2. Menyahut Bersamaan

1510 Words
Tiba-tiba Intan merasakan ada aroma aneh yang menguar dari tubuh suaminya. "Mas, kamu abis mandi ya?" tebak Intan dengan pandangan mata yang memicing curiga. "Hah?" kaget Ricko yang kini langsung gugup mendapatkan pertanyaan seperti itu dari istrinya. "Aroma tubuh kamu seger banget kaya orang yang abis selesai mandi. Ada aroma wangi-wangi sabun gitu," jelas Intan. "Nggak ah," elak Ricko yang kini mulai mencium aroma tubuhnya sendiri ke arah lengan bagian kiri dan kanan dekat ketiaknya. "Aroma keringet bercampur parfum gini kok. Masa disebut aroma sabun khas orang abis mandi, yang ada asem malahan, haha, " cengir lelaki tampan itu yang mimik wajahnya tidak setegang tadi. Kening Intan mengernyit dan mulai mengendus-endus tubuh suaminya kembali. Mulai dari leher bagian kanan dan kiri, lalu d**a, dan sampai ke bagian perut bagian atas. Ricko yang sedang diendus badannya oleh Intan hanya bisa menahan napas saking gugupnya. "Istriku ini sebenarnya sedang kenapa sih?" batin Ricko yang tidak habis pikir bakal dicurigai oleh Intan hanya karena aroma sabun khas orang selesai mandi. Kening Intan berkali-kali mengernyit karena aroma tubuh Ricko memang ada aroma keringatnya, tapi itu hanya di beberapa area yang tertutup baju kaosnya. Sedangkan di bagian tubuh yang terbuka hanya ada aroma sabun khas orang baru selesai mandi hm yang tercium jelas. "Apa jangan-jangan apa yang dikatakan oleh Mas Ricko itu benar? Apa aku hanya terlalu waswas saja karena tes pack tadi?" batin Intan kini mulai meragu. "Bau keringat kan?" tanya Ricko memastikan yang dalam waktu bersamaan seperti sedang menggiring opini agar Intan setuju dengan ucapannya. Intan mengangguk kecil meski di dalam hatinya dia masih ragu, tapi wanita itu tidak mau membuat masalah kecil seperti ini semakin membesar bak bola es yang bergulung menjadi bola es raksasa. Lagipula Ricko kan baru pulang kerja dan jam pulang lelaki itu tidak ngaret, yang artinya tidak mungkin baginya untuk bermain nakal di luar sana dengan perempuan lain. "Yuk kita masuk ke dalam! Sudah sore," ajak Ricko menggandeng tangan Intan. Ibu dua anak itu hanya manut saja dan mengikuti langkah suaminya. "Ham, ayo masuk ke dalam! Sebentar lagi sandekala," ucap Ricko pada anak bungsunya. "Iya, Pah," anggguk Ilham patuh yang kini mulai membereskan semua barang-barangnya untuk ikut dibawa masuk ke dalam rumah. *** Keluarga kecil itu saat ini sudah berkumpul di ruang tengah. "Sayang, tolong buatin aku kopi dong!" pinta Ricko kepada Intan. Saat ini lelaki dewasa itu mulai bersender di punggung sofa ruang tengah yang merangkap menjadi ruang keluarga juga. "Oke." angguk Intan patuh. Ibu dua anak itu kini mengalihkan pandangannya ke arah anak bungsunya yang mulai membuka buku gambarnya kembali. "Kalau Adek mau dibuatin apa sama Mama?" tawar Intan pada Ilham. "Pengen s**u coklat aja, Ma," jawab Ilham. "Oke. Tunggu sebentar ya!" "Ma!" seru Ricko memanggil kembali istrinya. "Iya, kenapa, Pah?" "Kakak mana? Sudah pulang belum?" "Kakak ada di kamar. Sudah pulang kok dia. Nggak ganti lama Kak Dinda masuk ke dalam rumah, Papa pulang." "Oh, ok, ok," angguk Ricko mengerti yang kini raut wajahnya sudah merasa lega karena anak gadisnya sudah pulang dengan selamat. Intan kini mulai melanjutkan langkah kakinya kembali ke arah ruang dapur yang di mana ada Ani yang sedang membuat bubur untuk Kakek Anwar ayah mertuanya Intan. Gadis muda itu terlihat sedang mengaduk-aduk bubur di dalam panci kecil yang khusus dipakai untuk memasak bubur dalam porsi kecil. Saat Intan berjalan melewati tubuh Ani yang sedang berdiri di depan kompor, ibu dua anak itu mencium aroma sabun yang mirip seperti wangi sabun yang ada di tubuh suaminya tadi. Deg! Hati Intan serasa mencelos dan berdegup lebih kencang dari biasanya. Rasa khawatir dan takut pun mulai menelusup masuk kembali ke dalam relung hatinya. "Ya Allah, kenapa Ani juga memiliki aroma sabun yang serupa seperti Mas Ricko," batin Intan yang memilih untuk memendam masalah ini lebih dulu. Intan kini mulai tidak fokus saat mengambil cangkir dan gelas dari rak piring. "Tidak mungkin." geleng Intan kuat-kuat. "Mas Ricko tidak akan selingkuh," yakin Intan pada dirinya sendiri di dalam hati. "Di luaran sana banyak wanita cantik yang mengejar suamiku, tapi tidak ada satu pun yang digubris olehnya," lanjut Ibu dua anak itu yang mencoba mengingat-ingat bukti kesetiaan suaminya agar semua pikiran buruknya segera terhapus. "Mungkin aku hanya perasaan saja. Jadi ngerasa ngehirup aroma yang sama di mana pun aku berada," tenang Intan dalam hati. *** Intan dan Ricko sudah berpacaran sejak duduk di bangku SMP sampai mereka lulus kuliah. Dan selama itu pula Ricko tidak berselingkuh dari Intan meski mereka dulu sempat LDR. Setiap ada wanita yang mendekati Ricko, lelaki itu selalu menanggapinya dengan sikap yang dingin dan ketus tak bersahabat. Di ruang tengah, Ricko yang lupa memberitahu kalau hari ini dia tidak ingin minum kopi dengan banyak gula mulai bangkit dari duduknya untuk menyusul istrinya. "Sayang!" seru Ricko yang kini sedang berjalan memasuki area ruang dapur. "Iya," sahut Intan dan Ani bersamaan. Kedua wanita itu saling berpandangan satu sama lain, namun hanya sekejap saja sebab Ani langsung menundukkan kembali wajahnya ke arah lantai. Sedangkan Ricko langsung terdiam seketika terhenti dari langkahnya. "Kenapa kamu ikut menyahut, An?" selidik Intan dengan wajah yang tidak bersahabat. "Itu ... eu ... eu ...." gadis muda itu gugup dan bingung harus menjawab apa sebab pikirannya saat ini sedang blank. Detak jantung Intan mulai berdegup kencang karena rasa marah dan tegang bercampur menjadi satu saat menunggu jawaban dari Ani pembantunya. Ricko juga turut mematung di tempatnya. Jantung lelaki tampan itu tak kalah deg-degan-nya seperti istrinya. "Itu apa, An?" tuntut Intan yang sudah tidak sabar menunggu jawaban dari gadis yang berdiri di dekatnya. "Itu eu ...." Ani masih belum bisa memberikan jawaban pasti karena gadis itu tak kunjung menemukan alasan yang tepat. "Ani mungkin salah dengar, Sayang," celetuk Ricko yang ingin segera mencairkan suasana tegang di ruangan ini. "Ah, iya betul. Tadi saya salah dengar, Bu." timpal Ani cepat. "Saya kira tadi Pak Ricko lagi manggil saya," lanjut gadis itu menguatkan pendapat yang diutarakan oleh satu-satunya laki-laki di tempat ini. "Tapi dari kata 'Ani' ke kata 'Sayang' itu jauh banget lho, An, " pojok Intan yang masih belum bisa mempercayai alasan pembantunya. "Sudahlah, Sayang!" potong Ricko yang tidak ingin masalah ini terus berlarut-larut. "Mungkin Ani sedang tidak konsentrasi, jadinya pas ada suara yang manggil, dia langsung main nyahut aja," bela lelaki itu yang saat ini ingin menyelamatkan Ani dari introgasi istrinya. "Huft," Intan menghela napas kasar. Salah satu tangan wanita itu pun mulai mengusap wajahnya yang sedari tadi tegang. Jika dipikirkan secara mendalam perkataan Ricko memang ada benarnya juga. Dia juga terkadang sering kali menyahut ketika sedang tidak konsentrasi saat ada orang yang memanggil nama orang lain. "Oh iya, kopi buat aku mana, Sayang?" tanya Ricko yang kini mulai mengalihkan pembicaraan dan lelaki itu pun lupa akan niatnya datang ke ruang dapur ini. "Eh," Intan tersadar bahwa minuman pesanan suami dan anaknya belum dia buat karena tadi dia terlalu sibuk dengan pikiran buruknya sendiri dan terlalu terlarut dalam lamunan panjangnya. "Kamu dari tadi abis ngapain sih, Yank?" tanya Ricko yang kini sedang terkekeh melihat istrinya belum membuat satu pun minuman. Lelaki tampan itu kini mulai berjalan mendekat ke arah istrinya. "Aku lagi banyak pikiran, Mas, " jawab Intan jujur tapi tidak mengungkapkan hal yang mengganjal di hatinya. Ibu anak dua itu mulai bergegas mengambil bubuk kopi di sebuah toples. "Pasti banyak masalah di kerjaan kamu ya?" tebak Ricko. "Heem," angguk Intan. Ricko yang saat ini sudah sampai di samping Intan mulai mengelus sayang rambut istrinya. "Kamu jangan terlalu stres ya, Sayang!" tutur lelaki itu yang diakhir ucapannya dia mengecup ringan puncak kepala Intan istrinya. Intan pun mengangguk samar dengan raut wajah yang lesu. Sedangkan Ani yang saat ini sedang mengambil mangkuk untuk tempat wadah bubur yang akan dia hidangkan untuk Kakek Anwar mulai mengeram kesal dan merasa sangat cemburu ketika melihat laki-laki yang dia cintai sedang bermesraan dengan istri sahnya. Mangkuk yang Ani pegang sengaja gadis itu lepaskan dari genggaman tangannya karena dia sangat tidak tahan melihat kemesraan mereka berdua. Prang! Mangkuk itu pun meluncur jatuh ke atas lantai keramik rumah ini dengan mulusnya. "Aaaa!" teriak Ani berpura-pura kaget saat mangkuk itu terjatuh. Intan dan Ricko langsung menoleh ke arah pembantu muda mereka saat mendengar suara mangkuk pecah yang diiringi oleh pekikan Ani. "Maaf, Bu!" tutur Ani dengan wajah merasa bersalah dan menyesal karena tidak hati-hati. "Tangan saya tadi tiba-tiba terasa sakit. Jadi saya tidak sengaja menjatuhkan mangkuk yang saya pegang," lanjutnya dengan suara bergetar sembari memunguti pecahan mangkuk itu. Suara Ani seperti anak gadis yang hampir menangis sehingga membuat hati Intan tidak tega. Hebat sekali akting Ani sampai-sampai membuat Intan yang tadi sempat ketus dan curiga akut kepadanya kini malah dengan sukarela berjalan mendekat ke arah gadis itu dan membantunya memunguti pecahan mangkuk yang sedang Ani bersihkan. Swus! Aroma sabun dari tubuh Ani mulai tercium kembali dan kini aroma itu tercium sangat jelas di hidung Intan karena jarak mereka berdua yang begitu dekat. "An, kamu habis mandi ya?" tanya Intan sambil menatap Ani yang kini langsung mematung saat mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ricko yang ada di belakang tubuh Intan serasa hampir copot jantungnya saat mendengar pertanyaan itu. "Habis aku," batinnya. Bersambung .... **** cerita sudah tamat di J-O-Y-L-A-D-A silakan baca disana saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD