03

984 Words
Hari berganti, dan malam ini adalah jadwal Luna. Ia bertugas di lantai lima, bersama beberapa wanita lainnya. Para wanita itu terlihat bersemangat karena di lantai lima mereka sering mendapatkan tips yang besar. Mereka membuat penampilan yang semenarik mungkin. Dari mulai menjadi pet, mengikat tubuh mereka dengan simpul khusus, hingga menggunakan dalaman yang menggoda. Tapi Luna terlihat biasa. Ia hanya mengikatkan kalung rantai di lehernya, itu pun ia dapatkan dari salah satu penertib b***k. Satu persatu dari mereka langsung mencari posisi dan target. Luna terlihat mengedarkan pandangannya, mereka mulai b******u dan menghabiskan waktu bersama. Kaki Luna melangkah mundur tapi sesuatu menghalanginya. Wanita itu menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria bertopeng sedang berdiri di belakangnya. Seharusnya Luna langsung menggoda pria di hadapannya itu. Tapi ia bukanlah wanita yang bisa menggoda dengan hebat. “Kenapa kau hanya diam?” Suara berat itu menginterupsi. Tangan Luna langsung meraih kancing kemeja pria itu dan melepasnya. Tapi tangannya terlalu bergetar hingga pria itu menahan tangannya. Pria itu menyingkirkan tangan Luna yang baru melepaskan dua kancing. Ia berjalan melewati Luna dan duduk di sofa yang ada di dekat sana. Matanya mengamati tubuh belakang polos Luna. “Kau hanya akan berdiri seperti itu?” Luna kembali menoleh dan menatap pria yang menyilangkan kakinya dengan angkuh di sofa. Perlahan Luna berjalan merangkak menghampiri sang pria. Luna mengeluskan pipinya ke kaki pria itu dengan lembut, bagaikan kucing yang sedang ingin dibelai. Pria itu meraih rantai yang ada di leher Luna dan menariknya, membuat wajah wanita itu hampir bertabrakan dengan s**********n sang pria. Luna mendongak, menatap wajah pria yang entah siapa namanya. Topeng hitam yang hanya menutupi bagian matanya tak bisa membohongi bahwa pria itu memiliki paras yang tampan. Pria itu menarik kepala Luna hingga wajahnya terbenam tepat di atas kejantanannya yang masih diselimuti kain. Ketika pria itu melepaskannya, Luna segera membuka ikat pinggang dan resleting pria itu. Luna mengeluarkan kejantanan pria itu yang terlihat masih lemas. Luna mendekatkan wajahnya dan menciuminya. Wanita itu memegangnya dan menuntunnya masuk ke dalam mulut. Lidah Luna membelai kepala kejantanan itu dan mengulumnya. Mata Luna melihat ke atas dan menatapati pria itu yang terlihat bosan akan permainan yang diberikan Luna. Tapi ia hanya diam sambari terus melihat bagaimana Luna mengoralnya. Luna menelan salivanya, perlahan ia memasukkan kejantanan itu hingga menyentuh tenggorokannya. Ia kembali mengulumnya yang kali ini lebih semangat dari sebelumnya. “Sejak kapan Club ini memiliki orang membosankan sepertimu?” Ucapan itu membuat Luna menghentikan kulumannya. “Maafkan saya, Sir.” Karena tak mendapat balasan lagi, Luna kembali melanjutkan kegiatannya. Tapi sepertinya pria itu benar-benar tak puas. Pria itu menjambak rambut Luna dan memukul wajah itu menggunakan miliknya yang berdiri. “Kocok milikmu.” Ia menghempaskan rambut Luna, membuat jarak diantara mereka. Luna duduk di lantai dengan kaki terbuka. Tangan wanita itu menyentuh miliknya sendiri dan memasukkan jarinya. Setelah memasukkan satu jari, ia menambahkannya lagi karena pria itu terlihat masih bergeming. “Mmmhhh..” Luna mengocok miliknya cepat dan menatap pria itu dengan tatapan menggoda, seakan ia siap untuk dimasuki. Pria itu hanya diam melihat kegiatan Luna sembari mengurut miliknya sendiri. Luna meremas payudaranya sembari terus mengocok miliknya. Tak lupa ia mengeluarkan suara desahan yang sengaja ia buat sexy. Pria itu berdiri dan menarik rantai Luna dengan kasar. Ia menyeret wanita itu menuju sebuah ruangan yang dijaga pria bertubuh besar. Tanpa perintah, pria besar itu membukakan pintu dan Luna diseret masuk. Tubuh Luna terhempas ke ranjang. Pria itu melepaskan kemejanya dan menampilkan tubuh tegap sempurna dengan otot yang terbentuk. Pria itu menarik rantai Luna hingga membuat wanita itu mencium kejantanannya. “Apakah mereka mengajarimu seperti ini?” Luna tau bahwa pria itu menyinggung ketidakpuasan nya terhadap perlakuan Luna. Sebenarnya setiap yang bekerja di Club itu telah mendapat didikan untuk melayani para pelanggan. “Maaf Sir..” Pria itu mengambil ikat pinggangnya. “Tangan.” Dengan segera Luna mengulurkan kedua tangannya dan pria itu langsung mengikatnya ke belakang menggunakan ikat pinggang. Pria itu beralih ke sudut ruangan di mana terdapat beberapa benda yang tertata rapi. Luna mengedarkan pandangannya. Ia baru pertama kali masuk ke ruangan itu. Ia tak tau jika lantai 5 memiliki begitu banyak koleksi alat seks. Pria itu kembali menghampiri Luna dengan membawa sebuah tongkat. “Kaki.” Luna memberikan kedua kakinya dan pria itu memasangkan tongkat itu di pergelangan kaki Luna, hingga memaksa kaki tersebut untuk tetap terbuka. Pria itu menarik tali yang ada di tiang tempat tidur dan mengikat setiap kaki Luna ke atas. Setelah itu ia beralih ke lemari kaca yang memajang berbagai seks toy. Ia mengambil beberapa di antaranya dan kembali menghampiri Luna. Pria itu mencengkeram wajah Luna dan melihat bahwa ia pasrah dengan perlakuan yang ia terima. “Buka.” Luna membuka mulutnya dan pria itu memasangkan ballgag yang langsung membungkam mulut Luna. Tangan pria itu turun meremas p******a Kanan dan kiri Luna bergantian. Luna meringis ketika pria itu memasangkan penjepit di p****g Luna. Sebuah penjepit dari besi yang terhubung dengan rantai. Tangan pria itu mengelus kewanitaan Luna dan memasukkan jarinya. Tubuh Luna tersentak saat pria itu langsung mengocoknya dengan cepat. Suara desahan tertahan terdengar hingga pria itu mengeluarkan jarinya yang basah. “Want more?” Luna menatap pria itu dengan pandangan memohon dan mengangguk kecil. Luna memekik tertahan saat merasakan kewanitaannya dimasuki sesuatu dan bergetar cepat. Pria itu meninggalkan Luna dengan vibratornya untuk mengambil benda lain. Luna memejamkan matanya, menahan gerakan vibrator yang semakin menggila. Ketika pria itu menghampirinya, ia memasang penutup mata pada Luna. Setelahnya ia merasakan bahwa pria itu mencabut vibrator. Luna segera mengambil nafas banyak-banyak. Kewanitaannya sudah sangat berkedut dan basah. Luna merasakan sebuah gesekan di area bawahnya. Setelah itu, benda tumpul mencoba menerobos miliknya. Kewanitaan Luna semakin berkedut, melahap kejantanan yang perlahan masuk itu. Setelah berhasil masuk sempurna, pria itu mendiamkan miliknya sejenak sebelum pinggulnya bergerak secara teratur. Suara penyatuan terdengar intens ketika pinggul itu semakin cepat bergerak menghujami Luna. Leher Luan terasa tercekik saat pria itu menarik rantai yang ada di lehernya, membuatnya sedikit terduduk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD