Bagian 2 : Kenangan

1984 Words
Seperti keluarga bahagia pada umumnya, mereka; Ruby, Beverly dan Alex selalu menciptakan atmosfer kebahagian di setiap detik kebersamaan mereka. Entah itu bersenda gurau karena Beverly yang bertingkah konyol ataukah Alex yang terkadang merajuk bak anak kecil membuat Ruby kecil tertawa terbahak-bahak hingga suasana di dalam rumah itu terasa sangat menyenangkan. Dahulu, mereka adalah keluarga yang sangat kompak. Semua orang tentu tahu keluarga kecil Alexander Frederick terutama Beverly yang bijaksana dan sangat baik hati bahkan melebihi sosok Cinderella mungkin? Begitulah kata orang-orang yang mengenalnya. Dia selalu tersenyum, ramah dan perhatian itu yang membuat Alex jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Klise sekali bukan? Tetapi, cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. Hingga akhirnya, ketika Beverly hendak pergi ke rumah ibunya seorang diri, ia mengalami kecelakaan. Kecelakaan tersebut dengan tragis membuatnya meninggal di tempat kejadian, tanpa adanya ucapan terakhir yang hanya menyisakan luka bagi orang-orang yang ditinggalkan olehnya. Sejak saat itu, keluarga Alex pun hancur. Seolah tidak ada yang tersisa secuilpun dari keluarganya bahkan ia sendiri lupa dengan Ruby kecil. Pemakaman pun di laksanakan dengan khidmat. Namun, saat jenazah Beverly hendak di masukan ke liang lahat Alex menghentikan orang-orang itu sejenak ; ingin melihat wajah istrinya untuk yang terakhir kali. Tetapi, sesuatu telah terjadi. semua orang terkejut saat jenazah Beverly tidak ada di dalam peti itu. Setiap orang yang menyaksikan sibuk bertanya-tanya hingga membuat tempat itu ricuh seketika. 'Apa yang terjadi?' 'Kemana Jenazah Beverly? Tidak mungkin jika seseorang mencurinya, bukan?' 'Ya tuhan, apalagi ini? kasian sekali, keluarga ini.' 'Ini sangat aneh..' Dengan tangan yang mengepal kuat, Alex berteriak sangat kencang membuat semua orang yang hadir menutup mulut mereka rapat-rapat. Sejenak Alex terdiam menatap peti mati itu penuh pertanyaan kemudian ia berlari pergi meninggalkan pemakaman seorang diri. Meninggalkan Ruby kecil yang menangis dalam diam di pelukan Alaistar, tetangganya. "AYAH!" Ruby kecil terus berteriak memanggil ayahnya, seolah Alex menutup telinganya ia terus berlari tak mengindahkan anaknya yang seharusnya ia dekap erat-erat disaat-saat seperti ini. Ruby kecil pun menatap peti kosong itu dengan bingung, ia sedikit mengerti tentang hal ini. "Apa yang terjadi padamu, Ibu?" "Apa ibu tidak jadi meninggal?" Alaistair mengelus surai panjang Ruby dengan lembut, berusaha menghibur dan memberi kekuatan pada gadis kecil dalam dekapannya. "Baiklah, semuanya sepertinya sesuatu hal telah terjadi tanpa sepengetahuan kita karena itu saya wakil Keluarga Alexander ingin membatalkan acara pemakaman ini." Setelah mengatakan hal itu, semua orang pergi satu persatu meninggalkan pemakaman hingga menyisakan dirinya dan Ruby kecil yang enggan pergi meninggalkan pemakaman. Alaistar pun menurunkan Ruby, ia membungkuk mensejajarkan tinggi nya dengan gadis kecil itu. "Ruby apa kamu akan tetap disini? Ini sudah sore sayang, kita harus pulang dan kamu harus istirahat. Bukankah hari ini hari yang sangat melelahkan?" "Tapi Paman, ibu-" Alaistair mengangguk kecil, paham sekali dengan perasaan Ruby. Bahkan ia sendiri kebingungan, apa yang harus ia katakan pada gadis kecil itu tentang kejadian tak masuk diakal ini? "Paman juga bingung sayang. Tetapi, tetap saja hari ini kamu harus istirahat. Paman janji, akan mencari tahu kemana ibu mu pergi." Ruby kecil akhirnya mengangguk lemah kemudian tersenyum. Beberapa hari kemudian. Ruby menatap ayahnya; Alexander yang lebih sering melamun menatap ke luar jendela di kamarnya di banding menghibur dan bermain dengan dirinya. Ruby tampak sangat sedih, seolah ia telah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya bukan hanya ibunya saja, hal itu membuat Ruby ikut mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Setiap hari ia selalu menangis dengan memegang kalung liontin yang Beverly berikan pada Ruby. Dimana Terdapat sebuah foto Beverly dan Alex yang tengah tersenyum bahagia dalam foto tersebut. Potongan-potongan ingatan kebersamaan dirinya dan kedua orang tuanya membuat ia menangis kembali. Dia sangat merindukan mereka, ia juga merindukan ayahnya yang selalu mengajaknya bermain dan memeluknya seperti dulu jikalau ia sedang sedih. Ia merindukan berada dalam dekapan Alex yang menghangatkan hatinya. Ia merindukan Beverly yang selalu mengecup dan mengelus rambut Ruby dengan lembut. Dia benar-benar merindukan semuanya dari ingatan yang berputar di kepalanya. Sesekali, Ruby kecil menengok ayahnya yang masih tetap duduk dekat jendela seraya membawa sepiring nasi dan lauk pauk. Dia sedih melihat ayahnya seperti itu; Rambut yang telah panjang sedikit menutupi wajahnya, mata yang selalu bersinar kini berubah sendu hingga rambut-rambut kecil tampak ikut mengisi wajah tampan dan kurus ayahnya tersebut. Ia sangat iba melihat ayahnya, seolah tengah berharap dan menunggu kedatangan Beverly kembali ke rumah. Ia berjalan pelan menuju kursi dimana ayahnya duduk tanpa menyadari kedatangan dirinya. "Ayah.." Air mata gadis kecil itu kembali berlinang hingga membasahi kedua pipi yang dulu tembam kini berubah agak tirus. Ia mengusap air matanya kasar lalu tersenyum, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Ia pun mengelus pipi Alex dengan gemetar. "Ayah.. Ruby bawa ayam bakar mayo, kesukaan Ayah. Lihat deh Yah!" Ruby menunjukkan Piring itu ke depan wajah Alex, berusaha membuat ayahnya sadar dengan kehadirannya. Alex tetap tak bergeming, matanya terbuka tetapi ia menutup dunianya sendiri dan tak mengindahkan apapun yang Ruby katakan atau yang gadis kecil itu lakukan padanya. "Ayah .. " Dengan tubuh yang semakin gemetar, ia menaruh piring itu sembarang dan langsung memeluk Alex dengan sisa kekuatan dalam dirinya. Ia sangat sedih dan semakin takut jikalau Alex akan pergi meninggalkannya juga. Ruby benar-benar ketakutan. "Ayah.. Ruby mohon, jangan seperti ini, Yah. Ruby takut." Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya. "Ayah.. Ruby mohon. Ayah.." Mata gadis kecil tersebut semakin membengkak walau masih terlihat cantik. Ia mengusap air matanya kembali dengan kasar lalu melerai pelukannya. Dalam waktu yang lama, Ruby menatap wajah Alex hingga akhirnya dia naik ke pangkuan Alex dan membiarkan dirinya tertidur. Beberapa tahun kemudian. Semenjak Alastair memanggil dokter yang menangani bagian psikologis, Alex berubah kembali menjadi dirinya meskipun tidak sepenuhnya. Dan sekarang ia mulai bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan Ruby. Kini ia telah sadar, bahwa masih ada Ruby yang membutuhkan dirinya. Disamping itu, Alex terus mencari keberadaan Beverly dengan meminta polisi hingga seorang detektif untuk menyelidiki kasus hilangnya Beverly tetapi sampai saat ini tidak ada kabar baik yang sampai ke telinganya. Hingga kejadian tak terduga, kembali datang menghampiri keluarga Alexander. Seperti mimpi, Alex bertemu dengan seorang wanita yang sangat mirip dengan Beverly di pinggir jalan dekat hutan yang selalu dilewatinya. Mulai dari mata, hidung, bibir bahkan struktur wajahnya begitu sama dengan Beverly hingga masuk di akal kalau Alex yang memang belum melupakan istrinya mengira bahwa wanita itu adalah Beverly. Wanita itu tampak begitu kumuh seolah tidak membersihkan dirinya sejak lama, tetapi ia masih saja terlihat cantik meski dengan pakaian kotor dan sobek yang ia kenakan. Alex mendekati wanita itu dengan lembut, menatapnya dengan penuh kerinduan hingga menyesakkan dadanya. Ia pun menyentuh wajah wanita dihadapannya lalu tersenyum. Ia begitu yakin, wanita itu memang Beverly. Mengingat, wanita itu menghilang dan kini ia telah menemukan istrinya sendiri dan ia ternyata Beverly masih hidup. Entah apa yang telah terjadi pada istrinya, ia tak begitu penasaran karena yang terpenting istrinya telah kembali padanya. Alex semakin mendekati wanita dihadapannya."Beverly, kaukah itu?" Namun, wanita itu bergerak mundur, seolah menjauhi pria dihadapannya. Alex pun mengulurkan tangannya hendak menyentuh wajah wanita yang tampak ketakutan dihadapannya. "Jangan takut, sayang." Wanita itu terdiam membuat Alex tersenyum kecil. "Apa kamu tahu, aku sangat merindukanmu, Pearl." "Kemana saja kamu selama ini?" Kini, Alex.membawa wanita itu ke dalam pelukannya sangat lama. "Kita pulang, Pearl. Ruby menunggu mu dirumah." Wanita itu tetap diam namun ada senyum yang tercetak di ujung bibirnya dan Alex pun tak menyadarinya. Alex berdiri di hadapan Beverly lalu mengulurkan tangan kirinya. "Apa kamu bisa berjalan?" Beverly pun mengangguk kecil kemudian ia berdiri meski tampak kesusahan dan dengan sigap Alex membantunya. Begitu sampai di rumahnya, Alex langsung berteriak memberitahu mereka yang mulai keluar satu persatu melihat kedatangan Alex dan wanita disampingnya. Ia tersenyum bahagia dan dengan lantang mengumumkan bahwa hari ini ia telah menemukan istrinya seraya memeluk erat pinggang wanita itu. Untuk sejenak, wanita itu tampak menunduk hingga sudut matanya melihat gadis cantik yang berdiri tak jauh darinya menatap dirinya dengan datar. Beverly tersenyum ke arah Ruby lalu kembali menunduk. "Apa yang kamu lakukan, Sayang? Kamu tidak perlu merendahkan pandanganmu seperti itu, ini rumahmu. Kamu membuatku tidak nyaman." Wanita itu terdiam lalu tersenyum ke arah pria di sampingnya membuat Alex mengecup puncak kepala Beverly dengan manja lalu melenggang pergi meninggalkan orang-orang yang sibuk mempertanyakan ini-itu disana. Di lain sisi, Ruby merasa bingung dengan perasaannya. Jika memang wanita itu adalah ibunya seharusnya ia merasa senang bukan? Lalu mengapa perasaannya tiba-tiba sangat resah, hal itu membuatnya tidak nyaman hingga akhirnya dia kembali ke kamarnya. "Ada apa denganku?" Keesokan harinya. Seperti biasa, hari ini Ruby pergi ke sekolah tetapi bukan untuk belajar melainkan untuk menghadiri acara perpisahan disekolahnya. Kali ini ia memakai gaun berwarna putih lalu memakai mantel tebal dengan warna yang sama dengan gaunnya, itulah yang membuatnya begitu bersemangat, membuat semua pelayan yang melihatnya tersenyum lembut melihat tuan kecilnya sangat bersemangat. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan lusa Ruby akan segera lulus dari Sekolah Menegah Atasnya. Tiga belas tahun hidup tanpa ibunya, memang membuat dirinya tak seceria teman sebayanya. Tetapi meskipun begitu, Ruby tetap menjalani semuanya dengan baik. "Sayang, kamu tidak sarapan?" Melihat Ruby yang melewati meja makan membuat Alex mengerutkan keningnya. Ruby tersenyum lalu menggeleng kecil. "Aku sudah telat, Ayah." Alex pun menggeleng kecil. "Kamu tidak mau ayah antar?" Ruby hanya melambaikan tangannya lalu membuka pintu utama. "Baiklah, aku pergi dulu, Pearl." Wanita itu mengangguk lalu tersenyum. --=-- "Hi, Ruby." "Hallo, Liona." Liona adalah teman sekelas Ruby yang selalu memuji dirinya bak seorang fans. "Ya Tuhan! Bahkan saat wajahmu murung seperti itu, kamu terlihat sangat cantik, Ruby." Ucapnya seraya menarik kedua pipi Ruby dengan gemas. "Ada apa hm?" Ruby menggeleng kecil. "Tidak apa-apa." "Kalau begitu, ayo kita ke aula. Banyak pria tampan disana. Kau tahu di saat-saat seperti ini pria culun kita pasti berubah menjadi sangat tampan untuk sehari seperti cinderella." Ruby hanya menatap Liona dengan tatapan tak percaya membuat Liona tertawa kecil. "Aku bercanda, santai saja." *** Acara di sekolah akhirnya selesai, Ruby pun pulang ke rumahnya. Ia merasa sangat letih hingga ia memutuskan untuk langsung ke kamarnya sebelum seseorang memanggilnya. "Ruby". "Apa kamu tidak merindukan, ibu?" Gadis itu terdiam berusaha mencari-cari sesuatu dalam diri wanita dihadapannya. Ia tersenyum kecut. "Mereka berbeda." "Aku memang merindukan ibuku tetapi itu bukan dirimu." "Aku mohon, jangan bertingkah. Kau hanya w************n yang kebetula sangat mirip dengan ibu ku lalu kemudian bertemu dengan ayahku yang malang." Wanita itu tersenyum sinis dan mata tajamnya tampak berkilat marah. "Kau akan menyesal, Gadis kecil. Kau tidak tahu siapa diriku." Ruby menatap wanita itu sama sinisnya, kini ia yakin wanita itu memang bukan ibunya, Beverly. "Kita lihat saja nanti." "Bahkan baru sehari, dia sudah berani menunjukkan dirinya." "Kurang ajar." "Aaarggh!" Gadis itu berteriak merasakan kedua kakinya tiba-tiba terasa begitu sakit dan panas. Ia pun terjatuh dan melihat kakinya sedikit terbakar. Ruby terkejut lalu menyentuh kedua kakinya dengan gemetar. "A-apa yang terjadi?" Wanita itu tertawa senang lalu mendekati Ruby yang masih shock dengan kakinya. " Aku akui, kau memang sangat tanggap, Sayang." "Aargh! Le-paskan rambutku!" teriak Ruby kesakitan. Wanita itu menggeleng kecil lalu menarik Ruby ke arah kolam berenang membuat Ruby semakin berteriak, entah kemana para pelayan dirumah hingga tak ada seorang pun yang terlihat disini. "Arrgh!" Wanita itu tertawa lagi. "Kau benar, aku bukanlah si bodoh itu. Aku Revenna. Apa kau pernah mendengar tentangku?" Di tengah rasa sakit yang ia rasakan, Ruby tampak berpikir. Merasa familiar dengan nama wanita dihadapannya kemudian ia tertawa sinis. "Penyihir malang yang membiarkan dirimu di kuasai oleh sihir hitam huh? Ternyata itu bukan dongeng tapi kisah-kisah menyedihkan milikmu". Mendengar hal itu Revenna pun perlahan berubah, wajahnya cantiknya kini menjadi sangat tirus membuatnya jelek bak orang yang kekurangan gizi. Matanya besar dan kuku-kukunya menjadi hitam dan panjang meruncing. Dia semakin menyakiti Ruby. Ia menenggelamkan Ruby sangat lama hingga membuat gadis itu kesulitan untuk bernapas. "Le-pas!" "Saat tiba kekuatanmu itu bangkit, kau akan merasakan akibatnya karena aku akan mengambilnya darimu, gadis bodoh." "Aargh! Le-paskan!" "Dasar gadis bodoh." Di lain tempat, sebenarnya Alex merasa tidak enak hati meninggalkan Ruby hanya berdua dengan istrinya. Apalagi mereka baru bertemu setelah sekian lama, pasti mereka akan sedikit canggung, bukan? Diperjalanan pulang, ia menatap hutan yang dipenuhi oleh salju dari kaca jendela mobilnya. Selintas bayangan Ruby kecil pun muncul dalam pikirannya membuat dirinya sedikit menyesal karena sering meninggalkan Ruby dengan pergi ke luar kota hingga terkadang ia tak memiliki waktu untuk putrinya sendiri. Ia menatap lurus jalanan di depannya, berharap waktu segera membawanya pulang ke rumahnya. Entah mengapa, tiba-tiba ia merindukan anak semata wayangnya itu.           
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD