan. Seorang bangsawan yang melarikan diri dari rumah, pasti bukan sekedar permasalahan kecil. Keluarga kerajaan atau keluarga bangsawan pasti selalu memiliki masalah berat didalam keluarga.     Sejujurnya, sejak pertama kali melihat gadis itu. Aku merasa sangat terpanah dengan keindahan Obsidian Sapphire serta rambut keemasan yang ia miliki. Begitu jarang atau bahkan tidak pernah terlihat seorang malaikat hitam yang memiliki kedua karakteristik indah tersebut. Ah, bahkan aku belum tahu namanya.     “Siapa nama anda, nona.” tanyaku kepadanya seraya terus mengepakkan sayapku.     “Nama saya Alice, pangeran.” Jawabnya.     “Nama keluargamu?”     Dia tersenyum lembut, “saya lebih memilih untuk tidak menyebutkannya.”     Bukankah gadis ini dipenuhi dengan misteri. Tapi aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena mungkin memang dia tidak nyaman bila aku harus tahu keluarga mana yang bisa membuat anak perempuan mereka melarikan diri dari rumah.     “Bagaimana dengan anda, pangeran. Siapa nama anda?”     Aku tertegun, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui namaku, meskipun wajahku tidak sesering Harry untuk tampil didepan umum. Setidaknya dia akan tahu nama pangeran yang tidak pernah muncul di umum. “Anda tidak tahu nama saya?”     Wanita itu terdiam lagi, seperti sedang memikirkan sesuatu. “Maafkan hamba, pangeran. Namun sejak kecil, saya tidak pernah diizinkan untuk keluar oleh keluarga hamba. Sehingga saya pun juga tidak pernah mendengar nama anda. Maaf, Pangeran. Saya pantas untuk dihukum.”     Aku mengernyitkan keningku, sejak awal dia selalu takut menyinggungku. Sebagai pangeran, aku tidak pernah menjalankan tugas selayaknya pangeran. Dipanggil seformal dan sehormat ini oleh orang lain. Rasanya agak aneh.     “Nicholas, namaku Nicholas Cromwell. Tolong, jangan memanggilku terlalu formal, bagiku itu hanya panggilan didalam istana. Bila diluar istana, siapapun bebas memanggilku Nicholas.”     Dia nampak enggan, “Tapi, pangeran. Hamba tidak berani.”     “Nicholas. Panggil aku Nicholas. Itu perintah, kamu pasti tahu dengan benar bahwa perintah kerajaan adalah mutlak.”     “Baiklah, Nicholas.” Ucap Alice agak sungkan.     Setelah sekitar setengah jam kami terbang. Akhirnya kami berdua sampai di rumah yang sudah tidak berpenghuni. Menurut cerita legenda yang pernah kudengar sejak kecil. Rumah ini adalah rumah peninggalan seorang peramal bernama Ferdha. Dia merupakan keturunan penyihir. Tidak ada yang mengetahui asal – usulnya.  Dia adalah peramal yang sangat misterius, dan menurut cerita dia bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri di hutan Clasier. Sebenarnya aku tidak ingin membawa Alice kesini. Tapi tak mungkin aku membawanya ke Istana, lagipula aku bisa memasang perisai pelindung di sekitar rumah untuk mencegah adanya energi jahat masuk kedalam rumah atau mengusir energi jahat yang tertinggal di dalam rumah ini. Rumah ini tidak pernah dihancurkan meskipun telah terbengkalai selama beberapa decade, menurut Harry rumah ini seperti memiliki kekuatan besar untuk mencegah orang lain untuk menghancurkannya.     Nampaknya, Alice agak tidak nyaman melihat suasana rumah yang terkesan dipenuhi energi kegelapan dan berdebu.     “Tidakkah ini terlihat agak mengerikan.” Bisiknya pelan.     Aku mengusak rambut keemasannya yang begitu lembut, sedikit menghilangkan kegundahan yang ada di hatinya, “Maaf, tapi aku tidak bisa membawamu ke istana. Bagaimana pun juga, Raja tidak bisa membiarkan sembarangan tamu masuk ke wilayah kerajaan. Dan seperti yang kamu katakana sebelumnya. Kamu sedang melarikan diri dari rumah, bila kamu tinggal di penginapan. Keluargamu mungkin bisa berhasil menemukanmu.”      Matanya masih nampak ragu, sebelum akhirnya berbinar setelah aku memberikannya perkataan lain, “Aku akan memasang perisai pelindung di rumah ini. Tidak akan ada energi jahat yang akan menyakitimu. Dari dalam atau luar rumah, kamu akan aman. Dan aku juga pasti akan mengunjungimu sesering mungkin untuk membawakan makanan.”     “Terima kasih banyak, Nicholas. Maafkan aku sudah banyak merepotkanmu. Tapi, maukah kamu melakukan satu hal lagi untukku. Apakah kamu bisa mencarikan sesuatu untuk membuat rumah ini lebih terang. Jujur, aku agak tidak nyaman dengan gelap.”      Aku mengangguk, “Tentu, ayo kita masuk.”     Kami berdua melangkahkan kaki kami ke dalam rumah yang memang sudah agak tua ini, Saat memasuki rumah ini seperti ada desiran aneh yang menyapa kulitku. Energinya tidak jahat, namun hanya membuat hatiku merasa agak risau saja. Setelah kami sudah masuk, aku menutup pintu dibelakangku.     Kemudian menepuk dua kali dinding rumah ini. Mengalirkan energi berpendar hijau ke seluruh wilayah rumah, kedua manik mataku dalam beberapa saat bersinar, “Pelindung yang tak tertembus, kehidupan yang tak pernah mati. Aku memberikanmu perintah, lindungi seluruh bagian rumah ini. Jangan biarkan energi jahat dari luar masuk kedalam, dan usir semua energi jahat yang menghuni rumah ini.”     Sebuah suata debuman halus tercipta setelah seluruh cahaya hijau mengelilingi rumah. Dapat kudengarkan banyak teriakan mengerikan dari dalam maupun luar rumah yang melarikan diri. Mereka sepertinya adalah energi jahat yang telah menghuni rumah kosong ini dalam beberapa dekade.     Bola – bola kristal yang memancarkan cahaya pun ikut muncul berselang beberapa saat. Membuat seluruh ruangan gelap menjadi begitu terang, membuat Alice bernafas lega.     “Apa itu sihir?”     Ternyata dia memang aneh, bagaimana mungkin dia tidak pernah melihat sihir. Selalu dikurung didalam rumah bukanlah sebuah alasan untuk tidak pernah melihat sihir. Apakah dia adalah orang yang berasal dari wilayah lain, bulu putih yang kutemui selumnya. Mungkinkah Alice memiliki hubungan dengan malaikat putih.     Alice memang nampak ramah dan tidak terlihat seperti orang yang jahat, namun sebagai pangeran Asdante. Aku harus selalu mewaspadai orang yang mungkin saja akan mengancam Asdante.     “Alice, bukankah begitu aneh. Seorang malaikat hitam tak tahu cara menggunakan sihir. Kecuali, bila kamu berasal dari wilayah lain. Crestel misalnya.” Kataku dengan nada yang mengintimidasi. Belati kecil kusembunyikkan dibelakang punggung, bersiap untuk melawan, bila memang Alice berniat melawan.     Untuk kesekian kalinya, Alice nampak tertegun. Sinar dimatanya menggelap dan dia hanya menatapku tanpa kata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD