“Ibu kenapa?” tanya Suhadi dengan nada terkejut. Keningnya berkerut. Ia benar-benar bingung melihat istrinya menangis sesenggukan. Bukankah seharusnya hari ini menjadi hari bahagia karena anak semata wayang mereka akhirnya pulang? Namun tak ada jawaban dari Sri, hanya suara tangis yang tertahan dan tubuhnya yang sedikit gemetar. Di sampingnya, Sani pun ikut menangis. Air matanya menetes tanpa bisa dikendalikan, menggambarkan betapa besar rasa bersalah yang tengah membebani dadanya. Rasa bersalah karena membuat ibunya menangis. Dominic yang sejak tadi duduk dengan kepala tertunduk akhirnya mengangkat wajah, ia kemudian berdiri. Dominic tahu, sekarang adalah saatnya untuk menjelaskan. Seburuk apa pun reaksinya nanti, ia tidak bisa mundur. Ini tanggung jawabnya. Dominic menghembuskan nafas

