BAB III. Dinner - Go Outside

2107 Words
Alice’s Pov     Pemandangan langit siang ini memang indah. Tapi tidak dengan perasaanku yang sedang kacau mengingat hari ini keluarga Diligham akan datang ke istana malam ini untuk makan malam bersama dengan keluarga ku. Apa yang harus aku lakukan? haruskah aku menerima semua ini dan menikah dengan pria yang tidak aku cintai. Jangankan cinta, rasa sayangpun tidak ada.     “Tuan putri, Yang Mulia Ratu meminta hamba untuk memberikan gaun ini kepada Tuan Putri.” Ucap pelayan ku, Kinan.     “Aku tidak ingin semua ini Kinan.” Keluhku kepada Kinan.     Sebagai anak tunggal. Jujur aku sangat merasa sendirian, Sehingga Kinan yang merupakan pelayan pribadiku sudah aku anggap sebagai saudari ku sendiri.     “Hamba tahu Tuan Putri, tapi ini sudah menjadi tradisi." katanya dengan tersenyum     “Semua orang selalu memaksaku melakukan hal ini karena tradisi, tapi mereka tidak pernah memikirkan perasaanku. Apakah aku senang atau sedih dengan semua ini.”     Mataku sudah tak mampu lagi menampung air mataku, air mata ini jatuh dari pipiku.     “Janganlah bersedih Tuan Putri, hamba yakin Tuhan memiliki rencana baik untuk Tuan Putri, bersabarlah.” Kinan berkata dengan lembut dan mengusap air mataku.     “Kalau begitu hamba mohon diri.” Dia berjalan melewati pintu kamarku     Sekarang haruskah aku berdandan atau memakai baju yang biasa saja dan tidak menyetujui perjodohan ini di depan keluarga Diligham. Tapi jika aku melakukan hal itu sama saja aku membuat malu nama keluarga kerajaan, karena penolakan sama saja hinaan.     Mungkin aku memang harus melakukan hal ini.     'Percayalah alice tuhan pasti punya rencana untukmu.'     Kataku didalam hati. Akhirnya aku memakai gaun yang diberikan oleh ibu gaun berwarna pink muda keputihan tanpa lengan sedangkan surai rambutku yang keemasan kutata sedemikian rupa, serta menambahkan aksesoris perak dan memakai riasan sewajarnya. Sayap dibelakang punggung kubentangkan lebar yang semakin menambah anggun diriku. Ketika aku melirik ke arah jam, Ternyata sudah pukul tujuh malam keluarga Diligham pasti sebentar lagi datang ke istana.     ‘Inilah saatnya alice.’     Aku membuka kenop pintu kamarku dengan gemetar.     'Jangan takut'     Akhirnya aku membuka kenop pintu kamarku dan menuju ruang singgasana untuk menyambut Hamish dan keluarganya. Aku masuk dan duduk di singgasana yang terletak disamping kiri ayahku sedangkan disamping kanan ayahku adalah singgasana ibuku. Mereka juga merentangkan sayap mereka.     “Kamu begitu cantik dengan gaun yang ibu berikan untukmu.” kata ibuku kagum.     “Terima kasih, Ibu.” Ucapku sambil memaksakan senyum.     “Sudah siap Alice?” tanya Ayahku.     “Mungkin.”     Akhirnya setelah menunggu lebih dari dua menit. Hamish dan keluarga nya datang, dan mereka memberikan salam hormat kepada kami.     “Hormat kami untuk paduka Raja Steven.” Ucap Tuan Charlie yang tidak lain adalah ayah dari Hamish seraya membungkukkan setengah badannya yang di ikuti oleh Nyonya Liana serta Hamish.     “Hormat kami untuk Ratu Esline dan hormat kami untuk Putri Alice.”     “Selamat datang di Istana Crestel, dan terima kasih karena sudah datang ke undangan makan malam di istana ini.” Sambut Raja Steven.     “Sebaiknya kita langsung saja memulai makan malam nya.” Ajak Ratu Esline.     “Alice, ayo kita ke ruang makan.” Raja Steven memanggilku tapi aku tidak mendengarnya karena aku masih hanyut dalam pikiranku, aku berfikir bisakah aku kabur sekarang.     “Alice.” Kata Ayah lagi.     Akhirnya aku tersadar dari lamunanku.     “Baik ayah.” *** Nicholas’s pov     Membosankan.     Hanya satu kata itu saja yang bisa mendeskripsikan keadaan ku saat ini, berdiam diri didalam kamar seharian memang sangat membosankan. Meskipun aku sudah terbiasa dengan hukuman seperti ini, entah mengapa hari ini aku merasa sangat bosan dan sangat ingin pergi keluar.     Aku merasa hidupku bagaikan pengulangan. Selalu berawal dengan dipaksa belajar sihir, kabur, dimarahi, menentang ayah, dan dikurung dikamar.     Tiba tiba saja pintu kamarku dibuka perlahan tapi aku tidak menengok karena aku sudah tahu siapa orang yang masuk     “Hei.” Kata Harry sambal tersenyum.     Aku mengangkat sebelah alisku, menatap heran kearah Harry, “Kenapa kamu kesini, apa kaka membawa kabar gembira?”     Harry mengangguk. “Kamu boleh keluar.”     Aku terkejut melihatnya, “Eh, serius? Bukankah aku masih didalam masa kurungan.”     “Sedikit melanggar tidak apa apa kan.” Harry tertawa kecil.     Aku sekarang mengerti, bukan masa kurunganku yang dikurangi. Namun, nampaknya Harry yang memperbolehkanku untuk keluar tanpa sepengatahuan ayah ataupun ibu.     “Bagaimana jika ayah dan ibu tahu?” Tanyaku.     “Tenang saja. Ayah dan Ibu sedang ada urusan di Istana Penyihir.”     “Kamu mau keluar atau tidak? Kalau tidak, aku akan menguncimu Kembali.” Harry memutar kunci kamarku di tangannya.     “Tentu saja aku ingin keluar!” Aku langsung berlari ke arah pintu kamarku, namun sebelum melangkah keluar kamar. Aku berbalik Kembali hanya untuk mendapati sosok Harry yang sedang duduk diatas tempat tidurku seraya memakan apel merah. “Terima kasih, Ka.”     “Aku hanya memberikanmu waktu lima jam untuk keluar istana. Dan sebaiknya jangan lewat pintu depan. Kabur saja lewat balkon.”     Setelah memirkannya sejenak. Lewat pintu depan memang akan menimbulkan masalah karena akan ada penjaga istana yang melihat dan mungkin saja akan melapor kepada Ayah. Aku segera melangkah masuk kedalam kamar dan menuju balkon kamar.     “Sampai Jumpa.”     Aku membuka pintu balkon dan membentangkan sayap,  akupun menggerakan sayapku untuk langsung meluncur ke udara.     Aku bebas.     “Ini baru namanya udara segar.” Aku berputar – putar diudara, setelah itu langsung mengepakkan sayapku ke Hutan classier, tempat itu selalu menjadi tempat yang paling nyaman saat aku kabur dari belajar sihir atau sekedar meredakan stres. aku mendarat didepan Hutan Clasier dan masuk ke dalam hutan dengan berjalan kaki.     Hutan ini begitu nyaman dan indah, disini ada banyak sekali bunga zeruta ya bunga itu memang bisa bersinar dan tumbuh banyak disekitar hutan sehingga hutan clasier tidak terlalu gelap mungkin ini adalah sedikit karunia tuhan, aku bisa menghabiskan waktu seharian di hutan ini menikmati setiap pemandangan yang aku lewati dulu aku sering kesini bersama kakaku tapi sekarang mungkin itu tidak mungkin dia juga menyukai bunga zeruta dan selalu memajangnya di kamar tidurnya terkadang dialah yang seperti anak anak.     Terlalu lama aku hanyut kedalam pikiran masa kecilku dulu hingga aku tidak sadar kalau aku sudah terlalu dalam memasuki hutan clasier dan bahkan aku tidak tahu sama sekali ini dimana aku belum pernah ke bagian ini, bagian ini masih terasa asing bagiku. *** Alice’s Pov     Usai makan malam, orangtuaku dan orangtua Hamish berbincang – bincang mengenai pernikahan pernikahan antara aku dengan Hamish, Sedangkan aku diminta untuk menghabiskan waktu dengan Hamish ke Taman Istana, kata mereka agar kami berdua bisa semakin dekat.     Aku dan hamish duduk di bangku taman berukiran bunga mawar. Diantara aku dan Hamish tidak ada yang memulai pembicaraan kami berdua sama – sama merasa gugup dan sepertinya ini akan membosankan.     “Putri Alice." Akhirnya dia berbicara terlebih dahulu.     “Hn.” Jawabku singkat.     “Tuan Putri sangat cantik malam ini.” Katanya sambil memperlihatkan kekaguman di kedua manik Hazel miliknya.     'Ucapan klasik setiap pria'     Kataku dalam hati. sudah terlalu banyak pria yang berkata seperti itu kepadaku tapi itu sama sekali tidak membuatku tersipu karena malu seperti wanita lainnya.     “Terima kasih.” Ucapku sambil memasang senyuman palsu.     “Mungkin kita bisa menjadi keluarga yang harmonis.” katanya dengan senyum Bahagia.     'Di dalam mimpi mu Hamish.'     “Mungkin.” Kataku datar tak menampakan ekspresi.     “Aku seperti sedang bermimpi indah sekarang, aku bisa menikahi seorang putri yang cantik dan     anggun.” dia menampakan ekspresi wajah gembira di wajahnya.     'Tapi ini adalah mimpi terburukku selama aku hidup!'     Aku selalu tersenyum ketika dia berbicara tapi semua senyuman itu palsu dia memang bukanlah jodohku yang sebenarnya.     “Mungkin sebaiknya kita kembali ke ruang keluarga istana untuk mendengar kapan kita akan memulai resepsi pernikahan,” ucapku yang sudah melenggangkan kaki terlebih dahulu meninggalkannya, karena aku sudah muak mendengar semua ocehannya.     Aku berjalan secepat mungkin karena aku tidak ingin berdampingan dengan Hamish. Aku masuk ke dalam ruang keluarga dan ternyata mereka semua sudah merencanakan tanggal pernikahan.     “Tanggal dua belas pada bulan sebelas, satu bulan lagi kamu akan menikah Alice.” ucap ibuku     Aku hanya tersenyum perkataan Ibuku yang bagaikan mantra sihir pembawa mimpi buruk.     Sudah dua jam lamanya keluarga kami berbincang – bincang tapi ini semua malah membuat ku bosan, kulihat terkadang Hamish tengah mencuri pandang kepadaku tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Sekarang aku hanya berharap kalau mereka cepat pulang agar aku bisa beristirahat.     “Paduka Raja sekarang sudah larut malam sebaiknya kami semua mohon diri untuk Kembali.” ucap ayah Hamish.     “Kenapa kalian tidak menginap di istana ini saja.” ucap ibu ku.     'Jangan sampai mereka menginap disini'     “Baginda tidak perlu repot. Besok mungkin kami bisa kembali lagi jika baginda mengizinkan.”     “Kapanpun kalian ingin datang ke istana pintu gerbang istana akan selalu terbuka untuk kalian.”     Akhirnya mereka semua pulang ke rumah mereka, aku yang sudah lelah akhirnya memutuskan langsung pergi ke kamar.     Sesampainya di kamar. Aku berbaring diatas kasur dan berfikir kenapa hidupku harus seperti ini, jika aku bisa memilih lebih baik aku dilahirkan sebagai manusia yang berjiwa bebas bukan menjadi seorang Putri kerajaan malaikat tapi harus terkurung oleh kesengsaraan dalam waktu yang lama. aku berjalan menuju jendela besar dikamarku dan membuka jendela itu.     Kutatap setiap bintang yang ada dilangit malam ini, Pernikahan bukanlah suatu permainan. Bagi para malaikat, kami hanya boleh menikah sekali dalam seumur hidupnya jadi menikah dengan orang yang tidak dicintai akan menjadi sebuah kesengsaraan yang akan selalu memghantui hidupku jika aku benar benar menikah dengan Hamish, Malaikat bisa hidup dalam ratusan ataupun ribuan tahun. Dan aku tidak bisa membayangkan kehidupan panjangku yang akan dihabiskan Bersama Hamish. Pergantian tahta memang akan berlangsung dalam ratusan tahun lagi, namun para Putri Tunggal haruslah menikah sejak masih belia agar dapat mempererat tali kepercayaan terhadap calon Raja.     Selama sejarah kerjaan Crestel, secara turun – temurun bangsawan pilihan Raja pasti sudah pasti akurat jodoh sang Putri. Tapi sepertinya hal ini tidak berlaku untukku. Jadi sebenarnya dimanakah jodohku yang asli? malaikat yang bisa membuatku tertawa Bahagia, membuat jantungku berdebar – debar dan membuat raga ini nyaman ketika dekat dengannya. *** Nicholas’s Pov     Semenjak awal, aku hanya melihat ke sekeliling hutan ini, sudah bertahun – tahun aku kesini tapi belum pernah menginjakkan kaki di bagian asing yang sekarang nampak dihadapanku. Aku memutuskan untuk terus maju kedepan berharap jika ada sesuatu yang menarik di depan sana.     Benar saja, saat aku sudah semakin jauh menjelajahi bagian hutan ini aku menemukan cahaya putih yang berbentuk seperti gumpalan asap yang sangat banyak berbaris sepanjang jalan didepan sana. Cahaya itu begitu berkilauan dan terlihat sangat mencolok didalam negeri yang gelap ini.     Saat aku berdiri tepat didepan cahaya putih tersebut, jari telunjukku menyentuh cahyaa cahaya aneh tersebut. Namun, ketika disentuh, cahaya tersebut langsung berubah menjadi sebuah tulisan yang melayang.     Ikutilah takdirmu, takdir yang akan membuat sebuah perubahan besar.     Perempat siku muncul di keningku, Perubahan besar apa yang dimaksudkan, aku tidak mengerti. Saat aku ingin melangkahkan kaki ku mengikuti cahaya itu. Secara mengejutkan lonceng pada jam istana berbunyi. Ini adalah bunyi lonceng yang kelima, yang artinya aku telah diluar dalam waktu lima jam.     Aku harus segera kembali ke istana atau aku dalam masalah besar dan Harry pun juga bisa ikut terseret kedalam masalah karena membiarkanku pergi keluar, mungkin setelah hukumanku selesai aku bisa mengikuti cahaya ini.     Aku mengepakkan sayapku, sehingga tubuhku melayang sampai diatas hutan dan melesat secepat mungkin untuk kembali ke istana.     Sesampainya dikamarku ternyata sudah ada Harry yang duduk diatas Kasur seraya membaca buku tebal yang tidak ingin kuketahui isinya. Ketika mendengar kedatanganku, Harry langsung menutup buku miliknya dan menatapku dengan pandangan sedikit kesal.     “Nicholas kau membuatku khawatir. Kenapa begitu lama?”     “Ka, Aku hanya terlambat 15 menit.”     “Karena itulah tidak biasa. Senakalnya kamu, kamu tidak pernah melanggar janji denganku.”     Jadi begitu, ia tidak mengkhawatirkan dirinya yang bisa saja terseret masalah karena keterlambatanku yang mungkin akan diketahui oleh kedua orang tua kami. Namun, ia khawatir karena aku telah melanggar janji dengannya.     “Aku minta maaf dan sebenarnya ada alasan lain yang menyebabkan aku terlambat pulang.” Ucapku.     “Apa itu? Kau tidak mendapatkan masalah kan?” tanyanya.     Aku langsung menggeleng cepat, “Tidak, tentu saja tidak.”     Aku berfikir apakah tidak masalah bilang kepadanya kalau aku menemukan cahaya putih dihutan tadi, tapi mungkin itu tidak masalah karena Harry merupakan orang yang paling kupercaya saat ini. Pada akhirnya, aku menceritakan semua pengalaman yang aku lihat. Masalah cahaya putih yang masih terus menganggu pikiranku sejak awal.     “Bagaimana bisa?” Ucapnya terkejut, dan segera berjalan ke arah balkon, ia seperti sedang memikirkan suatu hal yang tidak kumengerti.     “Aku pun tidak mengerti. Apa itu adalah sebuah masalah?”      “Nicholas, yang kau lihat adalah Cahaya Takdir.” Harry terlihat sedang menghela nafas dalam dengan tangan yang menggenggam erat pagar balkon.     Aku berjalan ke samping Harry, dan menatapnya dengan heran, “Aku tidak mengerti. Apa itu cahaya takdir?”     “Menurut buku sejarah yang pernah k****a. Cahaya itu hanya muncul dihadapan seorang malaikat yang mempunyai masa depan yang luar biasa. Masa depan yang tidak akan pernah dibayangkan oleh orang lain.” Jelasnya.     Omong kosong, seorang malaikat pembuat onar sepertiku tidak mungkin memiliki masa depan yang luar biasa. Sejak dulu, aku hanya bisa memikirkan masa depanku sebagai seorang Pangeran Kedua yang mungkin akan menjadi Prajurit elit untuk kerajaan ataupun pekerja yang hanya berkutat dengan dokumen membosankan.      “Masa depan apa yang kau maksud?”     Harry langsung memegang kedua pundakku, ada raut wajah kekhawatiran disana, “Aku tidak tahu, dan itu sungguh membuatku tak bisa tenang. Bagaimana bila kau terluka?”     Aku tersenyum untuk menenangkan Harry, “Kaka, apapun yang terjadi. Bukankah kau akan selalu ada di sisiku?”      Dia menggangguk cepat. “Tentu saja.”      “Kalau begitu tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan, Selama ada kamu di sisiku, aku akan baik – baik saja.”      “Nicholas, Aku akan berusaha melindungimu. Dan sepertinya hal ini belum bisa kusampaikan kepada Ayah ataupun Ibu, karena masih tidak ada kejelasan dan malah hanya akan membuat mereka khawatir.”     Aku mengangguk menyetujui, “Kalau begitu, mari rahasiakan terlebih dahulu.”      Setelah hukumanku berakhir, akan kupastikan untuk mengikuti cahaya itu lagi. Memastikan ada apa yang menunggu di hadapanku. Apakah itu takdir baik ataupun buruk, aku tidak akan bisa menduganya sebelum melihat hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD