Chapter 7

939 Words
Mungkin kalian akan bertanya-tanya, apa sih Zel yang ngebuat kamu sampai cinta mati gitu sama Mas Gavin? Sebenarnya banyak kok yang udah nanya pertanyaan itu ke aku. Jawabanku setiap kali ada yang nanya hal itu pun selalu sama. "Bukan aku yang milih mau jatuh cinta dengan siapa. Aku hanya mengikuti apa kata hati." Iya, jawabanku terdengar bucin banget kan ya? Heheh. Mungkin bagi kalian yang pernah merasakan jatuh cinta, kalian pasti akan memahami perasaanku. Ketika kamu sudah merasa nyaman dan aman ketika berada di dekat dia, ketika kamu merasa bahwa dia bisa diandalkan, ketika kamu merasa bahwa saat di dekatnya jantungmu selalu berdegup kencang. Maka, di saat itulah kamu terus memikirkan dia, memikirkan apakah dia sudah makan? Apakah tidurnya nyenyak? Kenapa gak menghubungimu? Apakah dia sedang sibuk? Apakah perasaanmu hanya bertepuk sebelah tangan? Di saat itulah kamu hanya ingin dan berusaha dekat dengannya. Berusaha mencari tahu segala hal tentangnya. "Menurutku cinta itu kayak masakan. Cinta itu ibarat rasa. Ada kalanya kamu merasakan manis, lalu after tastenya pahit. Atau kamu bisa juga ngerasain rasa pahit tapi ujung-ujungnya ada manfaatnya untuk kamu, seperti rasa obat. Kamu juga bisa merasakan banyak hal, manis, asam, asin, pahit, pedas. Sama halnya dengan jatuh cinta. Kamu akan merasakan berdebar, sakit, rindu, senang, dan berbagai macam perasaan lainnya ketika kamu sedang menyukai seseorang." Mas Gavin?  Bisa dibilang dia cinta pertamaku. Dibalik sifat dinginnya, dia sebenarnya sangat perhatian akan hal-hal kecil. Walaupun gayanya selalu seperti menolak dan mengomel, tetapi dia pasti akan melakukan permintaanku. Aku ingat ketika orang tuaku sedang bertengkar hebat. Saat itu aku pergi ke rumah Mas Gavin dengan berurai air mata. Entahlah, mungkin saat itu aku belum cukup dewasa untuk menanggapi situasi. Padahal saat itu Mas Gavin sedang bersama teman-temannya. Namun ketika aku datang, dia langsung meminta teman-temannya untuk pulang. Aku masih ingat akan raut wajah khawatir Mas Gavin yang saat itu berusaha menghiburku. Mungkin momen-momen seperti itu yang seringkali membuatku salah paham. Membuatku semakin ingin memiliki Mas Gavin. "Udah sih nangisnya, Zel. Ingus lu meler-meler." Ujar Ricky yang mungkin sudah tidak tahan mendengar tangisanku. Iya. Dari tadi siang sampai sekarang aku masih di rumah Ricky. "Lagi galau gue tuh, Ky. Hibur kek." Ujarku dengan nada serak. "Pusing gue lihat lu nangis. Lu emang mau nginap disini? Kagak mau pulang?" Aku pun menggelengkan kepalaku, "Gak mau. Nginap aja ya?" "Cewek gue aja gak berani minta nginep. Tapi lu?" "Ya kan gue butuh suasana baru Ky biar gak inget doi." "Bodo amat." "Jadi boleh nih?" "Mau gue jawab enggak juga lu tetep maksa kan?" Aku pun menjawab sambil cengengesan, "Bener banget. Seratus buat lu!" "Yaudah cuci muka dulu sana. Muka lu bengkak." "Ya iyalah kan habis nangis." "Kalau udah tahu ya cepet cuci." "Bawel." Aku pun melirik arloji berwarna hitam yang melekat di pergelangan tangan kananku. Oh, sudah jam sembilan malam tetnyata. "Ky, naskah cerita gue yang judulnya Kambing Congek udah selesai lu periksa belum?" Setelah berbenah diri, aku pun langsung teringat dengan kelanjutan proyek buku yang akan diterbitkan dua bulan lagi. "Belum" jawab Ricky yang masih fokus dengan laptopnya. "Kok belum sih?" "Baru setengah, Zel." "Yaudah. Gimana? Bagus gak?" "Judulnya bisa bagusan dikit gak sih Zel? Masa Kambing Congek sih." "Biarin. Orang-orang taunya gue kalau nulis cerita kan anti mainstream, Ky. Biar jadi ciri khas." "Lu terlalu menyudutkan tokoh cowoknya sih Zel menurut gue." "Kok gitu? Lah emang cowoknya jahat." "Ini tuh kayak semacam kisah pribadi lu." "Emang." "Terserah deh. Btw, handphone lu daritadi bunyi mulu. Kayaknya karena suara lu nangis kegedean, jadinya lu gak denger." "Denger kok." "Kenapa gak angkat?" "Dari Mas Ga," belum juga aku sempat melanjutkan ucapanku, tiba-tiba bunyi bel terdengar. Siapa ya yang malam-malam bertamu di apartemennya Ricky? "Gavin?" Ucap Ricky yang berhasil membuat mataku melotot. Ngapain datang? "Mana Zelia?" Tanya Mas Gavin dari arah pintu dengan nada tegas. Aduh, gimana ini? Ngumpet aja kali ya? "Ikut saya pulang." Karena terlalu larut dalam pikiranku, jadinya aku sampai gak sadar kalau Mas Gavin sudah berada di dekatku. "Gak mau. Aku mau nginep disini." Jawabku spontan. "Kamu gak waras? Di rumah cowok malam-malam gini. Lagi pula kamu itu wanita dewasa, masa kamu mau menginap disini?" "Ya, aku emang gak waras." Jawabku yang terbawa emosi dengan kalimat yang dilontarkan Mas Gavin. "Sama aja kan kayak aku nginap di rumah Mas. Mas juga bukan keluarga aku." Lanjutku. Gak boleh nangis, Zel.  Harus tegar pokoknya. "Kenapa malah ungkit hubungan kita? Itu jelas beda, Zel." "Gak, Mas! Itu sama." Jawabku sembari menahan air mata yang sepertinya sudah mendesak keluar. "Vin, biar Zelia malam ini sama gue dulu." Timpal Ricky yang sepertinya mengerti sinyal minta tolong yang aku perlihatkan. "Gak. Zelia malam ini harus pulang." "Kenapa sih Mas? Ricky gak mungkin macem-macem juga. Lagian ini hidup-hidup aku, kenapa kamu yang repot sih?" Ujarku dengan nada yang sedikit meninggi. "Karena saya bertanggungjawab terhadap orang tua kamu." "Selalu. Jawaban Mas selalu karena orang tua aku." Sebenarnya saat datang tadi, aku sempat melihat wajah khawatirnya Mas Gavin. Namun, perasaan kecewaku lebih besar dari rasa penasaranku kenapa dia datang dengan raut wajah seperti itu. "Zelia, kali ini turutin perkataan saya. Kamu pulang." "Gak mau." Tolakku. "Vin, kalau lu cuman mau ribut doang mending keluar deh dari apartemen gue. Zelia biar sama gue dulu." Ujar Ricky. "Zel.." Mas Gavin mulai memelankan nada suaranya. Aku melirik Ricky dengan raut wajah bimbang. Kalau aku gak pulang bareng Mas Gavin, ntar Ricky keganggu. "Ya. Tapi aku pulang sendiri. Mas pulang duluan saja. Nanti aku nyusul dianter Ricky." Putusku yang langsung mendapat protes keras dari Ricky. "Ntar gue traktir mie ayam." Bisikku ke Ricky. "Yaudah, ntar gue yang anter Zelia." Setelah kalimat itu diucapkan Ricky. Mas Gavin pun dengan berat hati menurut untuk pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD