Gyeongbok-gung, begitulah mereka menyebutnya. Tempat yang diagungkan oleh seluruh penghuni Joseon. Tempat di mana matahari mereka berpedar. Entah untuk menghangatkan di musim dingin atau membakar saat kemarau panjang. Tempat yang agung yang dilindungi oleh Gwanghwamun sebagai panglima.
Gwanghwamun yang tetap berdiri kokoh walau musim terus berganti. Sang panglima Gyeongbok-gung yang memperhatikan rakyat. Panglima yang ditakuti oleh rakyat.
Berpedar dan menghilang seperti bintang yang tersapu angin, perasaan yang terhubung dan kemudian menghilang. Ingatan yang semakin memudar, hati yang semakin goyah. Gwanghwamun tidak akan pernah meninggalkan Gyeongbok-gung sampai dia hancur, dan Gyeongbok-gung tidak akan hancur jika Gwanghwamun masih berdiri tegap. Itulah takdir yang mengikat keduanya
