bc

Liora, Wanita Terlarang Sang Penguasa

book_age18+
6
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
king
blue collar
sweet
bxg
lighthearted
kicking
brilliant
campus
medieval
like
intro-logo
Blurb

Liora Thornhart bukan putri kerajaan. Ia tidak memiliki darah biru, tidak dibesarkan untuk menjadi ratu, dan tidak pernah bermimpi duduk di atas takhta. Ia hanya seorang wanita bangsawan yang terlalu berani berbicara, terlalu cerdas untuk diam, dan terlalu bebas untuk dijinakkan.

Ketika Aldric menolak pernikahan politik demi Liora, istana berguncang. Dewan kerajaan menyebut Liora sebagai ancaman. Bangsawan menyebutnya manipulatif. Musuh-musuh kerajaan melihat celah untuk menyerang.

Dari fitnah, penculikan, pengasingan, hingga perang terbuka, cinta Liora dan Aldric dipaksa bertarung melawan tradisi, kekuasaan, dan darah.

Manakah yang akan Liora pilih? Menyelamatkan pria yang dicintainya dengan mengorbankan diri atau berdiri di sisi raja, menerima mahkota yang tak pernah ia inginkan.

Liora, Wanita Terlarang Sang Penguasa adalah kisah tentang cinta yang ugal-ugalan, politik yang kejam, dan seorang wanita yang membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak selalu lahir dari darah kerajaan, melainkan dari keberanian untuk dicintai dan mencintai tanpa tunduk.

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama Setelah Penobatan
Angin awal musim semi menerpa halaman Istana Edevane kerajaan Ebrath, membawa wangi tanah basah dan aroma bunga yang mulai mekar. Para bangsawan berdiri rapi di halaman, menunggu Raja Aldric kembali dari turnya sebagai raja yang baru naik tahta. Semua orang tampak tegang dan gugup. Kecuali satu orang. Liora Thornhart berdiri sedikit di belakang barisan, terlihat acuh dan tidak peduli pada protokol kerajaan. Gaunnya berwarna hitam-ungu gelap, terlalu berani untuk acara resmi. Pun rambutnya disanggul setengah, menyisakan helai-helai liar yang menari di udara. Liora mengabaikan suara bisik-bisik di sekelilingnya, ia terlihat seperti badai yang sengaja berdiri di tengah perjamuan resmi penyambutan raja baru di musim semi. Ketika kuda hitam sang raja berhenti di alun-alun istana, semua orang menunduk. Semuanya …kecuali Liora. Tatapan Liora langsung terkunci pada Raja Aldric, dagunya terangkat naik dan senyum pada bibirnya seperti seringaian mengejek. Aldric turun dari kuda, postur tubuhnya tinggi, kokoh, bahu lebar dan rahang tegas dihiasi rambut-rambut maskulin yang membuatnya sangat tampan. Liora sebenarnya mengagumi ketampanan Aldric yang membuatnya sulit memalingkan pandangan. Namun, senyum yang timbul pada bibir tipisnya justru membuat Aldric tertantang sekaligus menyimpan bara api emosi. “Dia …” Gavin sang penasehat sekaligus sahabat Aldric bergumam ragu memandang Liora yang terlihat mencolok, berdiri di barisan belakang tanpa menundukkan kepala seperti para pejabat dan anggota Dewan Kerajaan. “Badai berbahaya!” ketus Aldric pelan namun ia pun tak memalingkan wajah memandang Liora. Liora semakin menaikkan sudut bibirnya, tersenyum dengan bola mata berbinar seakan umpannya dimakan oleh Aldric yang memandangnya tajam, seakan sorot mata lelaki itu menyimpan kemarahan yang siap meledak. Sejenak, Aldric memperhatikan seluruh barisan bangsawan yang masih terus menundukkan kepala hormat padanya, lalu kembali menatap ke arah Liora yang kini menelengkan sedikit kepala dan bibir gadis itu tersenyum manis, memberikan anggukan padanya. Melihat sang Raja tak bisa mengalihkan pandangan dari Liora, Gavin berbisik lirih seakan hanya ditujukan untuk dirinya sendiri, “Ya, dia memang badai berbahaya. Tetapi Anda sepertinya ingin tenggelam dalam badai itu.” Aldric menoleh, “Bubarkan barisan! Siapkan makananku.” ucapnya tegas, kemudian segera berlalu memasuki istana Edevane. ** Malam harinya ada pesta penyambutan kecil di aula timur kerajaan. Para bangsawan hadir bersama pasangan dan putri mereka yang sudah siap untuk dinikahkan. Semuanya berdandan rapi, berbicara manis, tersenyum palsu menghiasi bibir seakan mereka semua menghormati Aldric, sang raja baru. Liora datang terlambat yang sebenarnya gadis itu sebelumnya sedang berkuda menyurusi sungai, tetapi diminta oleh Ayahnya pergi ke pesta penyambutan raja Aldric. Liora mengenakan gaun berwarna merah gelap, gaun yang asal ia pilih untuk di pakai. Sehingga kembali membuat mulut-mulut para istri bangsawan dan putri-putri yang berusaha menarik perhatian raja Aldric berbisik berisik memandang ke arah Liora. Liora berjalan ke tengah aula, mengambil satu gelas anggur, lalu pergi berdiri dekat jendela, menjauh dari kerumunan orang dan sungguh tidak peduli pada sekelilingnya. Pun pada Aldric yang memperhatikannya sejak awal kedatangan. Aldric menyingkir dari depan para bangsawan, mengambil jalan melingkar, mendekati Liora yang menyendiri, sementara Gavin terus memperhatikan sang raja dari kejauhan. “Lady Thornhart,” Aldric menyapa dengan suara berat, “kau menolak menundukkan kepala siang tadi.” Liora menyesap anggur, berbalik pelan menghadap Aldric yang berdiri gagah lima langkah di depannya, “Oh? Saya pikir Anda tidak kekurangan penghormatan, Yang Mulia.” ucapnya sambil menundukkan sedikit kepala, “Rambut saya siang tadi tak berhenti tertiup angin, jadi saya menjaganya tidak berantakan dengan menegakkan kepala.” Aldric mencoba menahan senyum tapi gagal karena matanya sudah berkilau memandang Liora, tak berkedip. “Ini istana, bukan rumahmu. Ada aturan berlaku di sini.” “Kalau begitu,” Liora meletakkan gelas anggur ke atas meja di sampingnya, berjalan mendekat ke depan Aldric dengan tatapan tajam, “Anda harus menegakkannya pada semua orang. Bukan hanya pada saya.” Tidak ada siapapun yang berani mengucapkan kalimat seperti Liora katakan pada sang raja. Karena bisa dianggap kurang ajar juga mengandung pemberontakan, tetapi Liora tidak pernah peduli dengan aturan yang menahan kebebasannya berbicara dan berpikir. Aldric turut memangkas jarak, maju satu langkah. “Kau ingin diuji?” Liora tersenyum tipis, mengangkat dagu, “Saya ingin dilihat adil. Tapi saya tahu itu terlalu banyak untuk seorang raja muda.” Napas Aldric terhenti. Wanita ini …Liora Thornhart yang pernah menjadi teman bermainnya sewaktu kecil di istana, benar-benar tumbuh sangat berbeda. Wanita yang tidak kenal takut dan tatapan matanya sungguh memikat, penuh gairah kebebasan. Tidak seperti wanita yang biasanya ada di sekeliling Aldric, wanita yang selalu memuja dan lapar memandangnya, terlihat rapuh dengan wajah berselimut kemunafikan. Liora berbeda! Aldric tersenyum tipis, senyum yang sangat berbahaya bagi seorang raja yang tampan rupawan. “Kau menarik perhatian yang tidak seharusnya, Liora.” Liora menegakkan tubuh, tersenyum lebar juga terkekeh rendah,“Bagus. Saya tidak datang untuk menjadi hiasan ataupun pelengkap kepura-puraan.” Liora melangkah maju, lalu berhenti tepat di sebelah Aldric yang berdiri kaku, “Selamat atas penobatanmu menjadi raja, sahabat kecilku, Raja Aldric Leonhart!” “Selamat tinggal!” lanjut Liora sebelum ia meninggalkan Aldric, berjalan menuju lorong sempit di ujung gedung aula timur kerajaan, dimana kudanya ia tinggalkan di sana. Ya, Liora tak datang ke pesta menggunakan kereta kuda seperti para putri. Tetapi ia menggunakan kuda yang ia tunggangi sendiri. Menunggang kuda dan memanah adalah hal yang dianggap tidak pantas bagi wanita. Tetapi Liora sehari-hari berkuda berkeliling tanah kediamannya, menyusuri sungai-sungai juga sangat ahli memanah yang ia selalu ikut pergi berburu bersama Ayahnya, Kael Tornhart dan pasukannya. Setelah kepergian Liora, Aldric merasakan kosong juga ada sesuatu yang mengusik hatinya. “Akan ku bunuh kau, Liora! Jika tidak, aku akan menjadi gila karenamu!” monolog Aldric mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. ** Keesokan harinya, Aldric memanggil Liora ke ruang takhta dengan alasan melanggar protokol kerajaan sekaligus ingin memberitahu gadis itu jika ia harus patuh padanya. “Silakan masuk, Lady Thornhart, Anda sudah di tunggu.” Gavin menyambut Liora di depan pintu yang menanggapi dengan senyuman tipis. Liora memasuki ruangan tanpa mengetuk ataupun menunduk, mengira ia hanya akan bertemu dengan Aldric berdua. Tetapi …para anggota Dewan Kerajaan sedang berkumpul. Gavin yang mengikuti Liora dari belakang, menunduk dan mengulum bibirnya masuk ke dalam, menahan senyum mati-matian ketika melihat tatapan mata Aldric yang membulat terkejut memandang Liora. Sebaliknya, para anggota Dewan Kerajaan pucat. Siapa pun bisa dipenggal karena hal sederhana yang dilakukan Liora ini. Aldric berdehem, pura-pura mengerutkan kening. “Kau melanggar protokol lagi!” Liora menghela napas dramatis. “Kalau protokol dibuat untuk membuat saya mati kaku, saya menolaknya.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
313.3K
bc

Too Late for Regret

read
306.0K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
143.7K
bc

The Lost Pack

read
425.5K
bc

Revenge, served in a black dress

read
151.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook