1. Menepis Rumor

1621 Words
Litani Maheswari adalah seorang yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga Naratama sejak usianya lima tahun. Dia dididik menjadi gadis mandiri, independent dan cerdas oleh kepala maid di rumah besar Naratama. Beranjak remaja Litani tumbuh menjadi gadis yang cantik dan ceria. Litani tumbuh menjadi anak yang membanggakan. Berkat kecerdasannya dia bisa lulus dari salah satu universitas negeri ternama di Indonesia, peringkat lima besar, dengan predikat cumlaude, di fakultasnya yakni Fakultas Teknik, jurusan Arsitektur. Deretan angka yang ada di dalam daftar nilai kuliahnya, tiga tahun lalu berhasil membawa Litani masuk menjadi pegawai internship di salah satu anak perusahaan NAMA Group yang bergerak di bidang konstruksi yakni Naratama Karya yang memiliki kode saham NAKA. Meski Litani adalah bagian dari keluarga Naratama, tetapi statusnya tetaplah anak angkat yang tidak memiliki power apa pun dalam keluarga itu. Dia bisa bekerja di NAKA berkat kegigihan, kerja keras dan prestasi akademiknya juga. Tentu saja itu membuat bangga setengah mati. Karena hanya satu atau dua orang saja berhasil masuk ke perusahaan itu setiap recruitment, dan Litani berhasil di percobaan pertama. Kariernya di NAKA berjalan dengan sangat baik. Dia hanya magang selama satu bulan dan menjadi pegawai masa percobaan selama tiga bulan sebelum akhirnya diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan konstruksi itu. Tidak hanya kehidupan makmur dan karier cemerlang yang didapatkan Litani dari keluarga Naratama. Dia juga mendapatkan perhatian khusus sekaligus hati dari anak pemilik NAKA, yang merupakan senior di kampusnya. Namanya Kaivan Naratama. Litani memang menyukai laki-laki yang memiliki usia dua tahun lebih tua darinya itu sejak usia 18 tahun. Dan Litani berhasil menjalin hubungan khusus dengan Kaivan selama dua tahun terakhir. Litani banyak membantu Kaivan dalam mengerjakan proyek-proyek yang berhasil didapatkan oleh NAKA. Litani begitu mencintai Kaivan. Dia rela melakukan apa pun demi kekasihnya itu. Tidak peduli meski harus kerja keras siang malam untuk mengerjakan proyek NAKA agar mendapat hasil yang memuaskan bagi para kliennya. Berkat kerja keras Litani juga yang akhirnya mampu membawa nama Kaivan diangkat sebagai General Manager Naratama Karya sejak tahun kemarin. Sayangnya meskipun pengorbanan Litani untuk laki-laki itu sudah tak terhitung lagi banyaknya, Kaivan masih betah menutupi hubungannya dengan Litani dari keluarga besarnya. Hal itu dikarenakan Litani tidak sesuai dengan kriteria calon menantu yang diinginkan oleh keluarga besarnya terutama kedua orang tuanya. Tidak menjadi masalah besar bagi Litani meski harus menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi selama dua tahun karena Kaivan pernah berjanji tidak akan pernah meninggalkan kekasihnya itu apa pun yang terjadi di masa depan. Hari ini tiba-tiba Nyonya Lidya, ibu Kaivan, tiba-tiba mendatangi rumah peninggalan mendiang Hikmah Naratama dan istri yang merupakan orang tua angkat Litani. Litani menyambut baik istri dari kakak angkatnya itu. Dia bahkan rela bangun pagi setelah semalaman suntuk mengerjakan proyek baru yang didapatkan NAKA setelah mengikuti tender alot dengan perusahaan pesaing, demi bisa menemani Nyonya Lidya. “Pagi, Kak,” sapa Litani dengan hangat ketika menemui Nyonya Lidya di ruang tamu. Namun bukannya sambutan hangat yang diterima balik oleh Litani. Sebuah kotak tisu melayang mengenai pelipisnya. Wanita itu melempar Litani dengan benda tersebut dan menatap Litani dengan penuh kekesalan. “Kamu pikir kamu siapa berani membuatku harus menunggumu di ruang tamu seperti ini?” hardik wanita berambut bob dengan sasak tinggi di bagian belakangnya sehingga membuat rambutnya tampak lebih mengembang. “Maaf, Kak. Tadi Kak Lidya datang bertepatan dengan aku baru saja masuk kamar mandi,” jawab Litani sopan. “Aku tidak butuh jawaban dari mulutmu yang hina itu,” maki Nyonya Lidya. “Apa kamu sudah menonton berita selebriti pagi ini? Atau setidaknya membaca berita online dari handphone?” Litani menggeleng ragu. Hal itu membuat Nyonya Lidya menggeram semakin kesal. “Sejak rumor kedekatan kamu dan putraku terendus media, seluruh negeri ini membicarakannya. Kedekatan kalian adalah sebuah skandal besar. Kalian harus menghentikan rumor memalukan ini.” “Aku nggak ngerti maksud Kak Lidya,” jawab Litani. “Jangan pura-pura bego kamu!” Kemudian sebuah tamparan melayang di pipi Litani. Sampai membuat Litani harus memalingkan wajahnya mengikuti arah tamparan Nyonya Lidya. “Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu mendekati Kaivan untuk kepentingan tertentu? Kamu pasti sudah merayunya dengan tubuhmu itu untuk bisa mencapai posisimu yang sekarang ini. Kalau tidak, aku tidak yakin Kaivan mau sama kamu dan kamu bisa mendapatkan posisi pekerjaan yang bagus di NAKA. Kamu sama sekali tidak pantas untuk Kaivan. Tinggalkan dia atau kamu akan mengalami kesulitan di hidupmu!” Sebenarnya lutut Litani terasa lemas mendengar ucapan Nyonya Lidya. Dia seperti tak punya tenaga lagi bahkan untuk sekadar berdiri tegak. Akhirnya hubungan yang selama ini disimpannya rapi harus terendus media dan sampai di telinga orang yang paling ditakutkan akan mengetahui hubungannya dengan Kaivan. Bukan karena Litani ingin selamanya menjalani hubungan dengan Kaivan secara sembunyi-sembunyi. Namun dia dan Kaivan harus mencari momen yang tepat untuk membuka hubungan mereka di depan keluarga besar Naratama. Kaivan sendiri yang berjanji akan mendekati ibunya itu melalui hati ke hati untuk meminta restu atas hubungannya dengan Litani. Dan kini Nyonya Lidya murka karena selain akhirnya mengetahui hubungan putra semata wayangnya dengan Litani, juga mengetahui kabar ini dari pihak lain. Setelah mengais sisa keberanian yang di dalam dirinya Litani memberanikan diri membela dirinya. “Tapi aku tidak seperti itu, Kak. Aku sama sekali tidak pernah mendekati dia untuk tujuan tertentu apalagi merayu Kaivan dengan cara seperti yang Kak Lidya sebutkan tadi.” “Persetan dengan omong kosongmu itu! Pergi dari kehidupan Kaivan. Tinggalkan NAKA dan juga rumah ini. Aku memberimu waktu sampai minggu ketiga bulan ini, maksimal akhir bulan untuk menyelesaikan semuanya.” “Aku tidak bisa melakukan semua itu, Kak. Di surat wasiat yang Ayah tinggalkan bahkan dibacakan sendiri oleh Ayah di akhir hayatnya, aku tidak boleh meninggalkan rumah ini sampai aku menikah nanti, Kak.” “Aku tidak mau mendengar pembelaan apa pun dari mulutmu itu. Akhir bulan ini aku akan memeriksa apa kamu sudah menjalankan semua yang aku katakan itu atau belum. Kalau belum aku pastikan kamu akan mengalami kehidupan yang begitu sulit setelah ini.” “Kenapa Kak Lidya tega giniin aku? Selama ini aku selalu bersikap baik pada Kak Lidya dan Bang Haidar. Apa salahku sebenarnya, Kak?” Nyonya Lidya tersenyum sinis menanggapi pertanyaan Litani. “Salahmu cuma satu, kamu tidak tahu diri. Sudah diangkat anak, dikasih makan, minum dan pendidikan secara gratis di rumah ini kamu malah melempar tai pada orang-orang yang telah memberimu kehidupan. Dasar perempuan tidak tahu diuntung!” Setelah memaki Litani tanpa perasaan seperti itu, Nyonya Lidya meninggalkan kediaman mendiang mertuanya itu. Wanita itu memang tidak pernah menyukai Litani sejak kehadiran gadis itu di rumah kediaman mendiang mertuanya ini. Siang harinya Kaivan segera menemui Litani setelah mendapatkan kabar bahwa ibunya mendatangi Litani tadi pagi dan meminta tiga hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Litani dengan alasan apa pun. “Gimana ini, Van? Kak Lidya udah tahu soal hubungan kita. Sepertinya udah waktunya buat kita untuk membuka hubungan ini di depan keluargamu,” ujar Litani ketika Kaivan hanya diam saja mendengar cerita Litani. Terdengar Kaivan mengembuskan napas kasar merespon ucapan Litani. “Aku udah minta orang untuk menghapus semua artikel yang membawa namaku dan namamu di dalamnya, Lita. Aku mohon kamu bersabar dulu ya. Untuk sementara waktu aku harus menjaga jarak di antara kita. Aku nggak bisa mengunjungimu ke rumah ini lebih sering dari biasanya. Di kantor juga gitu. Kamu bisa kan ngertiin aku kali ini?” “Aku selalu ngertiin kamu. Tapi bukankah ini momen yang tepat untuk mengungkap hubungan kita, Van?” “Jangan sekarang, Lita. Please, kamu ngertiin kondisiku, dong.” “Aku harus ngertiin kayak gimana lagi, Van? Mau sampai kapan kita main kucing-kucingan kayak gini sama keluargamu?” “Minimal sampai aku bisa menduduki kursi direktur utama di NAKA. Jadi aku punya kekuasaan yang tinggi untuk bisa memilih siapapun perempuan yang paling tepat untuk mendampingiku di masa depan. Kalau di posisiku sekarang ini aku nggak punya kekuasaan apa-apa, Lita. Hidupku sudah diatur oleh keluarga besarku. Kamu tahu maksud aku, kan?” “Iya, iya. Aku tahu. Tahu banget malah.” “Ini demi kamu juga. Kamu nggak mau kan, ninggalin NAKA dan rumah Kakek?” “Ya, nggak maulah.” “Kamu cuma tinggal berusaha meyakinkan kedua orang tuaku kalau kita memang nggak ada hubungan istimewa seperti yang diberitakan di media. Aku juga akan memastikan keluargaku kalau yang diberitakan oleh media itu cuma rumor menggelikan yang dibuat oleh salah satu oknum yang menjadi pesaing NAKA dalam perebutan tender bandara beberapa waktu yang lalu.” “Kamu yakin cara itu akan berhasil untuk membuat orang tuamu yakin kalau di antara kita nggak ada hubungan istimewa, Van?” “Yang penting kamu nggak bilang apa-apa, kan, soal hubungan kita sama mamaku?” tanya Kaivan berusaha meyakinkan dirinya. “Aku nggak bilang apa-apa. Aku juga menepis hubungan istimewa kita yang dituduhkan Kak Lidya sama aku.” “Bagus… Biarin aja kayak gitu dulu ya.” Litani mengangguk lemah lalu kembali diam dan menundukkan kepala. Kaivan memintanya mengangkat kepala dan menatapnya. Senyum merayu terlihat jelas di wajah laki-laki berwajah tampan itu. Litani menatap pria itu dengan tatapan penuh kagum. Dia menarik napas untuk bersiap meluncurkan kalimat berikutnya, tetapi Kaivan melingkarkan satu lengan di tubuh Litani dan menyambar Litani untuk sebuah ciuman yang begitu mesra. Napas yang akan ditarik Litani tidak sampai ke paru-parunya. Dia tidak bergerak. Dunianya menyempit ke arah Kaivan, kekuatan Kaivan dan bibir Kaivan di bibirnya. Ciuman itu begitu kalut dan kuat, sama seperti kedua tangan di punggung Litani. Litani tahu dia hanya pasrah kepada Kaivan dan sama sekali tidak punya kekuatan untuk melepaskan diri. Namun dia akhirnya bisa melepaskan diri dari dekapan dan rayuan Kaivan saat mendengar suara bel yang berasal dari pintu rumah. “Sepertinya ART yang tadi aku suruh pergi untuk membeli makan sudah datang, Van. Sebentar ya, aku lihat dulu,” ujar Litani, bergegas pergi dari samping Kaivan tanpa perlu menunggu persetujuan dari kekasihnya itu. ~~~ ^vee^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD