CHAPTER: 3

640 Words
Lava menunduk sambil mengangguk lemah, ia tak berani menatap mata Arsa karena dia malu mengatakan bahwa pria yang memperkosanya adalah mantan kekasih Arsa yang ia tahu masih sangat Arsa cintai. Melihat anggukan Lava membuat hati Arsa semakin sakit, namun ia harus memegang janjinya yaitu pria itu akan bertanggung jawab atas kehamilan Lava siapa pun pria itu. Arsa langsung keluar dari ruangan meninggalkan Lava yang jatuh terduduk di lantai sambil menangis terisak merutuki tindakannya malam itu yang keluar dari apartemen karena ingin mencari angin segar, kalau saja ia tidak pergi pasti semua hal buruk ini tak akan terjadi. Tangan Arsa mengepal kuat saat melihat punggung tegap Angga yang dibalut jas abu-abu, tanpa mengatakan apa pun Arsa langsung membalik tubuh Angga dengan kasar lalu menamparnya dengan kuat hingga pipi Angga memerah. Dokter yang melihat kejadian itu melotot melihat keberanian dan kebodohan Arsa berani menampar seorang Angga Wijaya Putra. Angga menatap penuh kemarahan pada Arsa begitu pun dengan Arsa, dokter tersebut yang sadar kehadirannya menganggu akhirnya pamit pergi. "Apa yang kau lakukan?!" Arsa tersenyum mengejek mendengar ucapan Angga, lalu Arsa maju mendekati Angga dan menarik jas Angga, tak ada ketakutan di mata Arsa yang ada hanya amarah dan rasa sakit. "Kau bertanya apa yang kulakukan?" "Harusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri b******n! Apa yang kau lakukan pada sahabatku Lavanya! Kau memperkosanya dan sekarang dia hamil anakmu, kau menghancurkan masa depan Lava!" Bukannya merasa bersalah, Angga malah meninggalkan Arsa yang menatap tak percaya dengan perilaku Angga. Arsa berusaha mengejar Angga dan ia mengalami kesulitan karena langkah kaki Angga dua kali lipat dari langkah kakinya. "Angga!" bentak Arsa setelah berhasil mencekal tangan Angga, Angga menoleh pada Arsa lalu pada tangan Arsa yang menggenggam pergelangan tangannya. "Kau harus bertanggung jawab atas kehamilan Lava, atau aku akan melaporkanmu atas tuduhan pelecahan!" "Laporkan saja, tapi perlu kau tahu satu hal bahwa aku tak akan sudi bertanggung jawab, bisa saja itu bukan anakku... "PLAKKK." "Kau tak berhak menuduh sahabatku dengan mulut kotormu itu." "Perlu kau tahu dia tidak perawan saat aku melakukan hal itu, hal itu membuktikan bahwa dia bukan wanita baik-baik." Tubuh Arsa diam mematung setelah mendengar ucapan Angga, bukan karena dia ikut meragukan Lava namun ucapan Angga seakan menghakiminya bahwa ia bukan wanita baik-baik juga. Angga yang melihat Arsa sudah diam, memutuskan untuk pergi namun langkahnya terhenti saat Arsa mengatakan hal yang mampu membuat amarahnya mendidih karena Angga tak suka Arsa mengatakan hal itu. "Berarti aku bukan wanita baik-baik karena sudah memberikan keperawananku pada pria yang bukan suamiku." Untung saja lorong rumah sakit sepi karena ini adalah lorong ruangan VIP dimana hanya sedikit ruangan dan hanya beberapa orang yang bisa melihat dan mendengar apa yang mereka katakan. "Kalau kau menganggap seperti itu, maka itulah dirimu." Arsa hendak membalas ucapan Angga namun terhenti saat seorang dokter datang dengan raut khawatir, menghampiri Angga. "Tuan Angga, istri Anda drop!" Tanpa mengatakan apa pun Angga langsung berlari ke arah ruang rawat Faya, istrinya. Arsa yang masih bingung dengan apa yang terjadi akhirnya memutuskan mengikuti Angga. Arsa akhirnya sampai di sebuah ruangan dengan nomor 190, Arsa hanya diam di depan jendela melihat apa yang terjadi di dalam dan yang ia lihat adalah seorang wanita yang terbaring lemah dengan berbagai alat kesehatan, menggenggam tangan Angga dengan lemah seakan mencari kekuatan untuk bertahan dari kondisinya saat ini. Sedangkan Angga terlihat sangat mencintai istrinya, walaupun tingkahnya mencerminkan hal lain. Arsa sadar bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan Lava karena Arsa tak sekejam itu untuk membuat seorang istri yang sedang sekarat menjadi meninggal karena mendengar fakta tentang perbuatan keji suaminya. Tapi kalau memang Angga tetap tak mau bertanggung jawab, maka Arsa punya cara lain untuk meraih keadilan untuk Lava dan anaknya. "Dia wanita baik dan sangat mencintai kamu, tapi kenapa kamu malah melakukan tindakan hina pada sahabatku? Kau sudah menjadi iblis yang menyakiti hati tiga wanita dalam satu kejadian."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD