Gara-gara Basah

1253 Words
Aaahhk! Arfa langsung berlari masuk kedalam kamar yang ada diruang kerjanya, begitu mendengar suara teriakan Aleena dari dalam kamar mandi dikamar tersebut. "Ada apa?" Tanya Arfa dengan wajah cemas. "Basah," cicit Aleena dengan wajah sedih. "Kenapa sampai bisa basah begitu? Apa kau sengaja menggondaku? Hem?" "Ck. Kalau aku mau aku sudah melakukannya selama Mas Arfa tinggal dirumahku. Bukankah Mas Arfa sendiri yang sampai bosan merayuku setiap hari?" Jawab Aleena dengan bibir mengerucut. "Kondisikan bibirmu Aleena. Atau aku akan menggigitnya seperti waktu itu," ucap Arfa dengan memainkan alisnya naik turun. "Enggak usah ngadi-ngadi kamu Mas. Enggak lihat apa bajuku basah begini?" Gerutu Aleena. "Kemarilah," ucap Arfa, lalu menarik tangan Aleena untuk keluar dari kamar mandi. "Buka bajumu, aku akan menyuruh seseorang membawanya ke laundry. Kau pakailah bajuku dulu," ucap Arfa, lalu meraih sebuah kemeja berwarna putih yang tergantung didalam lemari pakaian. "Gede Mas," ucap Aleena sambil menerima kemeja tersebut. "Tak apa. Kau justru akan terlihat seksi jika memakinya," sahut Arfa sambil terkekeh. "Dih, m***m saja mikirnya. Seperti sudah lama tidak mendapat asupan gizi dari istrimu," sahut Aleena. "Aku hanya mau asupan gizi darimu." "Enggak usah kumat mendadak. Heran deh," cicit Aleena dengan wajah kesal, yang justru membuat Arfa terkekeh melihatnya. "Mau aku bantu membuka pakaianmu, Aleena?" "Ngawur. Sudah sana keluar," usir Aleena dengan gusar. "Aku akan tetap disini menemanimu. Bukankah kau bilang, jika hanya aku satu-satunya lelaki yang berhak melihat tubuhmu?" "Haiish. Kalau sampai ngeces enggak tanggung jawab ya," ujar Aleena. "Aku bisa mencari solusi untuk mengatasinya," jawab Arfa dengan tenang. "Terserah," sahut Aleena. Wanita itu kemudian mulai melepas jilbabnya yang basah dibagian d**a, lalu merapikan ikatan rambutnya, kemudian menyepolnya keatas dengan asal. Leher jenjang itu semakin terlihat menggoda dimata Arfa. Pria itu duduk disisi tempat tidur sambil memandangi Aleena tanpa berkedip sama sekali. Perlahan Aleena mulai menurunkan risleting dress panjangnya yang ada dibagian belakang. Namun naas, risleting itu seperti menyangkut begitu saja saat sudah dibagian tengah. "Apa kau perlu bantuan?" Tanya Arfa ketika melihat Aleena kesusahan membuka risleting dres yang dikenakannya. "Tidak perlu, aku bisa mencobanya lagi," jawab Aleena tanpa melihat kearah Arfa. Wanita itu kemudian kembali mencoba menurunkan risleting yang macet tersebut dengan sekuat tenaga. Tapi sampai ia merasa lelah, risleting itu tidak juga mau bergeser. "Kau sangat keras kepala sekali," ucap Arfa yang entah sejak kapan sudah berdiri begitu dekat dibelakang Aleena, hingga hembusan nafasnya yang hangat bisa dirasakan oleh Aleena. Pria itu lalu memeriksa risleting tersebut, kemudian melepaskan kain bagian dalam yang tersangkut, hingga membuat risleting tersebut macet. Arfa perlahan menurunkan risleting tersebut hingga sampai batas penghabisan. Dengan gerakan lembut pria itu menurunkan dres Aleena hingga memperlihatkan punggung dan bahu mulus milik wanita itu. Arfa menelan ludahnya dengan kasar. Telapak tangannya yang besar itu perlahan mengusap punggung mulus milik Aleena, seiring dengan meluncurnya dres yang dikenakan wanita itu kebawah, hingga teronggok dilantai begitu saja. "Mengapa kau tidak pernah mau menerimaku, Aleena," bisik Arfa, sambil mengendus wangi tubuh wanita itu. "Aku tidak mau menjadi yang kedua." "Aku akan menjadikanmu yang pertama," sahut Arfa ditelinga Aleena. "Dan aku tidak mau ada yang kedua." "Aku akan menjadikanmu yang pertama dan yang terakhir," sahut Arfa berbisik. "Lalu istri Mas Arfa yang dirumah mau dikemanain?" Tanya Aleena, sambil membelai rahang pria tampan itu. "Istri? Aku tidak pernah merasa menikah dengannya. Aku hanya perlu membuangnya kelaut," jawab Arfa, yang mulai mencium leher jenjang milik Aleena. "Ngawur," ucap Aleena sambil memukulkan tangannya kebelakang, yang tidak sengaja justru mengenai milik Arfa hingga membuat pria itu mengaduh sambil meringis kesakitan. "Uppss, sorry Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena sambil membalikkan tubuh, dan menatap Arfa dengan wajah iba. "Kau menyakiti milikku," cicit Arfa, lalu menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur. "Maaf Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena, lalu mengusap-ngusap milik Arfa dengan lembut, seakan tidak menyadari efek dari tindakannya tersebut. "Dan kau sekarang justru membuatnya terbangun," cicit Arfa. Aleena seketika menarik tangannya dari atas bagian tubuh Arfa itu. Sekilas ia dapat melihat jika ada sesuatu yang menonjol dibalik celana yang dikenakan Arfa. "Ma-maaf, aku tidak bermaksud begitu," cicit Aleena dengan wajah merona. "Aku tidak mau tau. Kau harus bertanggung jawab," ucap Arfa, lalu dengan cepat menarik tubuh Aleena hingga terjatuh diatas tempat tidur, kemudian mengungkung tubuh wanita itu dibawah tubuhnya. "Ma-mas Arfa mau apa? Jangan macam-macam ya," ucap Aleena dengan suara lirih. "Aku tidak macam-macam. Aku hanya menginginkanmu," bisik Arfa yang membuat bulu-bulu halus ditubuh Aleena meremang. Arfa kemudian melumat bibir wanita itu dengan lembut. Aleena yang terus meronta akhirnya tidak berdaya begitu Arfa tidak mau melepaskan pagutan dibibirnya. Wanita itu justru ikut terlena, dan mulai membalas permainan Arfa dibibirnya. Ciuman panas dan liar itu perlahan turun kebawah, menjelajah leher jenjang nan putih mulus milik Aleena. Mencecapnya dalam, hingga meninggalkan bercak merah disana. "Ma-mas hentikan," pinta Aleena disela-sela nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Namun Arfa abai, pria itu justru semakin turun kebawah, dan mulai bermain diatas bukit kembar miliknya, yang masih terbungkus bra berwarna hitam. "Maas, aahh, aku mohon hentikan." Aleena kemudian mendorong tubuh Arfa kesamping, lalu cepat-cepat bangkit dari posisi tidurnya. "Aku menginginkanmu Aleena, kau membuatku gila," ujar Arfa dengan nafas memburu. "Aku lapar. Bahkan aku belum sempat sarapan saat berangkat melamar pekerjaan dimana-mana." Arfa seketika menoleh kearah wanita yang duduk disampingnya. Pria itu lalu bangkit dan duduk disamping wanita itu. "Kau lapar? Mengapa kau tidak bilang dari tadi, hem?" Tanya Arfa sambil mengusap bahu Aleena dengan lembut. Seketika saja hasratnya menguar begitu saja, ketika tau jika wanita yang sudah membuatnya tergila-gila itu sedang menahan lapar. "Aku malu," cicit Aleena. "Mengapa mesti malu. Bukankah sudah aku katakan, aku adalah milikmu, kau bebas minta apa saja padaku, walau aku tau kau selalu saja menolakku," sahut Arfa sambil merangkul tubuh Aleena kedalam pelukannya. "Pakailah baju dulu, aku akan mencarikan makanan untukmu, sekalian membawa pakaianmu ke laundry," ucap Arfa, lalu memakaikan kemeja besarnya ketubuh Aleena. "Kau ingin makan apa?" Tanya Arfa begitu selesai memakaikan baju ketubuh Aleena. "Aku ingin makan makanan kesukaan Mas Arfa," jawab Aleena dengan tersenyum lembut. "Baiklah. Kau istirahatlah dulu dikamar ini. Jangan pernah keluar dari ruangan ini," ucap Arfa berpesan. "Baik Mas Arfa," sahut Aleena dengan suara lembut. "Aku tinggal dulu, kau boleh bermain game yang ada diponselku jika kau bosan. Aku sudah mendownload permainan kesukaanmu," ucap Arfa, lalu mencium kening Aleena sebelum keluar dari ruangan itu. Begitu Arfa menghilang dibalik pintu, Aleena tersenyum penuh arti sambil berkata seorang diri. "Sekarang saatnya permainan dimulai." Aleena lalu mengambil tas kecil miliknya, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Wanita itu kemudian memasang sebuah alat komunikasi ketelinganya yang langsung terhubung dengan seseorang disebrang sana. "Aku sudah berhasil masuk," ucap Aleena kepada seseorang yang sedang berkomunikasi dengannnya. [Bagus. Sebentar lagi wanita itu akan datang, jadi bersiaplah] "Apa aku harus diam saja jika ia menyakitiku?" tanya Aleena. [Dia akan menerima balasannya langsung jika sampai ia menyakitimu, aku yakin itu. Kau tidak perlu cemas. Bukankah aku sudah melatihmu dengan baik] "Aku hanya sedikit berdebar dan cemas. Apa kau bisa memastikan jika mas Arfa akan datang tepat waktu?" Tanya Aleena. [Tentu saja. Kau tidak perlu takut] "Aku hanya —" [Kau harus menjadi wanita kuat agar semua keinginanmu tercapai. Aku tidak pernah mengajarimu untuk menjadi wanita lemah seperti dulu] potong seseorang disebrang sana dengan cepat. "Baiklah," sahut Aleena. [Beristirahatlah] Aleena lalu mematikan alat komunikasi itu, kemudian melepasnya dari telinga dan kembali menyimpannya. Wanita itu kemudian merebahkan diri diatas kasur latex yang empuk itu, lalu membuka ponsel milik Arfa yang sengaja ditinggal untuknya. Dan hanya dirinya yang tau sandi dari benda pipih tersebut. Sebuah senyum terbit dibibirnya, begitu melihat jika wallpaper diponsel Arfa adalah foto dirinya yang sedang dipeluk Arfa dari belakang, dengan senyum bahagia menghiasi wajah keduanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD