Bab 13.3 : Pendidikan Penting Enggak, Sih?

1044 Words
banyak orang tua yang masih belum teredukasi dengan baik tentang betapa pentingnya pendidikan di dunia yang fana ini #ciyee elah wkwkwk. Intinya, banyak orang yang masih kolot dan mikir kalau semua itu gak menjamin kesuksesan. bener sih, cuma kan ya ... kalo lo sekolah pasti lebih mudah menjalani hidup yang keras ini. bukan begitu, fergusso? atau lo punya jawaban lain? yuk mari kita nyanyi. ting - ting bukan permen, ting- ting bukan biskuit ... hayooo apaan? wkwwkk  - kevriawan, 2020    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =      Bab 13 : Pendidikan Penting Enggak, Sih?   Nah, masalahnya di Indonesia citra profesi guru bukan merupakan sebuah profesi yang dipersepsikan keren, bergengsi apalagi mensejahterakan. Karena persepsi inilah sebagian besar lulusan terbaik di negeri ini justru malah lari ke sektor swasta, industri atau menjadi dokter, pengacara, dan insinyur. Mereka ini rata-rata tidak mau menjadi guru lantaran memiliki persepsi bahwa sektor swasta lebih bisa menjanjikan masa depan yang mapan. Sekarang coba lo bayangkan situasinya jika lo adalah seorang lulusan terbaik dari sebuah universitas, apakah profesi guru akan menjadi pilihan teratas lo ketika memasuki dunia kerja? Atau malah profesi guru merupakan pilihan ke sekian, saat pekerjaan impian lo tidak tercapai? Kalau lo bilang profesi guru merupakan cita-cita utama lo sedari kecil, saya ucapkan selamat! Saya salut! Mulia sekali hati lo! Salam hormat dari hati gueyang paling dalam. Karena lo bercita-cita menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi pertanyaan berikutnya adalah, secara statistik, berapa banyak orang-orang seperti lo ini? Maksudnya, orang yang memiliki motivasi yang sangat tinggi nan mulia untuk menjadi guru walaupun kurang dihargai kesejahteraannya oleh pemerintah? Itu artinya lo adalah orang yang sangat langka. Dengan kata lain lo bukanlah orang kebanyakan. Nah, orang-orang kebanyakan akan lebih mudah dimotivasi dengan iming-iming kesejahteraan, masa depan yang terjamin dan memiliki prestise di masyarakat. Itulah mengapa gaji yang tinggi untuk profesi guru menjadi penting.   Tentu, secara logis anak yang merasa dirinya pintar dan mampu tentu akan berambisi dengan berani untuk menempatkan pilihannya di jurusan favorit di univ favorit, dan sayangnya jurusan kependidikan tidak satupun yang mampir di impian anak cerdas karena memang bukan favorit. Sekarang gini deh, kita asumsikan ada anak soshum yang pinter, kalo snmptn nilai rapotnya diatas 90 dan kalau sbm nilai unbk nya di atas 700. Pasti ntar maunya ke akuntansi, atau ekonomi pembangunan, atau manajemen. Terus ada nggak yang mau ke jurusan pendidikan akuntansi? pendidikan ekonomi? pendidikan tata niaga? ada ngga? ngga ada! eman-eman nilai tinggi kok ambilnya segitu doang (logika mereka begitu, dan mohon maaf tak bermaksud mendiskreditkan jurusan kependidikan).   Trus kita coba lagi lain jurusan, ada yang mau ke hukum dan HI tapi ga ada kan yang mau ke pendidikan PPKn? Ada yang mau ke arsitektur, teknik elektro, teknik industri, dll. tapi ga ada kan yang mau ambil pilihan pertamanya pendidikan teknik elektro, pendidikan teknik mesin, atau pendidikan teknik bangunan? (sekali lagi dengan asumsi nilai setinggi diatas, dan reputasi dia sebagai anak cerdas begitu moncer). Nah artinya apa? Jurusan pendidikan termarginalisasi. bibit-bibit unggul yang diharapkan mampu memberi pengajaran bermutu pada generasi penerus bangsa justru tak ada disana, mereka bekerja di jurusan yang nanti kerjanya di bidang komersial maupun partikelir. Tak ada yang mau berbesar hati turun gunung ke jurusan pendidikan.   Dengan demikian jurusan pendidikan diisi oleh orang-orang yang tidak secerdas orang-orang yang masuk jurusan favorit itu sehingga nanti outputnya ya tidak secemerlang orang di jurusan favorit itu. Lalu ironisnya lagi, jurusan pendidikan kerap dijadikan ban serep saja kalau nilai tidak mencukupi di ujian saringan masuk. Artinya cuma jadi cadangan alias pilihan terakhir, itu pun dengan terpaksa. Ada pula yang karena memang sudah pasrah ama kemampuan dan nilai mereka dengan terpaksa memilih jurusan tersebut karena memang enggak ada pilihan lain daripada enggak kuliah. Sehingga bila diperhatikan, passing grade jurusan-jurusan kependidikan hampir semuanya tidak lebih dari 30% sehingga longgar sekali persaingannya, nilai yang masuk ya nilai-nilai yang medioker, anak-anak yang masuk ya mohon maaf, masuk dengan sejuta pertimbangan seperti yang diatas sehingga pemaksimalan potensi untuk output tadi tidak bisa maksimal layaknya orang jurusan favorit.   Tapi, itu bukanlah alasan untuk semakin merendahkan tingkat pendidikan. Terlebih dengan mengatakan bahwa “Jangan sekolah tinggi - tinggi, sama aja ujung - ujungnya jadi babu korporasi.” ---- a***y, lah! Langsung mengernyit gue ketika membacanya. Iya, gue paham kalau jadi karyawan menurut teori motivasi kesuksesan itu level pekerjaan yang paling ampas. Yang mana kalau bisa, nih, semua orang kagak ada yang kerja jadi pegawai. Semua orang jadi bos. Mampus saja sana, siapa yang mau ngerjain pekerjaan kompleks dalam suatu perusahaan itu? Lo kerjain sendiri sana, ya, buat kalian yang merasa walau b**o pantas jadi bos, HAHAHA. Oke, balik ke topik utama .... Finlandia merupakan contoh negara yang memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada profesi guru. Karena percaya atau tidak menjadi guru di sana lebih sulit daripada menjadi dokter atau pengacara. Misalnya, para pelamar profesi guru harus merupakan lulusan terbaik di universitasnya. Lalu, setiap calon guru juga wajib sudah menyelesaikan studi master atau setara dengan S-2. Jadi, boleh dikatakan, setiap guru di Finlandia benar-benar orang terbaik di bidangnya. Sudah harus lulusan terbaik, harus master pula! Itulah kenapa profesi guru di Finlandia merupakan profesi yang dianggap prestisius. Karena ada persepsi di masyarakat yang menganggap profesi guru merupakan pekerjaan yang keren dan menjamin masa depan. Bahkan saking prestisiusnya, profesi guru di sana dianggap lebih keren daripada dokter atau pengacara. Lalu guru gue menutup hikayat dongengnya dengan berkata, “Dunia pendidikan Indonesia akan sulit untuk maju jika pemerintahnya masih belum bisa menghargai profesi guru dengan baik. Sudah ya ceritanya, sekarang kita lanjutkan materi perkuliahan, yaitu cara menghitung confidence interval dalam logistic regression”. Kepala gue kok mendadak langsung migrain dan berasap lagi! The teacher is the noblest profession in the world today. Teachers perhaps are also the most underpaid heroes in the world today. -Steven Spielberg, Filmmaker * * * * *   to be continued * * * * *   By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD