Bab 7

1043 Words
Semua sorot mata yang berada di ruangan tertuju kepada Mac. Begitu juga dengan pengawas Laboratorium yang menatap tajam pada Mac. "Saya hanya ...!" lirih Mac membela diri. Belum sempat lelaki itu menyelesaikan ucapannya, petugas keamanan sudah lebih dulu memotong ucapan Mac. "Semua bukti sudah jelas, selain kamu melakukan kerusakan di ruang ganti, kamu juga sudah melukai kedua teman-teman kamu," cetus lelaki dengan nada penuh penekanan. Mac hanya menunduk tidak berani melawan. Andrea pasti sudah mengadu panjang lebar pada petugas keamanan dan lelaki yang mengenakan jas hitam di hadapan Mac itu. Apalagi Andrea sudah bekerja lebih lama di laboratorium profesor Danil, sudah pasti mereka akan jauh lebih mempercayakan Andrea daripada apa yang Mac katakan. "Mac, kenapa kamu membuat kerusuhan di sini?" cetus lelaki yang mengenakan jas hitam yang tidak lain adalah pengawas di laboratorium Profesor Danil. "Saya hanya mempertahankan diri saya dari serangan mereka, Pak." jawab Mac terduduk. "Dasar pembual!" desis lelaki yang mengenakan seragam putih sinis. Dia adalah petugas keamanan di laboratorium milik Profesor Danil. "Mereka menuduh saya sudah mencuri' ponsel Andrea dan tiba-tiba saat saya datang mereka menyerang saya," jelas Mac. "Jika mereka menyerang kamu, buktinya tidak ada sedikitpun luka pada tubuhmu?" cetus petugas keamanan dengan nada sinis. Sorot mata tajamnya menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala Mac. Pengawasan itu mengangguk-angguk. Sepertinya ia sependapat dengan lelaki berseragam putih yang berdiri di sampingnya. "Apakah kamu tau, bagaimana keadaan Andrea dan temannya setelah habis kamu hajar?" Pengawas itu memicingkan matanya pada Mac yang tidak bergeming. Beberapa saat kemudian Mac menggeleng lembut. "Andrea dan temannya harus masuk rumah sakit karena mengalami cidera yang cukup fatal. Beberapa tulang mereka patah karena ulah kamu," cetus pengawasan laboratorium penuh penekanan. Mac hanya terdiam, menyembunyikan wajahnya. Ia tidak menyangka jika serangan yang ia lakukan pada Andrea akan berakibat fatal. "Saya mohon maaf, Pak dan saya sangat menyesali perbuatan itu," lirih Mac penuh penyesalan. "Ini untukmu!" Lelaki yang mengenakan jas hitam itu menyodorkan sebuah amplop kepada Mac. "Apa ini, Pak?" ucap Mac mengangkat wajahnya sekilas melihat pada amplop yang berada di tangan pengawas. "Ini adalah upah kamu bekerja. Hari ini kamu resmi diberhentikan dari tempat ini," cetus lelaki berjas hitam itu penuh penekanan. "Apa?" Mac terkesiap. "Tapi saya sama sekali tidak berniat untuk menyakiti Andrea, Pak!" debat Mac. "Silahkan ambil uang itu atau aku akan mengusir kamu paksa dari tempat ini!" sentak lelaki berseragam putih yang berdiri di samping pengawas penuh penekanan pada Mac. Mac mendengus berat, tangannya terulur mengambil amplop yang berada di tangan pengawas dan berjalan ke arah lemari untuk mengemasi semua barang-barang miliknya yang berada di sana. Laboratorium milik Profesor Danil sudah sepi. Para ilmuwan yang bekerja di tempat itu sudah pulang pukul empat sore tadi. Mac berjalan gontai menuju lobby laboratorium, terlihat lelaki berseragam putih yang berjaga di depan pintu laboratorium masih berdiri di sana. "Jangan pernah injakan kakimu lagi di tempat ini, pencuri!" hardiknya saat Mac melewati penjaga itu. Sekilas Mac hanya menoleh, tidak ada rasa sedikitpun untuk melawan lelaki itu. Ia membiarkan penjaga itu merutukinya hingga suara itu tidak lagi terdengar. ____ Gerimis turun membasahi bumi. Tidak terlalu deras, tapi cukup membuat basah. Mac duduk di bangku halte yang terletak tidak jauh dari gedung laboratorium. Beberapa bis besar yang lewat hanya melewati Mac tanpa berhenti sama sekali. Mungkin saja karena hujan yang turun, atau bahkan karena penumpang yang sudah penuh. "Sialan!" decih Mac kesal, ia merutuki dirinya sendiri. "Kalau saja aku tidak melawan Andrea mungkin aku masih bisa bekerja di tempat itu. Kalau sudah begini bagaimana aku bisa membiayai kuliahku. Sialan!" decih Mac kesal. Satu kakinya tidak berhenti menedang ke sembarang sebagai wujud dari kekesalannya. Suara rem mobil yang berbunyi cukup keras mengalihkan perhatian Mac. Seketika lelaki itu menoleh ke arah mobil jazz berwarna hitam yang tiba-tiba berhenti, dari situlah sumber suara rem yang berdecit membuyarkan lamunan Mac. Seorang lelaki keluar dari pintu kemudi, berjalan memutar menuju pintu yang berada di samping kemudi. Dengan kasar lelaki berotot itu membuka pintu dan menarik seseorang yang duduk di bangku samping kemudi dengan kasar, dan setengah memaksa. "Keluar kamu!" teriak suara lelaki itu terdengar cukup keras bersamaan dengan riuh ramai suara hujan yang beradu dengan atap halte. Dari sorot lampu jalan, Mac dapat melihat lelaki yang memaksa seorang wanita keluar dari dalam mobil itu bukanlah orang asing. "Liliana!" Mac tercekat, melihat gadis yang dipaksa keluar dari dalam mobil itu adalah Liliana. "Bukankah itu ....!" Mac teringat dengan lelaki berotot yang membersamai Liliana di kampus. Lelaki itu sama persis dengan lelaki yang bersama Liliana di kampus. "Lepaskan aku, Jonatan!" pekik Liliana berusaha melepaskan cengkraman tangan lelaki bertubuh atletis yang hendak menyeretnya masuk ke dalam halaman laboratorium. "Hey, berhenti!" teriak Mac dari halte yang terletak tidak jauh dari laboratorium Profesor Danil. Seketika Jonatan dan Liliana menoleh pada Mac yang berlari ke arahnya. "Kamu!" Liliana menautkan kedua alisnya menatap pada Mac. Wajah gadis cantik itu nampak terkejut. "Apa yang sedang kamu lakukan pada, Nona ini?" cetus Mac menatap tajam pada lelaki bernama Jonatan yang masih menggenggam erat pergelangan tangan Liliana. Jonatan menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. "Hey, siapa kamu? Berani sekali kamu berteriak padaku!" cetus Jonatan dengan nada sinis. Kedua netranya membulat penuh. "Lepaskan, Nona ini! Atau aku akan ...!" sentak Mac. Jonatan justru semakin memperkuat cengkraman tangannya pada Liliana. Membuat gadis itu seketika mengaduh kesakitan. "Hey, berhenti!" sentak Mac menaikkan nada suaranya. Ia tidak tega melihat Liliana kesakitan seperti itu. "Hahaha .... Siapa sih kamu? Berani-beraninya ikut campur dengan urusanku?" ucap Jonatan dengan nada setengah mengejek. "Jo, lepaskan aku!" Mohon Liliana. Wajahnya mengiba melihat pada lelaki yang tengah mengawasi Mac. "Tenanglah Li, aku hanya sedang ingin bermain-main dengan lelaki ini, Li! Kenapa? Apakah dia juga kekasih kamu?" cetus Jonatan menampakkan seringainya pada Liliana. "What?" Liliana membulatkan matanya sekilas menatap pada Jonatan dan Mac secara bergantian. "Aku buka siapa-siapa Nona ini, hanya saja aku tidak suka melihat seorang lelaki menyakiti seorang wanita," cetus Mac geram. "Hey ... apakah kamu ingin menjadi pahlawan?" hina Jonathan membalas tatapan memicing Mac. Bough! Sebuah bogem mendarat pada hidung Mac. Wajah Mac berpaling, satu tangannya dengan sigap memegangi hidungnya yang berdarah. "Sialan kamu!" decih Mac. Dadanya bergemuruh, amarahnya mendidih. "Apa? Kamu tidak terima?" sentak Jonatan tertawa kemenangan melihat Mac hanya terdiam, dengan sorot mata tajam menatap kepadanya. Pembuluh darah Mac berdesir cepat. Bisa di pastikan setelah ini Mac akan .... ____ Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD