bc

Suami Miskinku Pewaris Kaya

book_age18+
2.3K
FOLLOW
14.5K
READ
powerful
brave
confident
billionairess
twisted
city
poor to rich
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

#Program Pembaruan Musim Panas

#ProgramPembaruanMusimPanas

"Keluar kamu dari rumahku, Raikhal! Aku tidak sudi memiliki cucu menantu miskin sepertimu!"

"Sampah seperti dia memang tidak pantas berada di keluarga Atmawijaya, dia pergi sekalipun tidak akan membuat kita semua merasa kehilangan!"

"Sadarlah Raikhal, sejak aku memiliki menantu sepertimu itu malah membuat keluarga kami dalam kesulitan. Bisa tidak sadar diri sedikit saja, pergi dari sini dan tinggalkan putriku!"

Dihina dan direndahkan oleh seluruh keluarga istrinya adalah makanan sehari-hari untuk Raikhal, sejak dirinya menikahi keturunan Atmawijaya yang begitu sempurna bernama Meisya Adriana. Tak sekalipun dia diperlakukan dengan baik, atau kehadirannya disambut hangat seperti cucu-cucu yang lainnya karena status Raikhal yang selama ini dianggap hanya seperti seonggok sampah yang tak memiliki harta, sanak saudara, apalagi keluarga.

Selama bertahun-tahun Raikhal hidup dalam kesulitan dan selalu dipandang rendah oleh orang-orang kaya seperti keluarga istrinya, dan ipar-iparnya.

Namun, sebuah kebenaran mulai terungkap setelah Raikhal hidup menderita selama 10 tahun. Kebenaran tentang kakeknya yang selalu mencari keberadaannya selama dia menghilang bertahun-tahun. Kebenaran jika dirinya adalah sang pewaris tunggal dari seluruh kekayaan keluarga Salim yang berlimpah.

Bagaimanakah nasib orang-orang yang telah menghinanya selama ini, setelah mengetahui identitas Raikhal yang sebenarnya, sebagai pemilik Royal Citi Group, perusahaan terbesar dan tersukses di Asia, bahkan hingga di seluruh negeri?

Bagaimana dengan keluarga Atmawijaya, keluarga Pangestu, dan keluarga Hartono yang selama ini selalu merendahkannya bisa menjalin kerja sama dengan Royal Citi Group yang ternyata pemiliknya adalah seseorang yang selama bertahun-tahun mereka anggap seperti sampah yang tidak berguna?

chap-preview
Free preview
Penghinaan
Malam istimewa di sebuah kapal pesiar yang tampak mewah. Kala itu sebuah pesta perayaan tengah berlangsung dengan sangat meriah. Perayaan ulang tahun salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta. Sebuah perusahaan yang dipimpin oleh seorang wanita paruh baya bernama Merry Atmawijaya yang sudah berusia 65 tahun. Namun, penampilannya masih tampak awet muda dengan wajah putih bersihnya. Di tengah keramaian yang terdengar gaduh di sana, seorang pria seperti tak menikmati acara pesta tersebut. Pria itu benar-benar bingung karena harus segera mendapatkan sejumlah uang untuk melunasi sebuah panti asuhan yang bangunannya terancam disita oleh bank. Alasannya karena pemilik terdahulu sebelum diambil alih oleh Bi Nanda, memiliki hutang di bank yang cukup banyak. Bi Nanda adalah seorang wanita yang telah merawatnya sejak kecil di panti asuhan. Saat ini, semua cucu-cucu dari Merry terlihat sangat dekat dengannya. Di tangan mereka tampak beberapa kado yang sudah mereka siapkan. Kado yang dari harga tentunya bukan main-main. Mahal hingga bisa mencapai ratusan miliar. "Bagaimana ini? Apa aku harus minta bantuan pada Oma, karena hanya Oma satu-satunya orang yang bisa meminjamkan aku uang sebanyak itu. Aku tidak ingin jika panti asuhan itu disita oleh pihak bank, lalu anak-anak yang tinggal di sana akan hidup di mana?" gumam pria yang bernama Raikhal Salim itu tampak bimbang dan gelisah. Sementara yang lainnya sibuk cari perhatian di hadapan Merry dengan mengantri untuk memberikan hadiah. "Aku tahu Oma sering koleksi tas-tas branded. Ini kemarin aku baru pulang dari Paris, jadi aku beliin Oma tas Hermes. Ini harganya 1 miliar lho, Oma," ucap seorang pria tampan bernama Marven Julian. Dia adalah cucu pria tertua yang mengharapkan jabatan direktur di Atmawijaya Group. Tak mau kalah, seorang pria yang merupakan calon menantu di keluarga Atmawijaya pun datang menyodorkan bingkisan kado ke hadapan Merry. Namun dari ukurannya, bingkisan itu tampak kecil dari kado yang sebelumnya diberikan oleh Marven. "Oma, aku juga punya kado untukmu. Kemarin aku tahu dari Maydea kalau mobil Oma bermasalah. Jadi Oma tidak perlu servis mobil itu. Lagi pula kata Dea, mobil Oma juga sudah ketinggalan jaman. Ini aku sengaja beliin Oma mobil Mercedes Benz keluaran terbaru dan tentunya limited edition. Harganya sudah pasti lebih mahal dari tas Hermes itu." Lirikan mata Victor memicing saat menatap ke arah Marven setelah melepaskan kado kecil yang berisikan kunci mobil di dalamnya. Terlihat persaingan dari dua pria dalam memperebutkan perhatian dari Merry. Wanita paruh baya itu pun mulai melihat berbagai hadiah yang sudah ada di kedua tangannya. Merry tampak tersenyum bahagia yang diikuti oleh seluruh anggota keluarga lainnya. "Terima kasih untuk semua cucu-cucuku yang sudah memberikan hadiah di hari spesial ini. Padahal Oma tidak mengharapkan apa-apa selain kehadiran kalian di sini untuk merayakan ulang tahun perusahaan. Hanya satu harapan Oma malam ini semoga perusahaan keluarga Atmawijaya terus berkembang dan bisa semakin sukses." Senyum bahagia terbit menghiasi kedua sudut bibir Merry yang mengatakan harapannya dengan sungguh-sungguh. "Perusahaan Atmawijaya pasti akan selalu sukses Oma!" sorak beberapa orang pria dengan penuh semangat. "Terima kasih, terima kasih. Sekarang nikmatilah hidangan yang sudah Oma sediakan untuk kalian." Merry pun segera mempersilahkan semua anggota keluarganya untuk menikmati hidangan makan malam di atas kapal pesiar, membuat mereka bergegas mencari tempat duduk masing-masing. Setelah itu Merry meletakkan semua hadiah yang dia dapatkan di atas meja, lalu dia meraih gelas yang berisi minuman khusus miliknya, lalu meraih sepotong kue kecil dan memasukkannya ke mulut. Di saat-saat itulah pandangan Merry teralih menuju suami cucunya yang belum memberikan apa-apa untuknya selain menyampaikan selamat saat pertama kali datang. Dia pun dengan sengaja bertanya untuk mempermalukannya. "Raikhal, mana hadiah untukku? Apakah tahun ini kamu absen lagi dan tidak memberikan apa-apa? Kemarin di hari ulang tahunku kamu juga tidak memberikan apa pun lho." Raikhal pun segera menatap ke arah Merry dengan raut sendu. "Maaf Oma, aku belum bisa memberikan apa-apa. Aku tidak seperti cucu-cucu Oma yang bekerja dengan jabatan tinggi dan tentunya digaji puluhan juta tiap bulannya. Aku hanya bisa memanjatkan doa untuk kesuksesan Atmawijaya Group agar selalu berjaya." Merry terkekeh sejenak dan meletakkan gelas yang digenggamnya kembali di atas meja. Sementara semua orang yang ada di sana sudah terbiasa mendengar jawaban Raikhal karena selama menjadi bagian dari keluarga Atmawijaya pria itu tidak pernah sekalipun memberikan hadiah dalam perayaan apa pun, menandakan nasibnya yang memprihatinkan membuat semuanya menatap Raikhal dengan tatapan sinis dan menyeringai tipis. "Aku lupa jika kamu adalah menantu yang tidak bekerja dan tidak punya apa-apa. Hidupmu saja bergantung pada keluargaku, jadi aku yakin kamu tidak bisa memberikan apa-apa untukku. Seharusnya aku tidak perlu bertanya tentang hal ini sejak awal!" "Maafkan aku Oma, tapi jika suatu hari nanti aku memiliki pekerjaan yang sepadan aku pasti akan menyiapkan hadiah yang mahal untukmu." "Lalu untuk apa kamu datang malam ini jika tahu tidak mampu memberikan apa pun? Apa kamu tidak malu dengan semua cucu-cucuku yang datang memberikan kado? Bahkan tunangan Maydea memberiku hadiah mobil limited edition." "Karena aku membutuhkan pertolongan Oma." Raikhal pun segera bangkit dari duduknya setelah berhasil memberanikan diri cukup lama untuk meminta bantuan pada Merry. Dia melangkah ke hadapan wanita paruh baya itu dengan raut penuh permohonan. "Apa maksudmu?" tanya Merry dengan kedua alis yang saling bertaut menatap Raikhal yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya. "Oma, tolong pinjamkan aku uang untuk membayar hutang-hutang panti asuhan tempat aku dibesarkan dulu pada pihak bank, jika tidak mereka akan menyitanya. Kalau itu sampai terjadi bagaimana nasib anak-anak yang tinggal di sana, mereka tidak memiliki rumah dan keluarga." Merry membulatkan mata melihat keberanian Raikhal malam ini. Permohonannya membuat seluruh anggota keluarga Atmawijaya yang tengah menikmati makan malam di tengah-tengah laut seketika terkejut. Semua orang pun mulai memandangi Raikhal dengan sorot mata penuh ketidaksukaan. Lebih tepatnya mereka semua menatap rendah pria itu. Cucu menantu itu terdengar terlalu berani, bukan? Terlebih saat ini Merry tengah merayakan ulang tahun perusahaan yang dipimpinnya bersama keluarga besar. Bukannya menyiapkan sebuah hadiah, tetapi dia malah berani mengatakan pada Merry untuk meminjam uang. Tiga tahun lalu saat Adi Atmawijaya masih hidup, tidak tahu di mana dia bertemu dengan Raikhal. Sejak pertemuan itu, dia bersikeras untuk menikahi cucu tertuanya, Meisya Adriana. Saat itu, Raikhal tidak punya uang dan tidak berbeda dengan pengemis yang dia temukan di jalanan. Setelah keduanya menikah, Adi Atmawijaya meninggal dunia. Sejak saat itu semua anggota keluarga dengan sepakat untuk mengusir Raikhal. Hanya saja Raikhal acuh dan tidak terpengaruh dengan perkataan semua orang yang menginginkannya untuk meninggalkan Meisya. Makanya sampai saat ini, pria itu masih menjadi menantu di keluarga Atmawijaya. Namun, karena terdesak dan tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan uang dengan cepat. Raikhal pun akhirnya memberanikan diri untuk meminjam kepada Merry malam ini. Dia mendapatkan kabar dari salah satu penjaga di panti asuhan jika saat ini pihak panti asuhan diberi waktu selama tiga hari untuk melunasi pinjaman pada bank atau pihak bank akan menyita bangunan tersebut dan mengusirnya semua penghuninya. Raikhal pun merasa bahwa hari ini adalah hari bahagia untuk semua orang, termasuk Merry, mungkin saja di hari bahagia ini membuat Merry bersedia untuk meminjamkan uang padanya. Tanpa diduga mendengar hal itu membuat Merry tersenyum menghina. Dengan penuh amarah, wanita paruh baya itu langsung menggebrak meja dan berteriak keras. "Dasar menantu tidak tahu diri, apakah kamu berada di sini untuk merayakan ulang tahun perusahaan keluargaku atau hanya untuk meminjam uang padaku?" Meisya Adriana yang merupakan istri dari Raikhal bergegas melangkah maju dan berhenti di hadapan sang nenek untuk menjelaskan kepada wanita paruh baya itu agar tidak tersulut amarah mendengar perkataan Raikhal. "Oma maaf, Raikhal hanya berusaha meminta pertolongan darimu. Jadi tolong jangan tersinggung ya." Sambil mengatakan itu, Meisya menarik tubuh Raikhal ke belakang, dia sengaja menjauhkan suaminya dari hadapan Merry yang mungkin saja akan mendapatkan amukan. "Kakak, lihat sampah macam apa yang kamu nikahi? Victor dan aku baru saja bertunangan, tetapi sebelum kami menikah Victor sudah memberi Oma hadiah, tapi suami kamu malah tidak membawa hadiah apa pun dan meminta pinjaman uang pada Oma. Apakah kalian berdua tidak punya malu?" cibir seorang wanita yang merupakan sepupu Meisya, dia bernama Maydea. "Itu benar, Meisya, pria yang kamu nikahi benar-benar gagal menjadi seorang suami!" Pria yang berbicara itu adalah tunangan Maydea yang bernama Victor Pangestu, seorang pengusaha muda dari keluarga terkaya di Indonesia. Meskipun Victor akan menikahi Maydea, tapi di matanya kecantikan wanita itu masih jauh bila dibandingkan dengan Meisya, istri dari Raikhal. Meisya Adriana adalah seorang wanita cantik yang memiliki popularitas tinggi di ibu kota, tetapi melihatnya menikahi orang yang tidak berguna seperti Raikhal membuat Victor menjadi sangat kesal. "Sampah seperti dia lebih baik pergi dari keluarga Atmawijaya sesegera mungkin!" "Kamu benar! Lagi pula keluarga besar Atmawijaya juga tidak akan merasa kehilangan sampah seperti dia!" timpal Maydea menambahkan perkataan dari tunangannya. "Aku pikir dia hanya berpura-pura meminjam uang untuk merusak pesta ulang tahun perusahaan karena dia iri tidak bisa bekerja di sana!" lanjut Victor bicara dengan lantang sambil menunjuk ke arah Raikhal yang hanya diam mematung. Melihat bahwa seluruh keluarga Atmawijaya kini tengah menatapnya dengan sinis dan terus menghinanya, Raikhal pun hanya mampu mengepalkan telapak tangan erat-erat, tanpa sanggup menjawab. Menahan rasa kesal atas semua hal yang didengarnya. Namun, pikirannya masih mencoba untuk tetap tenang dan jika bukan karena ingin membantu panti asuhan tempat dia tinggal selama bertahun-tahun, pasti dia tidak akan sampai memohon seperti ini dan pergi meninggalkan acara keluarga besar Atmawijaya. Keluarga yang menurutnya salah untuk menjadi sebuah rumah tempatnya berlindung. "Oma, menyelamatkan hidup banyak jiwa itu lebih baik daripada membangun 50 hotel mewah. Aku mohon belas kasihan Oma kali ini saja dan aku berjanji akan menggantinya suatu hari nanti." Raikhal teringat akan ajaran ayahnya saat kecil. Ajaran di mana dia harus bersabar ketika mendapatkan penghinaan demi dapat menyelamatkan kehidupan banyak orang. Seseorang mendengus kesal dengan ekspresi dingin mulai membuka mulut untuk memarahi Raikhal. "Kamu jangan berani-beraninya memberikan nasihat seperti itu pada Oma. Jangan sok bijak! Jika kamu ingin menyelamatkan kehidupan banyak orang, kamu temukan cara itu sendiri dan jangan malah meminta Oma untuk meminjamkan uangnya!" Orang yang berbicara itu adalah kakak laki-laki Maydea bernama Marven. Kedua saudara lelaki dan perempuan itu selalu memiliki pendapat yang bagus tentang Meisya yang selama ini lebih unggul dari mereka dalam segala aspek. Jadi mereka paling suka memanfaatkan kesempatan untuk menghina Raikhal yang merupakan suaminya. Meisya yang ada di samping Raikhal tampak malu dan dia mulai menyuarakan permohonannya untuk Raikhal yang tengah berada dalam kesulitan. "Oma, Raikhal kehilangan orang tuanya ketika dia berusia tiga belas tahun dan Bi Nanda dari panti asuhan yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Raikhal hanya ingin membalas kebaikan orang-orang selama ini dengan hati yang tulus. Maka dari itu, dia ingin membantu membayar hutang panti asuhan pada pihak bank sebagai bentuk untuk balas budi atas apa yang telah dilakukan oleh Bi Nanda. Tolong bantu Raikhal kali ini saja, Oma." Mendengar hal itu Merry pun kembali membuka suara dengan wajah penuh ketidakpuasan karena Meisya memohon untuk dipinjamkan uang demi Raikhal. "Kamu ingin aku membantunya? Baiklah aku akan membantunya. Hanya saja aku memiliki satu syarat. Kamu harus mau menceraikan Raikhal dan menikah dengan Alden. Jika kamu bersedia, maka aku akan segera memberi Raikhal berapa banyak pun uang yang dia butuhkan saat ini juga!" Merry berkata seperti itu karena dia tahu jika Alden sudah mengejar Meisya sejak bertahun-tahun lamanya dan menginginkan wanita itu untuk menjadi istrinya. Keluarga Alden Hartono adalah keluarga paling terpandang di Indonesia dengan banyak bisnis dan kekayaan yang didapatkannya, jauh lebih tinggi derajatnya daripada keluarga Atmawijaya. Merry memang selalu ingin menjalin hubungan rapat dengan orang-orang besar dari kalangan atas, seperti keluarga Alden. Di tengah-tengah ketegangan yang berlangsung tiba-tiba seorang pria yang merupakan salah satu bodyguard Merry datang menghampiri sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna merah. "Nyonya Merry, Tuan Alden mengirim seseorang untuk memberi hadiah ulang tahun perusahaan. Hadiahnya adalah Blue Diamond Ring yang harganya puluhan miliar rupiah." Merry sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar hal yang disampaikan bodyguardnya itu. "Berikan hadiahnya padaku, aku ingin segera melihatnya!" jawabnya yang tampak begitu tidak sabar. Pria itu pun segera membuka kotak tersebut yang di dalamnya terdapat sebuah berlian mahal, membuat semua orang yang hadir seketika terpesona dengan kilauan yang begitu memanjakan mata. "Berlian itu sungguh berkilau, jernih, tanpa jejak kotoran, dan terlihat seperti barang berkualitas tinggi." Victor yang sejak awal percaya diri bahwa hadiah darinya untuk Merry adalah hadiah termahal malam ini. Namun, setelah melihat apa yang diberikan Alden membuat wajahnya masam, dia tidak berharap Alden yang tidak ada hubungannya dengan keluarga Atmawijaya menjadi begitu murah hati dan memberikan hadiah yang nilainya lebih mahal, dibanding hadiah darinya. Merry dengan senang hati bermain dengan berlian tersebut. "Oh, Alden benar-benar memiliki hati yang baik dan dia begitu royal. Jika dia bisa menjadi menantuku, aku pasti akan bahagia sampai akhir hayat!" ucapnya dengan sorot mata penuh harap dan perasaan bahagia saat ini. Setelah berbicara, dia menatap cucu pertamanya dengan sorot mata yang tajam. "Meisya, bagaimana berlian dari Alden? Apakah kamu ingin mempertimbangkan syarat yang tadi aku tawarkan?" "Maaf Oma, tapi aku tidak akan menceraikan Raikhal." Meisya dengan penuh keyakinan menjawab. Ekspresi Merry langsung berubah menjadi sangat suram, lalu dia menatap ke arah Raikhal dan berbicara dengan nada tinggi, wajahnya terlihat begitu marah. Tak ada lagi senyuman. Hanya amarah yang jelas terlihat. "Jangan pernah tunjukkan wajahmu lagi di hadapanku! Suruh pria miskin yang seperti sampah di keluarga ini keluar! Dalam perjamuan penting malam ini dia tidak diizinkan untuk berpartisipasi!" Raikhal benar-benar kecewa dengan Merry yang selalu menghina dan merendahkannya, dia seakan tidak memiliki harga diri lagi untuk menjadi bagian keluarga Atmawijaya saat ini. "Meisya, kalau begitu aku pergi dulu ke panti asuhan ya." "Baiklah, aku akan akan ikut bersamamu. Aku ingin menemanimu," jawab Meisya yang begitu kasihan dengan Raikhal yang selalu mendapat penghinaan dan caci maki dari keluarga besarnya. Mendengar perkataan Meisya, Merry pun semakin murka. "Jika kamu pergi, aku tidak akan menganggapmu sebagai cucuku lagi selamanya! Kamu pergilah dan bawa juga orang tuamu dari kapal pesiar ini. Kamu dan ibumu akan aku coret dari keluarga Atmawijaya bersama sampah itu!" Ekspresi Meisya terkejut, dia tidak menyangka wanita paruh baya itu tega mengatakan kata-kata kejam seperti itu. "Kamu tetap di sini ya. Jangan khawatirkan tentang aku, Meisya." Setelah mengatakan itu Raikhal pun mulai berbalik dan pergi dari hadapan Merry. Marven tertawa di belakangnya dan mengatakan sesuatu. "Oh iparku yang baik, kamu pergi dalam keadaan perut kosong, aku khawatir kamu akan mengemis di jalanan. Kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan keluarga Atmawijaya di luar sana! Aku punya uang 50.000, kamu bisa membeli roti kukus untuk dimakan di luar sana agar tidak mati kelaparan!" Pria itu mengeluarkan uang berwarna biru dan melemparkannya ke hadapan Raikhal. Seluruh keluarga Atmawijaya mulai tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu, kecuali Meisya yang merasakan hatinya sakit setiap kali suaminya diperlakukan dengan sangat rendah. Raikhal mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya sudah merah padam. Menahan amarah hingga membuat barisan gigi putihnya terdengar menggertak. Pria itu pun melangkah panjang untuk pergi tanpa melihat ke belakang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook