Aku Milikmu

1147 Words
"What?!" Bella spontan kaget mendengar Daniel mengenalkan dirinya sebagai kekasih. Ia tidak tahu maksud dan tujuan Daniel, tapi mengingat kedatangannya untuk membalas timbal balik, ia terpaksa melanjutkan sandiwaranya di depan mereka. Keterkejutan Bella juga sama halnya dengan enam kawan Daniel lainnya yang spontan menghela napas kecewa dan mengeluarkan uang seratus ribu dari saku mereka masing-masing kemudian meletakkannya di atas meja. "Ada apa ini? Apa kamu ngejadiin aku bahan taruhan?" tanya Bella berbisik. Daniel mengangguk dan tersenyum puas. "Nanti aku ceritain ke kamu. Pokoknya kita harus keliatan mesra di depan mereka, ok?!" balas Daniel serius. "Apa buktinya kalian pacaran?" tanya wanita berambut brunette yang membukakan pintu tadi mendekati mereka. Ia menatap sinis Bella, terlebih lagi melihat Daniel merangkulnya mesra. "Yes, she's right!" timpal teman Daniel yang berambut pirang, diikuti ucapan yang sama dengan teman lainnya. "Apa kamu meragukan ucapan aku, Meg?" tanya Daniel ke arah wanita berambut brunette yang bernama Meg. Meg mengangkat sebelah sudut bibirnya dan menatap sinis Bella lagi. "Ya, Dan. Kenapa? Apa itu sulit buat ngebuktiin kalau kalian benar-benar pacaran?" tanyanya lagi penuh curiga dan mendesak Daniel. "Terus kalian minta bukti apa? Kalau aku benar-benar--" Daniel berhenti bicara setelah merasakan bibirnya hangat dikulum seseorang. Ya, ia terkejut dengan Bella yang spontan mencium bibirnya di depan keenam kawannya yang seketika terdiam tidak percaya. "Apa itu cukup?" tanya Bella pada mereka yang tiba-tiba tertegun melihat ia menghentikan ciumannya. Mereka mengangguk dan percaya tapi tidak dengan Meg, walau terpaksa mengeluarkan uang seratus ribu dari dalam tas dan menaruhnya di atas meja. Daniel mengatupkan bibirnya lalu melirik Bella dan tersenyum. "Terima kasih kau sudah membantuku," bisik Daniel. Kepala Bella terangguk pelan. "Apa aku sudah bisa pulang sekarang?" bisiknya pada Daniel. Daniel menggeleng. "Tidak sekarang, Bell. Mereka nanti curiga," katanya yang tidak setuju dan bisa merusak sandiwara mereka. "Bella, kami senang kau datang ke acara kami. Bagaimana jika kita minum bersama?" tawar pria berkaca mata tebal dengan potongan rambut cepak seperti tentara menyodori bir kalengan. Bella mengabaikan lalu melirik ke atas meja hanya melihat bir kalengan. Tak ada minuman yang bisa menggugah seleranya malam ini. "Apa gak ada minuman lain selain bir?" tanyanya dengan nada menantang. "Wow, aku makin suka dengan pacarmu, Dan," goda teman Daniel yang berkacamata tadi. "Apa kamu bisa minum ini?" tanya Meg yang datang dari arah dapur membawa sebotol Vodka. Melihat Meg, Daniel terkejut. "Meg, kenapa kamu buka lemari itu?!" sahutnya kesal, Meg mengambil minuman simpanannya yang hanya ia minum ketika sedang suntuk. Sebelah sudut bibir Bella terangkat. "Boleh. Bagaimana kalau kita minum bareng?" tantangnya pada mereka. Hening. Tidak ada satupun teman Daniel, baik pria ataupun wanita yang menyanggupi untuk menemaninya minum segelas kecil Vodka. Daniel menggeleng, "Stop it, Bell. Kadar alkoholnya tinggi, kamu bisa mabuk nanti," cegah Daniel yang menurutnya itu diluar rencananya. Meg menaruh Vodka di atas meja lalu membuka dan menuangkan ke dalam gelas kecil. "Bagaimana jika kalian berdua yang minum? Untuk merayakan hubungan kalian. Gimana, Mbak Bella?" tanyanya meminta pendapat. Bella melirik Daniel yang menggeleng. Tak lama ia membalas tatapan Meg yang tidak bersahabat. "Oke, aku terima," jawabnya yang yakin takkan mabuk hanya meneguk segelas saja. "Tuangkan untukku juga," pinta Daniel, terpaksa menerima tawaran Bella. Tak lama teman-teman Daniel bertepuk tangan dan meminta mereka untuk meneguk habis minuman yang sudah Meg tuangkan. Bella dan Daniel bersulang dibarengi keenam temannya yang sudah menggenggam kaleng bir. Mereka pun serentak mengucap kata 'cheers' sebelum meneguk minuman. Bella meneguk pelan dan langsung menghabiskan minuman di gelas itu. Mereka yang melihat, kaget dan menggeleng kepala melihat seorang wanita tanpa jeda menghabiskan segelas Vodka dalam satu tegukan. "Beri aku segelas lagi," Bella meminta sambil menyodori gelas kosong ke arah Meg yang duduk di seberang meja dengan wajah yang mulai memerah. Wanita itu mengangkat salah satu sudut bibirnya lalu menuang ke dalam gelas Bella lagi. "Nanti kamu pasti mabuk," gumam Meg, tangannya terus menuang minuman beralkohol tinggi itu. "Stop, Meg." Daniel mencegah Meg menuang penuh pada gelas Bella, tapi ia tidak menghiraukannya. "Biarkan saja, Dan." ujar teman Daniel yang wanita berambut pendek berwajah oriental. Teman Daniel lainnya juga setuju dan membiarkan Bella meneguk habis pada gelas yang kedua. Bella menepuk pipi dengan kedua telapak tangan lalu memandang Daniel yang wajahnya terlihat berbayang. "Mr. Vibrator ...," Ia memanggil Daniel dengan suara tak jelas. "Kamu ganteng ...." Melanjutkan kata-katanya lalu tertawa kecil. "Dia mulai mabuk," sahut teman Daniel yang berkacamata mata tebal tadi lalu tertawa. Mereka semua tertawa melihat Bella mabuk dan meracau sambil menarik kaos Daniel yang duduk di sampingnya. Tak lama Bella menjatuhkan wajah di d**a Daniel dan terdiam. "Sadarlah, Bell," Daniel menepuk pelan pipinya, tapi Bella terdiam dengan mata terpejam. "Hei bukannya kita ada janji sama Agustin di klub?" tanya salah satu teman Daniel yang sejak tadi tidak banyak bicara. Pria yang bernama Dom bertubuh tambun itu seketika membuat mereka mengangguk setuju dan saling bersuara. Mereka semua bangkit dari kursi kecuali Daniel, Meg dan Bella. "Kami pergi dulu, Dan. Sebaiknya kamu jaga pacar Bella sebelum dia melompat dari balkon," pamit pria yang berkacamata dan yang lainnya menimpali hal yang sama. "Come on, Meg. Jangan ganggu Daniel. Kamu mau jadi obat nyamuk buat mereka?" ajak pria yang berambut pirang dengan aksen British nya kental, menarik tangan Meg. Meg menepis. "Biarkan aku di sini, aku malas ketemu Agustin," Ia menolak dan cemberut, tapi tubuhnya bangkit setelah Marsya dan Mei, wanita berwajah oriental menarik paksa tangannya. Daniel melambaikan tangan pada mereka yang satu persatu meninggalkan dirinya bersama Bella yang mabuk. "Harusnya kamu gak perlu mabuk, Bell," Ia bergumam sambil berpikir. Mengantarkan Bella pulang dalam keadaan mabuk tidak mungkin ia lakukan. Apalagi setelah mengetahui wanita cantik berambut sebahu itu hanya tinggal seorang diri di apartemen. Ia mencemaskan sewaktu-waktu Bella terjaga dan pergi menuju balkon. Satu-satunya solusi adalah menaruh Bella di dalam kamarnya. Dengan sekuat tenaga Daniel mengangkat Bella ala bridal style menuju kamar dan membaringkan tubuh Bella di atas ranjang. "Tidur denganku ...," Kedua mata Bella terbuka pelan dengan kedua tangan menarik kerah Daniel yang reflek jatuh di atas tubuhnya. "Bukannya kamu mau membuat aku puas tanpa pakai vibrator?" tanyanya lalu tertawa pelan. Daniel mengusap pipi Bella sambil menyeringai. "Apa kamu mau?" Bella mengangguk. "Ya ... sudah lama aku gak merasakan itu," Ia menjawab dengan suara tidak begitu jelas. Daniel menelan air ludah merasakan dadanya hangat terbentur dengan p******a Bella yang empuk. Wanita cantik itu membuka bibirnya seakan siap untuk ia kulum, bahkan kedua tangan Bella sudah berjalan memasuki kaos yang ia kenakan dan menariknya ke atas. Daniel bangkit dari ranjang lalu mengeluarkan kaos dan melemparnya ke lantai. Ia merangkak mendekati Bella sambil menyeringai dan senyumnya semakin lebar melihat Bella menarik ke atas baju sabrinanya dan mengeluarkannya cepat. Lagi-lagi Daniel menelan ludah melihat p******a Bella menyembul penuh dari bra berwarna hitam. Pandangan Daniel tertuju pada dua tato yang menempel di bagian d**a dan bahu belakang yang berupa tulisan. Sebuah nama dan angka empat digit. Tubuh Daniel terbaring lagi di atas Bella setelah wanita itu menarik tangannya cepat lalu berbisik."Malam ini aku milikmu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD