Laura

1516 Words

* “Kenapa cemberut?” Bhumi sampai menoleh karena memperhatikan ekspresi istrinya, padahal dia sedang mengemudikan mobilnya di jalan raya. “Om jangan gitu sama Pak Arman. Saya jadi nggak enak sama beliau. Saya tahu kalau Pak Arman temen Om. Tapi kan nggak pas di kampus juga bercandanya, Om.” Bhumi tersenyum miring. “Kenapa memangnya? Kenapa harus nggak enak sama dia?” “Nanti kalau nilai saya jelek gimana?” “Kalau dia kasih kamu nilai jelek, bilang sama saya.” “Nggak mau. Nanti saya dibilang nepotisme.” “Siapa yang bilang? Nggak ada yang tahu kecuali kita.” “Ck. Pokoknya, saya nggak suka Om ikut campur soal kuliah saya. Meskipun Pak Arman temen Om tapi kan bisa Om biarin kami biasa aja.” “Oh, jadi kamu mau dirayu sama dia?” Bhumi menantang. Mimik wajahnya terlihat sinis. “Siapa yan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD