“Ir… Ir… tolong dengerin aku dulu…”
Natta setengah berlari mengejar kekasihnya yang terlihat menghindar, sudah dua hari ini Irwin sulit di cari dan kini Natta bertemu Irwin di mana pria itu hendak ke ruangan.
“Please, Ir. Aku mau jelasin sama kamu!”
Natta menarik tangan Irwin. Natta tau kalau Irwin marah padanya, maka dari itu Natta ingin menjelaskan semuanya. Ia tidak tau kalau Adam akan kembali menemukannya dan kembali mengulangi hal yang sama.
Irwin berdecih—mengabaikan Natta. Tak peduli dengan kekasihnya itu, Irwin kembali berjalan setelah menghempaskan tangan Natta.
“IRWIN…” teriak Natta.
Irwin menoleh ke samping kanan dan kiri, melihat situasi. Ia tidak mau ada orang yang melihat dirinya bertengkar dengan wanita.
Masalah dengan Natta harus segera selesai, Irwin tidak ingin sampai ada yang melihat hal ini, bisa turun reputasi Irwin sebagai dokter ternama di sini.
Dengan berat hati Irwin berbalik badan, matanya menatap marah pada gadis di depannya itu.
“Apa lagi yang harus aku dengar hmm?”
“Ir… please, aku mau jelasin sama kamu.”
“Jelasin apa lagi Natt? Bukannya kemarin itu sudah jelas?” seru Irwin.
Natta mendengus pelan, jelas apanya?
Justru setelah kejadian itu Natta nggak bisa menjelaskan apapun pada Irwin.
“Kamu itu selalu ikut dia, setelah pria itu selalu memerogoki kita saat b******u!”
“Kamu selalu meninggalkan aku dengan wajah yang sama!” sambung Irwin.
Natta hanya diam menandangi Irwin yang tengah marah. Natta mendekat hingga tangannya terulur menyentuh wajah Irwin, lebih tepatnya lagi mengusap lembut pipi Irwin yang lebam karena Adam.
Rasanya Natta ingin mengumpat, kesal sendiri karena Adam selalu bertindak sesukannya.
“Kejadian ini terus terulang dan sudah kesembilan kalinya pria itu berbuat sesukannya dan berakhir dengan kamu yang lebih ikut dia dari pada stay denganku!”
Sorot mata Irwin masih sama, marah pada Natta. Irwin akui, ia cemburu setiap gagal bercinta dengan Natta, wanitanya itu bukan tetap berada di sininya mengobati luka nya.
Tapi Natta malah memilih pergi dengan pria yang entah siapa itu dan apa hubungannya dengan wanitanya itu.
Setiap Irwin ingin bemesraan dengan wanitanya, mau mereka berdua di apartementnya sendiri atau di apartemen sahabat-sahabat mereka bahkan di hotel sekalipun.
Pria yang datang seperti hantu itu selalu tau kemana mereka pergi dan bahkan selalu menggagalkan mereka yang tengah panas-panasnya ingin menyatu.
Baik Irwin dan Natta ingin sekali mencicipi surga dunia dan kenikmatan yang tiada tara itu pun selalu terancam gagal.
“Maafkan aku Ir…” kata Natta pelan sembari mengusap pipi Irwin.
“Aku masih kesal padamu. Setiap wajahku babak belur seperti ini kamu memilih bersama dengan pria itu!”
“Maka itu aku datang ke sini ingin menjelaskan padamu."
Irwin menarik napas pelan, seraya menghentikan tangan Natta yang menyentuh pipinya yang lebam.
“Jelasin apa lagi hmm?” suara Irwin terdengar melembut. Tak tegang seperti tadi, kedua matanya yang menatap marah pun langsung berubah redup menatap manik mata indah wanitanya yang nampak basah.
“Apa kamu nggak merasa kalau hubungan kita itu sekarang ini sudah nggak sehat lagi semenjak kedatangan pria aneh itu?”
Natta menghembuskan napas pelan.
“Aku juga merasa begitu!”
“Lalu sebenarnya siapa dia?” tanya Irwin menatap lekat Natta.
“Apa dia pacarmu? Apa dia selingkuhanmu atau dia TTM-anmu sampai dia selalu menggagalkan dan salalu merusak moment kebersamaan kita?”
Irwin menjada sejenak untuk menarik napas pelan.
“Bila tidak ada hubungan dengan kamu. Tidak mungkin pria itu selalu datang di waktu yang tidak tepat, dan merusak kebersamaan aku dan kamu yang berakhir dengan perkelahian?”
Nata lagi lagi diam, saran Tata masuk akal. Natta harus mencari Adam dan berbicara dengan baik-baik apa tujuan dia selalu mengawasinya.
“Jujur aku kecewa Natt!”
“Setelah wajahku babak belur seperti ini kamu malah pergi tidak mengobati Lukaku lebih dulu!”
“Maafkan aku Ir. Aku terpaksa ikut dengannya karena aku takut dia lebih kejam lagi padamu. Tapi aku berani bersumpah kalau dia sama sekali bukan pacarku, bukan selingkuhanku apa lagi TTM-anku. Nggak sama sekali!”
“Cintaku hanya padamu seorang,” kata Natta menjelaskan.
“Lalu dia siapa kalau bukan apa yang tadi aku katakan itu hmm?”
“Dia Adam, sahabat Ka Revano. Mungkin Ka Revano meminta sahabatnya itu untuk melindungiku.”
Irwin mengeryit kening bingung. “Melindungimu dari apa hmm? Apa kamu pikir aku akan melukaimu? Menyiksamu? Atau menculikmu lalu meminta uang tebusan pada Keluarga Stone yang terpandang dan number satu di sini hmm?”
“Apa begitu?” seru Irwin kembali emosi.
Sekalipun Irwin tau kalau Natta adalah putri bungsu dari Keluarga Stone yang kaya raya dan terhormat di kota New York ini. Tapi Irwin tidak serendah itu dan juga tidak selicik itu harus berbuat hal gila demi uang.
Daddy dan mommy nya pun orang kaya di Indonesia, mana mungkin Irwin melakukan kekerasan atau semacamnya.
“Bukan begitu, Ir. Jangan salah paham terus dong. Aku itu wanita satu-satunya di Keluarga Stone. Ka Revano berbuat seperti itu pasti ada alasanya. Tapi semua yang dia lakukan itu semata-mata ingin melindungi adiknya sendiri.”
“Ck! Terdengarnya aku itu orang jahat, Nat!”
Irwin kembali emosi mendengarkan penjelasaan Natta.
“Bila ingin melindungi adik satu-satunya itu nggak harus berlebihan juga. Nggak sampai masuk ke dalam rumah orang tanpa permisi, apa lagi menyelusup masuk begitu saja sampai mendobrak dan merusak pintu orang,” tekan Irwin.
Natta bukam, ia tidak bisa bicara apa-apa lagi pada Irwin karena faktanya memang benar.
Si devil menyebalkan itu selalu berbuat hal yang sama dan selalu berulang seperti itu. Tidak hanya itu perbuataan Adam pun membuat Natta selalu mengusap dadda karena ia harus membayar ganti rugi atas kerusakan yang Adam perbuat.
“Kakamu itu tak pantas sampai mengusik privasi kita Natt,” sambung Irwin.
Nata lagi lagi diam, mendengarkan kekasihnya itu bicara.
“Apa sepasang kekasih seperti kita ini tidak boleh bercinta hmm? Aku dan kamu itu bukan anak kecil lagi. Hal seperti in pun umum di sini Nat.”
“Kamu itu kekasihku, dan aku wajar bila menginginkan dan melakukan itu dengan kekasihku sendiri.”
“Apa kamu nggak berpikir kalau kakamu itu terlalu berlebihan sampai harus mengutus sahabatnya untuk mengusik kehidupan kita? Apa kamu nggak merasa risih setiap kali kita sedang asik-asiknya dia sering mengganggu kita?”
Natta harus jawab apa sekalipun Natta tidak rela kaka nya terus di salahkan, tapi Irwin benari. Ia butuh privasi dengan kekasihnya itu.
‘Sebaiknya aku bicara pada Ka Revano, agar dia tidak berlebihan padaku dan meminta Adam untuk tidak selalu mengawasinya,’ batin Natta.
“Aku sudah tekankan padamu. Sekalipun kamu hamil, aku akan bertanggung jawab. Aku akan mendatangi Kake Candara untuk meminta restu dan menikahkan kita,” tegas Irwin lagi.
“Tapi kenyataanya kake ku tidak bisa menikahkan kita Ir. Yang bisa menikahkan aku itu hanya Ka Alverno atau Ka Revano, bukan kakeku,” tegas Natta.
Kenyatanya memang seperti itu. Yang bisa menikahkannya hanya kedua kaka kembar Natta, bukan Kake Candra. Wali nikah Natta adalah Alverno atau Revano itu menurut agamanya.
Dan kenyataan pahitnya, hubungan Natta dan Irwin tidak di restui oleh Alverno sedangkan Revano?
Natta belum mengenalkan pada Revano sekalipun kaka nya itu sudah mengetahui hubungannya dengan Irwin.
Irwin mendengus pelan, mengetahui hal itu. Satu saja Irwin belum bisa menghadapi sikap dingin Alverno apa lagi ia harus bertemu dengan kembaran Alverno, Revano.
“Kalau kamu ada waktu, aku ingin mengajak kamu ke Singapore untuk bertemu dengan kakaku. Aku ingin hubungan kita lekas di restui oleh kedua kaka kembarku. Agar kedua kakaku itu mempercayakan kamu untuk menjagaku.”
‘Pertemuan pertama dengan Alverno saja sudah membuatku seperti masuk ke dalam kandang serigala.
'Cara Alverno menatap saja seperti menatap mangsa yang hendak di telan hidup-hidup,’ gumam Irwin di dalam hati.
“Apa Ka Revano akan merestui hubungan kita?” tanya Irwin menatap wanitanya penuh harapan.
“Ka Revano baik dan ramah tidak seperti Ka Al. Kita harus bicara dengan Ka Revano dan meminta Ka Revano untuk berhenti mengawasiku.”
“Apa semudah itu?”
“Setidaknya kita berusaha dulu dan bicara baik-baik dengan Ka Revano, bila hasilnya masih sama kita berusaha lagi. tidak salahnya kita berjuang demi cinta kita, Ir.”
Irwin mengangguk setuju. “Maafkan aku ya, maafkan kedua kakaku,” ucap Natta.
Irwin kembali mengangguk. “Kamu nggak akan marahkan sama aku?”
“Nggak. Aku cuma kesel saja,” jawab Irwin ketus.
Bibir Natta mencebikk. “Aku salah, aku minta maaf,” bujuk Natta lagi memperlihatkan pupy eyes nya.
Irwin berikan senyuman lebar dan menarik tubuh wanitanya itu ke dalam pelukannya.
“Aku maafkan kamu Babe… aku sangat mencintaimu. Aku nggak mau kehilanganmu.”
“Aku juga Ir. Aku sanga mencintamu, Irwin Soebono.”
“Terima kasih sudah maafkan aku.”
“Ya Babe…” jawab Irwin seraya menyesap bibir manis Natta.
“Kita ke kerja lagi yuk. Aku sudah di tunggu pasien.”
Natta mengangguk menggenggam erat tangan Irwin. Wajah cantiknya kembali ceria, Irwin sudah memaafkan kesalahannya.
Seseorang di sana memandangi sepasang kekasih tersebut dengan kedua tangan yang mengepal erat.
Di hembuskan perlahan napasnya dan bergumam di dalam hati,
‘Maaf bila ini menyakitkan, tapi aku hanya ingin kamu tahu yang sebenarnya.’