Berterima Kasihlah dengan Benar

1792 Words

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, mobil terasa lebih sunyi dari biasanya. Tak ada lagi obrolan ringan seperti sebelumnya. Hanya ada suara mesin dan hembusan udara dari pendingin mobil yang seolah menambah beku suasana. Bhumi menyetir dengan wajah datar, pandangannya lurus ke depan, tanpa sekali pun melirik ke arah Gendhis. Lelaki itu tampak tenang—tapi sebenarnya kepalanya lebih riuh dari pasar malam. Gendhis tahu, ia sudah bicara terlalu jauh di taman rumah sakit tadi. Ucapan “kalau aku nggak bisa punya anak cowok, kita cerai aja” masih terngiang-ngiang di kepalanya sendiri, seperti gema yang tak bisa dimatikan. Dan entah kenapa, dia menyesali itu. Karena Bhumi masih diam, Gendhis mencuri pandang, melirik sang suami dari sudut matanya. Lelaki itu tampak kaku. Rahangnya ma

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD