bc

Muara Cinta Safana (Jodoh Akibat Dosa Satu Malam)

book_age18+
696
FOLLOW
2.5K
READ
one-night stand
family
HE
friends to lovers
kickass heroine
powerful
blue collar
bxg
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

Safana Azizah, gadis yatim piatu yang diangkat anak oleh sebuah keluarga dari kecil. Hidupnya sungguh bahagia karena diterima oleh seluruh anggota keluarga.Hingga di hari pernikahannya, semua rahasia tentang ayah angkatnya terkuak. Membuat dirinya harus mengalah dan menepi. Menjauh dari keluarga yang selama ini menjadi pelindungnya, penyemangatnya.Safa berusaha menjalin hubungan dengan pria lain. Sayang pria itu tak jauh berbeda dengan mantan calon suaminya. Berpikir hidupnya akan jauh lebih baik, ternyata Safa harus mengalami satu malam bersama lelaki asing. Menyebabkan benih sang lelaki tumbuh subur dalam rahimnya. Lalu? Bagaimanakah kehidupan Safa selanjutnya? Apakah dia akan menemukan muara bahagia dalam hidupnya?

chap-preview
Free preview
Hari Yang Buruk
Seorang gadis yang tengah memakai kebaya putih tengah menangis sesenggukan. Dia tengah meratapi nasibnya. Harusnya hari ini adalah hari bahagianya. Dia akan menikah dengan lelaki pujaannya. Sayang seribu sayang, sang lelaki baru saja mengucap janji suci dengan sahabat baiknya Mariana. “Kamu harus menikahi Mariana, Dimas. Dia hamil anak kamu!” ucap Rudi, ayah angkat Safana. “Bagaimana bisa Om, saya tidak mencintainya. Saya mencintai Safa.” “Tapi kamu menghamilinya.” “Demi Tuhan, Om. Saya tidak tahu kenapa waktu itu saya bisa tidur sama dia. Pasti ulah Ana. Benar kan ini ulah kamu?” “E-enggak Mas. Ana juga gak tahu,” sahut Ana dengan wajah ketakutan. “Halah pasti ulah kamu, Dimas anak saya, anak baik-baik. Gak mungkin berbuat aneh-aneh sama kamu!” sahut mamah Dimas dengan wajah marah. “Demi Tuhan, Tante. Ana juga gak tahu. Waktu itu Ana cuma merasa panas dan tiba-tiba ingin ....” “Ingin menggodaku? Jangan-jangan kamu sengaja ngasih aku minuman yang dikasih obat agar kamu bisa tidur sama aku. Ngaku kamu!” marah Dimas. Mariana tampak ketakutan dengan wajah garang Dimas. Rudi menyela ketika Dimas akan memojokkan Mariana lagi. “Berhenti! Kamu yang berbuat maka kamu harus bertanggungjawab. Pokoknya pernikahan kamu dengan Safa batal.” “Enggak. Saya cinta sama Safa. Bukan Ana. Saya akan buktikan kalau ini ulah wanita ular itu. Dia menjebak saya. Jangan-jangan anak itu bukan anak saya. Safa dengerin mas. Kamu percaya sama mas ya.” Safana hanya diam, air matanya sudah meluruh dari tadi. “Safa. Dengerin mas, Sayang. Mas cinta sama kamu. Mas gak mungkin melakukan itu kalau bukan karena dijebak sama Ana.” Safa menatap Dimas sendu. “Tapi dia hamil.” “Biarin aja dia hamil, salah dia sendiri.” “Tapi aku gak bisa. Aku yatim piatu. Karena kebaikan Papah dan Mamah serta Mas Revan, aku bisa mempunyai keluarga. Aku gak mau anak yang dikandung Ana tak mempunyai ayah.” “Safa!” bentak Dimas. “Nikahi Ana.” Safa memilih kembali ke kamarnya. Dia menumpahkan seluruh tangisnya di sana. Safa tidak menyangka jika Ana sahabat sekaligus sepupunya menyukai Dimas. Dia sungguh tak menyangka jika dengan cara seperti ini, Ana merebut Dimas dari Safa. Kalau saja sejak dulu Ana bilang padanya, sudah dipastikan dia akan mengalah. Sejak dulu Safa selalu mengalah pada Ana. Meski Safa adalah anak angkat Papah Rudi, namun Analah yang sangat dimanja dan disayang oleh Papah Rudi. Safa terkadang merasa iri. Namun, dia selalu sadar diri karena diapun hanya seorang anak angkat. Tok. Tok. Tok. Safa menghapus air matanya dan membuka pintu kamarnya. Saat pintu terbuka terlihatlah Revan, kakak angkatnya. Revan langsung memeluk Safa dengan sepenuh perasaan. “Sabar ya, Fa. Dimas memang bukan jodohmu. Kamu akan mendapatkan yang lebih baik.” “Iya Mas.” “Sudah jangan nangis lagi. Bersihkan diri sana, mandi, dandan yang cantik. Tunjukkan kepada mantan sahabatmu itu siapa kamu.” “Gak Mas, Safa memang sakit hati tapi Safa gak mau merendahkan diri sendiri. Biarlah dia bahagia dengan apa yang dia raih kali ini. Safa percaya jodoh tak akan tertukar. Safa pasti akan menemukan jodoh Safa. Entah dimana pun dia berada pasti jika saatnya bertemu kami akan bertemu.” “Bagus, mas bangga sama kamu.” Mereka saling memeluk lagi. Sepasang mata menatap mereka berdua penuh sayang. “Mamah,” panggil Safa. Andini melangkah menuju kedua anaknya dan memeluk keduanya. “Ayok mamah temani kamu di dalam, kita ngobrol. Mumpung Revan pulang.” “Iya bener, mas punya hadiah buat kamu. Ayok masuk.” Mereka bertiga masuk ke kamar Safa. Mereka bercerita dan bersenda gurau berusaha melupakan hal menyedihkan yang tengah terjadi. *** Sementara itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Rudi melihat Mariana akhirnya bisa menikah dengan orang yang dicintainya. “Kamu senang?” tanya Rani kakak Rudi. “Tentu aku senang, Mbak.” “Kamu benar-benar gak berubah. Berharap saja apa yang kamu lakukan tidak mendapat balasan yang buruk terutama untuk Mariana.” “Mbak!” bentak Rudi. “Bawa Mariana pergi dari rumahku. Aku sudah tak sudi menampungnya. Apalagi melihat apa yang sudah dia lakukan. Sungguh ibu dan anak sama saja. Gak punya harga diri.” “Cukup Mbak!” “Kamu yang cukup! Ibunya Mariana sudah mendapatkan azab karena ulahnya. Mati mengenaskan dengan penyakit yang menggerogotinya. Tanpa saudara tanpa seorang pun yang mau menjaganya. Dan jangan sampai itu terjadi sama Ana.” Rani memilih pergi dari hadapan Rudi. Sungguh dia membenci memiliki saudara seperti Rudi. Kalau boleh tukar tambah dia lebih memilih punya saudara seperti Hamid. Muka pas-pasan tapi penyayang pada keluarga dan penuh tanggung jawab. Rudi sendiri menggeram menahan amarah. Sungguh dia sedih jika setiap orang menyalahkan Maya. Padahal ini salahnya, salahnya yang tidak bisa mempertahankan Maya dan justru menikahi Andini karena paksaan orang tuanya. Dan ketika melihat Maya hidup terlunta-lunta akibat diceraikan oleh suaminya. Rasa iba dan cintanya bersemi kembali hingga perbuatan terlarang mereka lakukan dan membuahkan Mariana. Demi menutupi aib, dia sengaja meminta kakaknya, Rani yang tak bisa mempunyai anak untuk merawat Mariana sedangkan dia sendiri mengangkat Safana karena pesan kedua orang tua Safana sebelum meninggal. Bukan tanpa alasan Rudi menerima Safana, karena Safana mewarisi semua aset milik kedua orangtuanya yang sangat banyak dan semua aset itu sudah ia alihkan atas nama Rudi. Sekali lagi Rudi menatap Mariana. Senyum terkembang dari bibirnya. “Kamu harus bahagia putriku, maaf jika cara papah agar kamu bisa bersama Dimas terkesan kejam. Tapi semua ini demi kamu. Kamu harus bahagia dan mendapatkan lelaki yang kamu inginkan. Cukup ibumu yang menderita karena tak bisa memilikiku.” *** “Katanya hamil duluan.” “Masa sih?” “Iya.” “Ish. Gak tahu diri banget ya.” “Iya, katanya cowoknya dijebak sama Ana.” “Astaga. Muka aja kalem ternyata hatinya ih! Tuh ibuk-ibuk makanya ati-ati sama cewek yang kelihatan kalem dan polos gak tahunya jadi racun.” “Iya bener.” “Eh tahu gak, ternyata si Ana anaknya Pak Rudi loh.” “Udah jadi rahasia umum kali. Anaknya sama Maya kan?” “Iya. Ih ... Ibu sama anak sama saja ya.” “Iya.” Begitulah bisik-bisik tetangga yang harus didengar oleh Ana. Ya Tuhan kenapa semua harus terjadi padanya. Sungguh dia tak mengharapkan ini semuanya. Ana menangis sesenggukkan. “Gak usah nangis kamu. Sok suci cih!” hardik Dimas. “Jangan kamu pikir aku takut sama Pak Rudi ya. Awas kalau kamu berani ngomong macem-macem sama dia. Akan aku buat kamu menderita sama kayak ibu kamu. Cih!” Ana hanya menangis mendapat perlakuan dari Dimas terlebih lagi sekarang dia baru menyadari jika Dimas tak sebaik yang selama ini terlihat dari luar. “Pergi kamu dari sini. Muak aku lihat wajah kamu!” usir Dimas. Ana memilih pergi dan masuk ke kamar pembantu di rumah Dimas. Hatinya sungguh nelangsa. Kenapa dia harus menuruti ide papahnya untuk bisa mendapatkan Dimas. “Maafkan aku Safa. Kenapa aku menjadi seperti ibuku? Hiks hiks hiks.” *** “Ck. Gimana sih kamu Dim, harusnya kamu gaet si Safa. Biar warisan dari almarhum Gunawan papahnya itu jatuh ke tangan kamu. Ah, malah kamu dapat anak hasil perselingkuhan si Rudi sama Maya.” Sonia sangat kesal, padahal target mereka Safa malah justru yang didapat si Ana. “Gak tahulah Mah. Pusing aku.” “Ingat ya, kamu harus bisa merayu kembali si Safa.” “Itu pasti Mah, males aku punya istri kayak Ana. Cantikan Safa kemana-manalah.” “Makanya mamah minta secepatnya kamu harus bisa cari cara agar keinginan kita tercapai.” “Tenang Mah, tapi sebelumnya kita harus hancurin si Rudi itu.” “Hahaha. Tentu. Tentu dia harus kita hancurkan dulu. Pelan-pelan.” Kedua ibu dan anak itu tertawa jahat. *** “Mah.” “Bagaimana?” “Semuanya sudah kembali seperti semula.” “Bagus. Akhirnya penantianku tidak sia-sia.” Revan tersenyum lalu memeluk ibunya. “Mamah yakin?” “Tentu.” “Mamah jadi wanita menakutkan ternyata.” “Makanya jangan pernah kamu sakiti wanita Van, jangan seperti Rudi.” “Tentu Mah, Revan saksi betapa menderitanya mamah. Makanya Revan selalu diam ketika Papah berlaku tidak adil pada Mamah dan adikku. Ini demi bakti Revan pada Mamah. Bukannya Mamah selalu meminta Revan untuk diam?” “Tentu Nak, agar si tua Rudi itu tidak menyadari seberapa kuatnya kita.” “Mamah benar. Revan cuma malas mengakui kalau dia papah Revan.” “Hahaha.” “Mah. Mamah kok tertawa?” “Dia bukan papah kamu.” “Maksud Mamah?” “Selama menikah dengannya mamah meminum pil KB.” “Jadi?” “Kamu anak mamah dengan lelaki lain.” “Astaga Mah. Jangan bilang?” “Tentu Nak. Kamu pikir mamah wanita bodoh? Tidak. Sejak awal aku tak mau hamil darah dagingnya.” “Lalu bagaimana Revan ada?” “Kamu kesalahan mamah. Saat itu mamah sedang stres dan lupa meminum pil KB hingga mamah melakukannya secara tak sadar dengan ....” “Jangan bilang itu Om Handoyo.” “Iya Sayang. Tapi kami sadar kami telah melakukan dosa sehingga kami memilih diam dan saling melupakan lalu menjalani kehidupan sendiri-sendiri.” “Padahal aku dengar istrinya tak bisa hamil. Kenapa dia tak memilih selingkuh atau punya istri lagi? Lagian kenapa dia gak nikah lagi setelah istrinya meninggal. Ah, pantas betah sendiri begitu istrinya meninggal. Mungkin nungguin Mamah.” Revan tersenyum jahil pada mamahnya. “Setidaknya dia punya kamu. Kamu harus menirunya.” “Hahaha. Pasti. Bukannya dia ayahku?” “Tentu.” “Untung wajahku mirip Mamah.” “Iya. Untung sekali.” Hening. Keduanya terdiam untuk waktu yang cukup lama. Andini kemudian bersuara. “Ingat Van, ingat rasa sakit mamah dan adikmu. Jangan pernah menyakiti wanita. Lihatlah mamah, karena rasa sakit mamah harus melakukan kesalahan terbesar dalam hidup mamah. Tapi mamah bersyukur, kamu adalah kesalahan sekaligus anugerah bagi mamah. Begitupun Safana.” “Iya Mah.” Hening. Keduanya kembali terdiam hingga Revan yang kini bersuara duluan. “Kapan rencana dimulai?” Andini tersenyum penuh arti dan disambut senyum pula oleh Revan. “Lakukan sekarang, Putraku. Secepat dan serapi mungkin.” “Tentu Mamah. Waktunya Mamah berpesta.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook