SB - 01

1493 Words
Ini tentang rahasia.. rahasia perasaan yang aku pendam sejak lama. Perasaan yang aku pendam sendiri. Kadang, kita memilih untuk merahasiakan bukan karena takut kenyataan tidak sesuai dengan harapan, tapi karena hanya dengan cara itulah kita bisa menyimpan sesuatu untuk tetap menjadi berharga selamanya. Dan... inilah rahasiaku.. —— Perkenalkan, namaku Tarin, saat ini aku adalah mahasiswa tingkat tiga jurusan Arsitektur. Sudah tua? Lumayan. Untuk beberapa hal kadang aku merasa bahwa aku sudah tua. Meskipun kalimat itu selalu membuat orang tua di sekelilingku marah. Maaf, aku hanya bercanda. Saat ini aku tidak tinggal dengan orang tuaku. Selain karena jarak dari rumah ke kampus memakan waktu dua jam lebih (di luar jam sibuk) juga karena aku merasa aku butuh privasi untuk diriku sendiri. Bukan berarti aku tidak mendapat privasi di rumah. Hanya saja kadang saat dewasa kau punya banyak hal dalam kepalamu. Dan juga hidupmu. Ada banyak hal yang kadang membuatmu butuh ruang sendiri. Sebagai mahasiswa Arsitektur, tentu saja aku sangat sibuk. Banyak tugas. Kuliah padat (tahun ketiga adalah tahun yang gila) dan berbagai kegiatan lain yang cukup menyita waktuku. Selain kuliah, aku juga bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Tidak, bukan karena orang tuaku tidak mampu. Aku berasal dari keluarga yang lumayan, sederhana. Kami berkecukupan. Tapi kadang aku malas membebani orang tuaku jika seandainya aku memiliki sesuatu yang ingin aku beli diluar kebutuhan pendidikanku. Di usia ini kita mulai memiliki banyak pikiran. Ah iya, apa kalian bisa menebak siapa aku? Apa namaku terdengar aneh? Aku tidak marah. Sebagian orang akan mengatakan bahwa aku laki-laki saat mendengar namaku. Tapi aku ini perempuan. Aku seorang wanita. Ya, wanita. Meskipun aku sering diolok bahwa aku benar-benar seperti laki-laki. Tapi itu dulu. Aku akui kalau aku memang tomboy dulu. Aku hampir tidak punya rok apalagi gaun. Bahkan jika bisa aku pernah punya pikiran ingin pakai celana ke sekolah saat di sekolah menengah. Tapi sekali lagi, itu dulu. Sekarang aku sudah berubah. Aku pernah sekali bertemu juniorku saat di sekolah menengah. Dia sangat terkejut melihat diriku yang sekarang. "Ya ampun, aku sampai tidak mengenali kakak. Kakak benar-benar seperti perempuan." Setidaknya itu yang dia katakan waktu itu. Aku bersyukur dia mengucapkannya dengan nada dan ekspresi yang positif sehingga aku tidak perlu tersinggung. Aku belum memberitahu di mana aku tinggal kan? Sejak dua tahun lalu aku tinggal di sebuah condo (apartemen) yang cukup nyaman. Tidak terlalu besar, tidak terlalu mewah, tapi nyaman untukku dan barang-barangku. Sejujurnya aku tidak pilih-pilih untuk sebuah tempat tinggal. Aku bisa tidur di mana saja. Bahkan aku bisa tidur di tengah-tengah pasar jika aku sedang mengantuk. Intinya aku bukan orang yang ribet soal tempat tidur. Apalagi yang perlu aku beritahu? Ting. Sebuah pesan masuk ke ponselku. Siapa yang mengirim pesan di tengah siang bolong begini? Sepertinya aku tau. Benar. Tanakatan : Kau di mana? Jangan lupa jam 4. Tapi datanglah jam 3 karena kita akan makan lebih dulu Aku membalas "ok". Ya. Dialah alasan dari semua curahan hati yang aku tumpahkan pada blog yang sampai detik ini masih aku simpan dengan status "privacy". Namanya Tanaka. Biasa orang-orang memanggilnya Tan atau Tana. Tapi aku lebih suka memanggilnya K' Tana. Terdengar seperti Katana, huh? Tidak masalah, aku suka. Dia adalah mahasiswa jurusan Teknik Lingkungan. Satu tahun lebih tua dariku. Kami beda jurusan lalu bagaimana kami kenal satu sama lain? Kami satu fakultas. Aku dan dia berada di fakultas yang sama. Apa aku sudah beritahu bahwa hubungan persaudaraan kami di fakultas teknik sangatlah erat? Dulu aku kira pernyataan itu hanyalah bualan, tapi kini aku mengakuinya setelah 2 tahun kuliah di fakultas ini. Aku dan K' Tana pernah beberapa kali berada pada event yang sama. Untuk suatu alasan, kadang fakultas kami memiliki kegiatan untuk dilakukan bersama. Seluruh jurusan pada satu fakultas seperti menyatu. Jadi tidak aneh jika kami mengenal hampir semua orang di fakultas meski beda jurusan. Bahkan kami mengenal senior terdahulu meski bukan dari jurusan kami sendiri. Mungkin itulah kenapa persaudaraan kami kuat dan diakui oleh fakultas lain. Kemah. Di situlah pertama kali aku mengenalnya. Anehnya aku hampir tidak pernah melihat atau bertemu dengannya di fakultas. Padahal teman-temanku bilang dia sangat terkenal karena dia orang yang easy going dan mudah dalam berteman. Beberapa bahkan mengatakan kalau mereka sudah tau K' Tana sejak hari pertama OSPEK. Lalu kenapa aku sendiri yang tidak tau bahwa dia ada? Jika diingat lagi, sebenarnya pertemuan pertama kami tidak begitu manis untuk dikenang. Saat itu alergi dinginku kambuh, karena dia salah satu panitia bertanggung jawab, jadilah dia yang menungguku di rumah warga. Kami beruntung karena tidak jauh dari tempat kami kemah ada perumahan warga dan mereka baik. Mereka mengizinkan aku menginap di rumah mereka malam itu. Dan K' Tana menungguiku sepanjang malam. Lalu sejak saat itu kami mulai berteman baik dan jadi dekat sampai saat ini. Dia benar-benar orang yang baik dan menyenangkan. Dan... aku diam-diam menyimpan perasaan padanya. Ya, aku menyukainya. Aku tidak yakin sejak kapan. Tapi yang jelas perasaan itu cukup kuat hingga membuatku tidak bisa melirik orang lain selain dia. Seperti kebanyakan kisah cinta, ha ha, sayangnya cintakupun sama. Dia tidak mengetahuinya. Dan aku memilih untuk merahasiakannya, hingga saat ini. Ringtone default dari ponselku berbunyi nyaring. Panggilan masuk. Aku segera meraih ponsel dan meninggalkan laptop yang masih menyala menampilkan tampilan dasar laman microsoft word. Aku bergerak ke lemari pendingin untuk mengambil minuman. Tiba-tiba aku merasa haus. "Hallo.." kubuka suara. /kau di mana?/ Aku meneguk seperempat air di dalam botol. Aku bukan orang yang suka minum air putih sebenarnya. Tapi siang ini panas terasa berkali lipat dari biasanya. "Di condo." /Sendirian?/ "Hm." Memangnya aku akan dengan siapa? /Nayna tidak denganmu?/ Hm. Inilah alasan kenapa aku memilih untuk menyimpan sendiri perasaanku. Karena sebenarnya tidak hanya ada aku dan dia saja. Ada Nayna juga di antara kami. Jahat rasanya menyebutnya berada di antara kami. Maksudku, kami berteman baik bertiga. Kami dekat bertiga. K' Tana, aku dan Nayna. Jadi dia tidak hanya sangat baik padaku, tapi juga sangat baik pada Nayna. Harusnya aku tidak pernah salah paham atas kebaikannya. Tapi kadang hatiku suka tidak tau diri. Sudah jelas-jelas dia baik pada kami berdua, tapi aku merasa dia perhatian secara khusus padaku. Tidak heran jika kadang aku jadi kecewa sendiri. "Tidak. Kau tidak menghubunginya?" /Pesanku tidak terkirim dan nomornya tidak aktif. Pergilah periksa apa dia ada di kamarnya. Aku belum memberitahunya bahwa kita akan makan dulu sebelum menonton/ "Baiklah." Sambungan terputus. Baiklah. Mari cari Tuan Putri sebelum dia marah-marah karena kami tidak mengajaknya untuk makan. —— Filmnya bagus. Secara keseluruhan aku suka. Personally aku memang menyukai film genre horor. Untuk menonton di bioskop, aku memang 90% memilih genre horor. Karena tema lain menurutku tidak seru. Apa aku tidak takut? Jawabannya tidak. Justru aku selalu menemukan titik lucu yang membuatku tertawa meski suasanya sebenarnya sedang tegang. Aku juga selalu menemukan sesuatu untuk aku komentari sepanjang film berputar. Kadang K' Tana akan mencubitku jika kebetulan kami duduk bersebelahan. Dia suka kesal jika aku tidak bisa diam. Katanya aku merusak suasana horornya karena aku selalu tertawa pada titik-titik mencekamnya. Kadang aku tertawa karena Nayna menjerit atau saat Nayna bersembunyi karena takut. "Aku beri filmnya nilai 8.5/10." "Hanya segitu?" Aku mengangguk. "Aku tidak suka pemeran wanitanya. Menurutku dia terlalu berlebihan dalam bereaksi sehingga rasanya jadi tidak natural. Dan dia juga tidak pandai berbohong." "Kau saja yang tertawa sepanjang film," K' Tana menggerutu. Aku mengendikkan bahu. Sudah kebiasaan. "Bisakah kita tidak membahas film itu lagi? Film nya menyebalkan." Nayna berkomentar. Terlihat ia sedang jengkel. Ini bukan hal aneh. Dia selalu begitu setelah kami menonton film horor. "Kalau kau takut harusnya tidak ikut," aku berujar. Jadi kami akan menonton berdua. Hm, apa aku terdengar jahat? Nayna memang sudah bilang tidak mau ikut sebenarnya karena dia anti film horor. Tapi hari ini dia sedang sangat bosan jadi dia memutuskan untuk ikut. "Bagaimana kalau kita makan dulu? Mungkin rasa kesalmu akan hilang.." K' Tana memberi ide. Bagus. Makan lagi? "Kita sudah makan tadi, dua jam yang lalu. Kau sudah lapar lagi?" K' Tana melirikku. "Tadi makanan berat sekarang makanan ringan. Kita cari dessert. Katanya ada kafe yang baru buka. Dan kau," dia menunjukku. "Berhentilah diet, lihat semua tulangmu sudah mau keluar." Apa maksudnya tulangku sudah mau keluar? Jika aku begitu bagaimana dengan Nayna yang melihatnya saja kadang aku takut dia diterbangkan angin. "Aku tidak diet." Aku membela diri. Aku memang tidak diet. Aku hanya kurang makan nasi. Itu saja. Sejak tahun kedua kuliah aku memang mulai sedikit mengkonsumsi nasi. Awalnya memang aku ingin diet, tapi kemudian jadi keterusan bukan karena ingin diet, tapi karena aku mulai terbiasa tanpa nasi. Kadang aku bisa tidak makan nasi selama tiga atau empat hari. Beratku memang turun cukup banyak, tapi tidak separah yang K' Tana ibaratkan. "Kau seperti kurang gizi.." "Aku tidak kurang gizi. Aku makan makanan yang bergizi. Tidak makan nasi bukan berati aku tidak sehat.." "Haruskah kalian ribut sekarang? Kalian berdua lebih menyeramkan daripada film tadi." Aku dan K' Tana terdiam. Kemudian kami saling mengutuk tanpa suara. "Ayo.." dia membawaku dan Nayna menuju ke kafe baru yang ia maksudkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD