Bab 8 Bertemu Dengannya

1059 Words
Kinanti kembali ke apartemennya. Sesekali kedua matanya melirik ke arah sekitar untuk memstikan Kenan tidak menguntitnya. Dengan cepat Kinanti masuk ke dalam dan menutup pintu. Mengatur napas yang sempat tersengal. "Ada apa Kinanti? Apa kau habis bertemu hantu?" tanya Hendrik ketika melihat Kinanti datang dengan wajah pucat. Kinanti belum bisa berkata-kata. Napasnya masih tersengal dan d**a Kinanti masih terasa sesak akibat berlari tadi. "Kinanti," panggil Hendrik lembut sambil mendekat ke arah wanita cantik yang masih berkeringat itu. "Aku ...." "Tenang dulu. Kemari lah, duduk dulu. Aku ambilkan air," ucap Hendrik sambil menuntun Kinanti dan mendudukkan wanita itu di sofa. "Ini, minum lah," ucap Hendrik usai mengambil minum. "Terima kasih." "Sekarang, ceritakan padamu ada apa? Kenapa kau tampak takut sekali?" cecar Hendrik begitu penasaran. Kinanti menaruh gelas di meja dan menghela napas sedikit kasar. "Aku bertemu Mas Kenan di jalan. Dia hampir menangkap-ku. Beruntung, aku berhasil melarikan diri darinya," jelas Kinanti setelah tenang. "Apa? Bagaimana bisa? Apa dia mengetahui keberadaan-mu? Dia mengejar-mu sampai ke Jepang?" Kembali Hendri melayangkan pertanyaan. Rasa ingin tahunya semakin besar. "Aku tidak tahu, tiba-tiba aku bertemu dengannya di taman kota," jelas Kinanti sambil menggeleng. "Apa Kenan mengikuti-mu sampai sini?" "Sepertinya tidak. Kakinya terluka." "Apa?" "Aku menginjaknya untuk bisa melarikan diri." "Syukurlah. Setidaknya, itu bisa memperlambat langkahnya." "Kau benar, Hen. Omong-omong, kenapa tidak memberitahu aku datang ke sini?" Kinanti dan Hendrik terlibat percakapan serius. Kinanti menjelaskan bagaimana pertemuannya dengan Kenan di taman beberapa waktu lalu. Wanita itu tidak ingin membahas lebih lama lagi tentang Kenan, ia pun mengganti topik pembicaraan. "Kebetulan lewat sekitar sini, jadi aku mampir," jelas Hendrik sambil menyeruput minumannya. Kinanti membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O' dan menyudahi obrolan dengan Hendrik, ia sudah cukup lelah sekali lepas bertemu dengan Kenan. ~~~ "b******k! Aku hampir saja mendapatkan Kinanti. Sial! Kakiku sakit sekali. Kinanti, lihat saja, aku pasti bisa mendapatkan-mu kembali. Ternyata, kau sembunyi di Jepang. Tunggu aku membawamu kembali padaku, Sayang," monolog Kenan sambil mengepalkan tangannya. "Permisi, Tuan. Ada apa memanggilku?" tanya Pras, asisten Kenan. "Kau cari tahu mengenai Kinanti. Aku tadi bertemu dengannya. Namun, gagal membawanya kembali. Selidiki di mana dia tinggal dan kabari saya secepatnya!" perintah Kenan serius. "Baik, Tuan. Saya akan segera mencari informasi mengenai Nyonya Kinanti," ucap Pras sambil undur diri. *** Kenan kembali ke Indonesia setelah menemui Dokter Kaito dan Dokter Rizuma di Jepang. Mengingat banyaknya pekerjaan yang harus ia urus. Hatinya masih kesal karena belum juga berhasil menemukan keberadaan Kinanti, meski pernah bertemu dengan wanita itu. Upaya pencarian pun sudah dilakukan, tetapi tetap saja tidak ada hasil. Kinanti menyembunyikan diri dengan baik hingga sulit ditemukan. Kenan menjadi tidak berkonsentrasi dalam bekerja. "Kinanti, kau sembunyi di mana? Aku bahkan sudah mencari-mu di berbagai tempat. Namun, tidak bisa menemukanmu. Kau seperti menghilang ditelan bumi," monolog Kenan sambil sesekali memejamkan mata, mengatur napas yang bergemuruh. "Tuan," panggil Pras menghampiri Kenan. "Apa ada kabar tentang Kinanti?" tanya Kenan serius. "Belum ada, Tuan. Sepertinya Nyonya bersembunyi hingga kami tidak bisa menemukan dirinya," jelas Pras menduga. "Tempat itu kecil, bagaimana mungkin tidak ketemu?" monolog Kenan kembali. Tampak berpikir keras, tidak habis pikir dengan kejadian menghilangnya Kinanti tanpa jejak. "Bagaimana agenda selanjutnya? Jelaskan semua secara rinci." "Ada rapat dengan direksi. Peninjauan ke bangsal pasien, dan penerimaan alat medis baru," jelas Pras sambil membuka buku jurnalnya. "Kapan saja itu?" "Rapat direksi hari ini pukul satu siang. Peninjauan ke bangsal pasien hari ini pukul sembilan pagi, dan penerimaan alat medis besok pukul sepuluh pagi," jelas Pras kembali. "Ada lagi?" tanya Kenan pelan. "Tidak ada, Tuan," ucap Pras menutup jurnalnya. "Batalkan semua!" perintah Kenan sambil berdiri dan mengambil jas yang tersampir di kursi kebesarannya. "Apa? Tapi ini semua penting, Tuan," jelas Pras mengingatkan. "Ada yang lebih penting yang harus aku urus." "Maksud Tuan Kenan?" "Siapkan pemberangkatan ke Jepang sekarang juga!" perintah Kenan kembali. "Apa? Tapi, Tuan ...." "Urus segera! Jangan banyak bicara! Atau aku akan mengirim-mu ke Kutub Utara!" seru Kenan dingin. "Baik, Tuan." Pras pun segera menyiapkan apa yang diperintahkan Kenan sebelum bosnya itu murka. ~~~ Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam, Kenan tiba di bandara internasional Narita-Tokyo, Jepang. Kenan langsung menuju Sibuyya yang merupakan salah satu distrik kota di Tokyo. Setibanya di sana Kenan langsung memesan satu kamar hotel mewah untuk beristirahat sejenak melepas penat. Begitu pun Pras yang sejak pagi mengurus keperluan pemuda yang banyak maunya tersebut. 'Demi mencari seorang wanita, Tuan Kenan sampai mengorbankan pekerjaannya. Sungguh istimewa sekali wanita itu di hati Tuan Kenan. Belum pernah ada wanita yang mampu menaklukan makhluk berhati dingin itu sampai saat ini, baru wanita itu yang mampu membuat Tuan Kenan tergila-gila dan melakukan apa pun untuk bisa mendapatkannya,' monolog Pras dalam hati. "Semoga Tuan Kenan bisa menemukan kembali wanita itu," pinta Pras tulus. ~~~ Kinanti tampak sudah bersiap untuk ke rumah sakit menjenguk anaknya yang masih harus mendapatkan perawatan khusus pasca melahirkan beberapa waktu lalu. Hendrik masih setia menemani. Pemuda itu begitu tulus kepada Kinanti dan tidak pernah mengeluh meski harus bolak-balik Indonesia-Jepang, demi bisa menolong Kinanti. "Terima kasih sudah membantuku selama ini, Hen. Kau begitu baik padaku. Aku berhutang banyak padamu," ucap Kinanti lembut dan merasa tidak enak hati. "Tidak perlu sungkan. Kau tidak berhutang apa pun padaku. Anggap ini sebagai balas budi-ku padamu, atas kebaikan keluargamu selama ini padaku," jelas Hendrik yang tidak ingin Kinanti menjadi canggung padanya. "Apa pun itu. Aku tetap akan berterima kasih padamu. Emm, bagaimana kalau aku traktir kau makan?" jelas Kinanti sambil mengulas senyum. "Emm, baiklah." "Kau yang menentukan." "Emm, aku ingin makan camilan. Bagaimana kalau kita makan makanan pinggir jalan. Sebelah sana, ada banyak makanan enak," ucap Hendrik sambil menunjuk ke arah outlet yang menjual banyak jajanan pinggir jalan , tidak jauh dari tempat mereka berdiri. "Baiklah." Mereka segera melangkah menuju tempat yang di tunjuk Hendrik. Raut bahagia terpancar di antara keduanya. "Aku ke toilet sebentar. Kau carilah yang di suka. Nanti aku menyusul," ucap Hendri sambil memegang perutnya. "Baiklah." Kinanti pun gegas menjelajahi tempat itu dan hendak membeli beberapa camilan. Langkahnya terhenti, ketika ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. "Gomennasai. Watashi wa ...." Kalimat Kinanti terhenti ketika ia melihat orang yang ditabraknya dan bola matanya membulat sempurna. "Kita bertemu lagi, Cantik," ucap orang itu sambil tersenyum. Kinanti hendak melangkah, tetapi dengan cepat orang itu meraih sebelah tangannya dan mencekal hingga ia sulit bergerak. "Mau ke mana lagi? melarikan diri dan menghindari-ku lagi?" tanya orang itu tanpa melepaskan cekalan nya. "Lepaskan aku!" seru Kinanti mencoba untuk bisa melepaskan diri dari orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD