Sang Wanita Bertopeng

1944 Words
"Halo? Andra?" Suara renyah seorang wanita terdengar dari seberang telepon. Andra menghembuskan napas lega ketika Naya akhirnya mengangkat telepon Andra, setelah hampir selama satu jam wanita itu tidak mengangkat-angkat teleponnya. "Aku dari tadi hubungi kamu sulit, enggak diangkat-angkat," kata Andra berusaha mengendalikan intonasi suaranya agar tetap terdengar tenang. "Nay lagi sama kamu? Tadi mama Sukma nelpon kamu buat jemput Nay, kan?" "Ah iya, tadi mama minta aku jemput Naya di sekolahnya," jawab Naya sambil tertawa dengan ramah. "Ini Nay lagi sama aku kok, Ndra." Andra mencoba mengacuhkan panggilan 'mama' yang ditujukan Naya kepada ibu mertuanya. "Syukurlah. Terima kasih loh kamu sudah mau capek-capek jemput Naya. Aku jadi enggak enak sudah repotin kamu." "Ngomong-ngomong," sambung Andra, "aku dari tadi sudah di depan rumah kamu, tapi kok kamu dan Naya enggak ada, ya? Aku mau jemput Nay." "Loh? Yuda enggak kasih tahu kamu?" tanya Naya dengan suara yang terdengar bingung. "Aku lagi bawa Naya ke kantor Yuda. Naya tadi kelaparan karena terlambat dijemput, terus aku langsung telepon papanya buat minta ijin ajak Naya makan siang dulu. Eh, tahunya Yuda suruh aku bawa Naya untuk makan siang di kantornya. Ini sekarang aku lagi dalam perjalanan ke sana." "Kamu kenapa enggak hubungi aku saja tadi?" tanya Andra dengan heran kepada wanita itu. "Aku dari tadi coba hubungi kamu tapi enggak diangkat-angkat." "Aku lagi fokus dengan Nay, jadi habis nelepon Yuda, aku enggak lihat-lihat handphone aku lagi,' jelas Naya. "Maaf, ya, Ndra. Kamu pasti jadi panik. Kamu mau ikut makan siang dengan kami di dekat kantor Yuda? Nanti aku kasih tahu Yuda." Dahi Andra mengernyit. Ia bingung kenapa Naya merasa ia harus memberitahu kedatangan Andra kepada Yuda, sementara Andra adalah istri Yuda yang jelas berhak kapan saja ke sana. Ucapan Naya membuat ia merasa seakan diperlakukan sebagai sosok asing oleh wanita itu, seolah Naya yang lebih memiliki kuasa atas suami dan anak Andra. "Kamu di mana sekarang?" tanya Andra sedikit jengkel. "Aku lagi di mobil," jawab Naya. "Sebentar lagi aku sampai ke Restoran Dumaga, dekat kantor Yuda. Kamu tahu, kan ... restoran yang ada di belakang SCBD yang terkenal dengan pasta lezatnya itu?" "Iya, aku tahu," jawab Andra berusaha keras menyembunyikan nada ketusnya. "Aku langsung menuju ke sana sekarang." Andra segera menutup teleponnya dan menyalakan kembali mobilnya. Ia jelas tahu di mana Restoran Dumaga. Itu adalah tempat Naya dulu sering bermain piano dan makan bersama Yuda, saat mereka masih bersama. Yang membuat Andra bingung, siapa di antara Yuda dan Naya yang mengusulkan mereka makan di sana? Andra jadi teringat bagaimana kondisi Naya saat kembali datang di Indonesia. Ia benar-benar susah. Bahkan meski orang tua Yuda akan membantu wanita itu melalui Yuda, Naya jelas tidak akan mendapatkan apa yang dimilikinya sekarang jika Andra mengatakan tidak kepada suaminya. Karena kasihan kepada Naya, Andra mengiyakan permintaan Yuda atas nama orang tuanya. Ia bahkan menyarankan kepada Yuda agar memberikan modal usaha bagi Naya yang akhirnya membuka toko bunga. Rupanya selain itu, Naya dimodali dengan rumah mewah di dekat rumah Yuda dan Andra, serta diberikan mobil yang lebih mewah dari milik Andra saat ini. Andra bukan pengiri. Dia bahkan ikut senang karena Naya akhirnya dibantu untuk keluar dari kesusahannya. Andra bahkan membantu langsung Rona Ramaya, adik perempuan Naya yang baru lulus SMA, untuk mendapat beasiswa kuliah dari perusahaan Yuda. Selain karena mereka memang sedang kesusahan ekonomi, Rona juga pintar. Itu yang membuat Andra jadi merasa anak itu memang layak mendapat bantuan. Rona, sedikit berbeda dengan Naya. Ia kerap lebih menunjukkan sikap pro kepada Andra dan sering mengatakan kalau kakaknya sendiri, Naya, adalah perempuan bertopeng. Andra sangat menyukainya, karena Rona anak yang jujur dan periang. Selain itu, tentunya karena Rona selalu apa adanya di hadapan Andra. Tapi tak dinyana, semua bantuan Andra yang tulus ke keluarga Naya malah menjeratnya sendiri. Meski belum yakin seratus persen Yuda selingkuh darinya, kehadiran Naya kini membuatnya menjadi lebih paranoid. Ia cukup yakin kalau ada sesuatu di antara keduanya saat ini. "Kamu sudah datang?" tanya Yuda ketika melihat Andra tiba di meja makan yang mereka pesan, dan sebelumnya hanya diisi oleh ketiganya saja. Hati Andra terasa sangat sakit ketika sebelumnya melihat anak dan suaminya duduk di sana bersama Naya dan terlihat bahagia tanpa kehadiran Andra. Baik Yuda maupun Nayla terlihat banyak tertawa dan mereka berbincang dengan bahagia, seolah Naya adalah potret asli wanita dalam keluarga mereka. Meskipun pikiran itu membuatnya kini sangat tertekan, Andra berusaha terlihat tenang untuk anaknya, Nayla. "Maaf aku terlambat," ujar Andra kebingungan saat melihat Naya sedang duduk memangku Nayla, dan tidak bergeser dari sisi kiri kursi Yuda. Dengan berusaha sabar, Andra menarik kursi di depan Naya, tepatnya di sisi lain kursi Yuda. Matanya langsung mendelik ketika menyadari ada es krim di depan Nayla, dan ia langsung mengangkat alisnya. "Nayla memesan es krim sebelum makan?" tanya Andra dengan bingung. "Naya yang memesankan ini untuknya," jawab Yuda dengan santai. "Tenang saja, sesekali tidak apa-apa jika Nay makan es krim sebelum makan siang." "Kamu tahu benar kalau Nay sudah makan yang manis-manis, dia enggak bakal mau sentuh makanan berat dia lagi. Gimana sih kamu?! Kalau dia sakit lagi gimana?!" ucap Andra dengan kesal. "Maaf, Ndra, ini bukan salah Yuda. Tadi aku pesan ini sebelum Yuda datang karena Naya mau es krim. Aku kurang tahu pola makan asli Nay selama ini gimana," kata Naya dengan raut wajah menyesal. "Enggak apa-apa, Naya. Kamu sudah bantu Andra hari ini dengan jemput Nay karena Andra datang terlambat." Andra langsung terhenyak melihat suaminya langsung membela Naya. Pria itu bahkan melirik ke arah Andra setelah menyindir istrinya sendiri itu. "Aku tadi ada masalah dengan mobil, jadi terlambat jemput Nay," ujar Andra lagi sedikit berbohong karena merasa dipermalukan. "Telepon aku sibuk karena aku hubungi orang di sana-sini untuk minta bantuan sampai aku terlambat jemput Nay. Pas sampai di sana, kata guru Nay dia sudah nelepon kamu dan mama, tapi kamu juga enggak angkat telepon. Aku baru tahu belakangan kalau Naya yang menjemput Nay." "Enggak masalah, Ndra. Aku suka kok jemput Nay. Dia anak yang manis. Iya kan, Nay?" Naya langsung menggoda Nayla di pelukannya dan membuat anak Andra itu tertawa. Andra terdiam. Ia sedikit cemburu saat melihat anaknya terlihat senang bersama Naya. Anaknya itu jarang bisa dekat dengan siapa pun tetapi entah bagaimana, Naya bisa mendekati anaknya itu dengan mudah. Tidak bahkan Nayla mau berpindah ke pangkuannya seperti biasa saat ia makan. Nayla Sasongko Putri sendiri memang adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tua Yuda. Awalnya, Andra sedikit keberatan karena anaknya memiliki kemiripan nama dengan Naya. Meskipun begitu, ia akhirnya memilih untuk diam saja. Sekarang, entah kenapa memanggil nama Nayla mulai sedikit mengganggunya. "Nay, sayang, makan nasi, ya?" tanya Andra dengan lembut kepada anaknya. Nayla menggeleng ke arah ibunya. Wajah bulatnya tampak merengut saat ibunya itu meminta dirinya memakan nasi. Anak itu segera menyuap es krim pemberian Naya sekali lagi ke mulutnya, karena khawatir ibunya akan segera mengambilnya agar ia mau makan makanan berat. "Jangan gitu, ah, Nay! Masa ngelawan sih sama mamanya?" ujar Naya ikut merayu Nayla. "Kamu makan nasi, ya? Nanti biar bisa main dengan tante Naya lagi." Nayla terlihat merengut sebentar. Namun setelah itu, anak mungil itu pun mengangguk. Naya pun kemudian mengambil buku menu di depannya dan segera melihat-lihat pilihan makanan terbaik bagi Nayla yang ada di pangkuannya. "Lihat, Nay lebih nurut sama kamu dibandingkan dengan sama aku dan Andra," kata Yuda sambil tertawa bersama dengan Naya. Itu hanya perkataan selintas tetapi langsung menghantam hati Andra dengan keras. Wanita itu merasa muak melihat wajah suaminya yang tampak tidak merasa bersalah, karena sudah memiliki ponsel rahasia dan kemungkinan besar juga memiliki wanita lain secara tersembunyi dalam hidupnya. Ingin rasanya Andra langsung bertanya kepada Yuda, apa dia benar-benar berselingkuh selama ini. Tetapi saat ini, ia mencoba menjadi wanita yang lebih penuh perhitungan dan juga lebih hati-hati. Situasi setelah itu kemudian berjalan normal dan semuanya disibukkan dengan makanan mereka masing-masing. Andra hampir lupa akan masalahnya sendiri karena mendengar cerita mengenai masalah pekerjaan Yuda, yang sedang suaminya ceritakan kepada Naya dan dirinya. Namun mendadak sesuatu yang mengejutkan terjadi. Wajah Naya mendadak pucat sesaat setelah ia memakan setengah piring lasasgna-nya. Dalam hitungan beberapa detik, mendadak wanita itu terlihat seolah sangat mual dan membuka mulutnya seakan ingin muntah. "Naya, kamu kenapa?!" tanya Yuda langsung berdiri di tempatnya ketika melihat wanita itu terdiam dan hampir muntah. Naya langsung menahan tubuh Yuda dengan tangannya dan terlihat berusaha menenangkan suami Andra tersebut. "Enggak apa-apa, aku hanya enggak sengaja minum soda tadi. Kebiasaan buruk aku memang minum soda kalau lagi di mobil." "Kamu gimana sih kok minum soda?! Kamu kan belum boleh minum soda?!" ucap Yuda dengan wajah yang mendadak sangat khawatir. "Naya belum boleh minum soda?" tanya Andra di antara mereka mendadak. "Kenapa dengan Naya dan soda?" Baik Yuda dan Naya mematung sejenak saat mendengar pertanyaan Andra. Keduanya seakan baru tersadar kalau ada Andra di sana. "Ehm, enggak, Ndra," jawab Naya gugup sambil tersenyum. "Aku punya masalah sensitif di bagian usus belakangan jadi belum boleh banyak minum soda. Ini aku jadi mau muntah karena enggak sengaja minum soda. Mungkin aku harus ke toilet sebentar." "Ohh," gumam Andra dengan sorot mata misterius. "Kamu mau aku antar ke toilet? Kan enggak mungkin kamu yang lagi sakit sendirian di sana?" "I-iya," jawab Naya kemudian setelah memandang ke arah Yuda sesaat. Keduanya kemudian berjalan bersama ke arah toilet. Begitu masuk ke dalamnya, Naya tampak langsung menuju ke arah wastafel dan terdiam di sana dengan pucat. Ia tampak sangat mual tapi tidak bisa memuntahkan apa pun di sana. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Andra lagi dengan mata menyelidik. Naya menggeleng. "Enggak apa-apa, Ndra. Sekarang aku hanya tinggal pusing saja." "Bagus kalau begitu. Kebetulan aku selalu bawa aspirin, kamu mau?" tanya Andra mencoba mengetes Naya. Naya mendadak menggeleng dengan cepat dan segera mengusap wajahnya dengan air wastafel. Ia tampak kebingungan sendiri dan seolah kesusahan untuk kembali bugar secepat yang ia mau. "Lucu, kalau orang melihat kamu sekarang, nanti orang mengira kamu lagi hamil muda, loh!" ucap Andra sambil tertawa ke arah Naya, tetapi lawan bicaranya itu seketika terdiam dan memandang ke arah Andra dengan tajam. "Kalau aku hamil muda memangnya kenapa?!" desis Naya mendadak dengan sorot mata yang melotot tajam ke arah Andra. "Kamu ngerasa ini lucu?" Andra langsung terdiam dengan kaget melihat ekspresi Naya yang mendadak berubah seratus persen. Wanita itu entah bagaimana terlihat meradang dengan pertanyaan Andra barusan dan kesal kepadanya. Naya pun kemudian mengusap wajahnya dengan tisu pengesat di atas wastafel lalu melemparnya ke wajah Andra dengan santai. "Dasar sampah! Kamu enggak ingat kasus dulu saat kamu rebut Yuda dari aku diawali dengan apa? Dengan kehamilan kamu, kan?!" "Na-naya," gumam Andra dengan wajah setengah mati terkejut. "Jangan sok paling sempurna karena saat ini kamu menikmati segalanya sebagai istri Yuda. Bagi aku, kamu selamanya akan tetap jadi perempuan murahan yang merebut milik orang lain!" Naya kemudian keluar dari toilet dan meninggalkan Andra seorang diri di sana dengan wajah terguncang. Ia berdiri sesaat di dalam toilet dan berpikir tentang maksud perkataan Naya, sebelum kemudian akhirnya berjalan keluar untuk menyusul Naya. Sayangnya begitu kembali ke meja mereka, Andra melihat Naya segera pergi membawa tasnya dengan wajah yang menangis tersedu-sedu. Yuda sendiri langsung menatap ke arah Andra dengan wajah yang sangat murka. "Kenapa kamu melakukan itu kepada Naya?" tanya Yuda dengan suara bergetar. "Hah? Melakukan apa?" Andra melongo di tempatnya tanpa tahu drama apa yang sedang terjadi di sana. "Kata Naya kamu marah kepadanya di toilet hanya karena status w******p dia tentang Nay ... dan kamu marah karena dia bawa Nay ke aku?!" "Apa?!" Yuda tidak menjawab pertanyaan bingung Andra. Pria itu segera membanting serbet di tangannya dan berlari mengerjar Naya setelah menatap sinis kepada Andra. Pria itu --- suaminya --- meninggalkan Andra dengan putri mereka, Nay, seorang diri begitu saja di restoran ... untuk pertama kalinya dalam sejarah pernikahan keduanya demi wanita lain yang sudah memfitnah Andra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD