Bab 3 Benci dan Cinta

882 Words
Kinanti menelan ludah. Menatap tajam ke arah Kenan. Wanita cantik itu terkejut dengan ucapan Kenan baru saja. "Kenapa? Kau terkejut karena aku mengetahui semuanya?" tanya Kenan yang membalas lembut tatapan Kinanti. "Kau, bagaimana bisa mengetahuinya?" tanya Kinanti dengan bingung. Otaknya saat ini tidak bisa berpikir dengan baik. "Apa kau lupa jika aku dokter di rumah sakit ini? Aku juga yang telah memperbaiki luka bekas operasimu. Semua riwayat sakit-mu ada padaku dan aku juga mengetahui bagaimana kondisi putraku," jelas Kenan yang kini mempertajam tatapannya pada Kinanti. 'Ya Tuhan, kenapa aku bisa lupa jika Kenan dokter di rumah sakit ini?' batin Kinanti yang berusaha tenang dan menjaga kewarasannya agar tetap bisa menghadapi Kenan. "Kinanti, jangan berbohong lagi padaku. Jangan pergi dan menghindar lagi dariku. Aku sudah cukup tersiksa selama tujuh bulan ini." Kenan menggenggam kedua tangan Kinanti. Kedua matanya meminta dengan tulus kepada wanita di hadapannya yang tatapan matanya tidak bersahabat sama sekali. Kinanti tersenyum kecut. "Lantas, setelah kau mengetahuinya, apa kau pikir aku akan tetap di sini bersamamu?" ucapnya dengan wajah kesal. Kenan semakin mempererat genggamannya, meski Kinanti berusaha untuk menepisnya. Namun, tenaganya belum cukup pulih untuk melawan Kenan. "Sayang, izinkan aku untuk merawat-mu dan anak kita. Aku tahu, kau begitu membenciku. Namun, aku Ayah dari anak itu. Aku bertanggung jawab atas kau dan anak kita. Sampai detik ini, aku masih suamimu. Sebab, aku tidak pernah menceraikan-mu," jelas Kenan penuh penekanan. Berharap Kinanti memahaminya. "Aku tidak akan sudi menerima semua bantuanmu! Kau mengakui dia anakmu? Bukankah selama ini kau membenci dan tidak bisa menerima keadaannya? Dia anakku, bukan anakmu! Satu lagi, berhenti memanggilku 'sayang, membuatku muak!" ucap Kinanti penuh penekanan. Kinanti menatap Kenan semakin tajam. Meski ia tahu, hanya Kenan yang bisa menyelamatkan putranya. Namun, sakit hati dan kebencian di dalam dirinya sudah terlanjur mengakar tidak mampu meluluhkan kerasnya hati yang tengah membeku. "Aku tahu itu. Kau boleh membenciku juga keluargaku. Namun, aku mohon, izinkan aku merawat-mu juga putra kita. Kinanti ...." "Berhenti menyebut dia putramu! Dia anakku! Aku tidak akan mengubah keputusanku!" "Kinanti! Aku sudah mengetahui jika dia adalah putraku, meski kau bersikeras menentangnya. putra kita bisa sembuh jika melakukan pengobatan yang baik. Aku bisa membantumu melakukan itu. Apa pun, akan aku lakukan demi keselamatan putra kita. Aku ...." "Aku bisa melakukannya sendiri. Kau tidak perlu repot melakukannya. Aku akan cari pengobatan terbaik untuknya. Lagi pula, aku tidak kekurangan uang untuk menghidupi dan mengobati-ku juga putraku." "Aku mohon jangan keras kepala, Kinanti. Semua demi kebaikanmu juga anak kita. Aku ...." "Cukup Tuan Kenan Jazeel Abraham! Aku tidak ingin berdebat dengan Anda. Jangan memaksaku! Ingat, saat ini status kita hanyalah antara pasien dengan dokter. Aku punya hak untuk melanjutkan atau menyudahi pengobatan ini! dan berhenti menyebut dia putramu!" "Kau terima atau tidak. Aku akan tetap merawat-mu dan putra kita. Seperti katamu, kau pasienku dan aku dokter-mu. Satu lagi, anak itu juga menjadi pasienku. Jadi, sebagai dokter kalian, aku berhak untuk memberikan pengobatan terbaik." "Kau ...." "Kau dalam pengawasanku. Ingat! Aku tidak suka penolakan. Tetap menjadi pasienku yang baik. Dengar aku, tidak akan aku biarkan kau pergi dariku lagi. Apalagi, membawa anak itu." Setelah perdebatan cukup panjang, Kinanti akhirnya hanya terdiam dengan ucapan Kenan. Wanita itu cukup lelah menghadapi pria yang masih berstatus suaminya tersebut. Antara benci dan cinta, menyatu dalam hati. Dua sisi berbeda. Satu sisi, Kinanti masih mencintai Kenan. Namun, di sisi lain, ia membencinya. Akan tetapi, Kinanti tidak bisa berbuat banyak untuk terus melawan Kenan. Kenan yang memahami kondisi Kinanti langsung memeluknya, ia tidak ingin jika sang istri mengalami syok yang akan memperburuk kondisinya. Sebab, Kinanti masih labil dan belum seratus persen pulih. Pria tampan bermata elang itu tidak ingin Kinanti mengalami trauma seperti dulu. Sebisa mungkin, Kenan berusaha untuk menjaga perasaan dan kondisi wanita yang sangat ia sayangi tersebut. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentak atau menekan-mu. Aku hanya ingin menebus kesalahanku padamu, Kinanti. Aku mohon, beri kesempatan untuk merawat kalian. Aku masih mencintai dan menyayangimu, Kinanti." Kenan mempererat pelukannya. Mengusap-usap lembut punggung Kinanti. Berusaha untuk membuat istrinya tetap tenang dan berharap luluh, serta menerima tawarannya. Kinanti masih bermain dengan perasaannya. Lidah wanita itu masih kelu untuk mengeluarkan meski hanya sebait kata. Kenan terus memeluk dan menenangkan sang istri. Matanya sesekali ia pejamkan. Ada sekelumit rasa sakit di dalam hati pria tersebut. 'Kinanti, aku tahu, sebesar apa pun cintaku padamu, seberapa banyak maaf yang aku ucapkan, tidak akan mampu menghilangkan kebencianmu padaku. Aku bersalah karena tidak berterus terang padamu dan mengakui anak itu. Maafkan aku, Kinanti. Sekuat tenaga, aku akan selalu memenuhi janjiku padamu, meski kau tidak menginginkannya.' Kenan bermonolog dalam hati tanpa melepaskan pelukannya. Pria itu dapat merasakan bagaimana sakitnya hati Kinanti. Wajar, jika ia begitu membenci dirinya, juga keluarga besar lelaki tersebut. ~~~ Sementara itu di rumah Kenan. Tampak Kesya, ibunya Kenan mondar-mandir di ruang tamu sambil sesekali mengetuk-ngetuk jari manisnya ke dagu. Ada kegelisahan di sana. "Mam, ada apa? Kenapa mondar-mandir begitu?" tanya Kanu, ayah Kenan dengan bingung. "Mami masih memikirkan Kinanti, sampai sekarang Kenan belum juga menemukannya," jelas Kesya dengan pelan. "Mami masih mengharap Kinan kembali ke rumah ini?" tanya pria tua itu kembali. "Kalau bisa, kenapa tidak." "Bukankah Mami sendiri yang mengusirnya? Sekarang, kenapa ingin dia kembali?" "Mami ... pokoknya Mami ingin Kinanti kembali ke rumah ini." Kesya kesal, ia menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Kanu dengan kesal. Meski sesungguhnya, ia menyesali keputusannya terhadap Kinanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD