Bab 11.1 : Just Don’t Be Yourself

1089 Words
Kalau lo benci sekolah, berarti kita sama. kadang tuh gue bukan enggak mau belajar tapi sekolah di indonesia gimana gitu ya kan. pusing lah pokoknya kalo harus gue pikirin wkkwkwk. udah mending jalan - jalan ke pasar minggu, naik becak di ujung jalan. tolong lah lo pada jangan belagu, mana tau besok dapat cuan. - kevriawan, 2020 ( gak papa gaje, yang penting bukan gajein bini orang #peace)     = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =      Bab 11 : Just Don’t Be Yourself   Gebrakan meja dari Juki membuat gue menoleh. Sontak, Bang Agus yang tengah menyeruput es boba murahan dari kantin kampus pun tersedak. Untung saja dia itu cenil boba kagak pakai acara nyangkut di kerongkongannya. Kan enggak keren kalau sampai ada berita Bang Agus yang terkenal sangar masuk RS gara - gara keselek boba. Lucknut sejati emang si Juki. Kami berdua pun refleks menoleh pada sosok Juki yang semakin di lihat malah semakin menyebalkan. Entah apa yang dia mau kali ini.   “Jon, lo udah lihat pengumuman hasil ujian, belom?” Juki bertanya penuh semangat, mungkin sebelas dua belas sama semangat para kompeni yang mau menjajah Indonesia. Jangan tanya kenapa kompeni, karena palawan kagak ada cocok - cocoknya sama image si Juki.   “Si anying, nanya nilai kagak usah nge-gas!” Oke sip, sekarang Bang Agus malah sewot. “Bangsul bener, lo, Juk! Ada apaan, sih sama nilai?”   “Yeh, Bang … jangan gitu dong! Sebagai yang kagak lulus statistik satu sampe tiga kali, ini adalah hal yang mengharukan buat gue.” Juki nyengir gaje, dan gue cuma melengos. Masih menerka - nerka, sebenarnya ini anak mau ngomong apaan, sih?   “Jadi intinya gimana?” Gue memotong langsung, “lo gagal buat yang ke empat kalinya?”   Juki melengos, “Ah, Syaland kau Jon!”   “Yeh, ditanyain juga.” Bang Agus tak kalah sewot.   Gue menghela napas, kemudian memutar bola mata malas. Sumpah, sih, kadang mereka berdua sering banget adu nge-gas. Kagak berguna anjir … bikin kepala gue semakin mumet saja.   “Ya, terus lo kenapa, Oncom!” Nah, kan, gue malah ikutan sewot. Kagak ada akhlak emang.   “Gue lulus, dong!”   Akhirnya Juki memberi tahu juga hal apa yang membuatnya rusuh pake banget itu. “Wih, congrats! Lulus apa, nih? A+? Wkwk!”   “Kagak lah, njir! Dari mana A+ coba?!” Juki heboh lagi. “Cuma C- tapi mayan, lah! Kan gue enggak pintar pake banget macam si Jimmy.”   “Lah, kan belajarnya bareng?” Bang Agus menyela, “gimana ceritanya bisa Jimmy pinter, lo b****k?”   “Yaelah, Bang, jelas beda lah!” Juki menarik bangku kosong dan duduk di sebelah gue. “Pertama, Jim itu kaya, pasti belajarnya lebih mantul. Rata-rata orang kaya juga pinter - pinter, Bang, entah kenapa. Cicinya di Jim aja anak FK UI, kurang a***y apa lagi, Bang?”   Gue mengernyit heran. Pengen gue semprot ini mahkluk. Sumpah, apa hubungannya kaya, pintar, Cicinya kuliah di mana, dengan pencapaian nilai statistik yang sempurna?   “Kalau gue mah apa atuh … cuma butiran debu.” Juki melanjutkan. “Ya, intinya beda sama gue yang cuma anak kosan, jauh dari orang tua. Kadang hari ini duit habis buat ngeprint, terpaksa puasa nyampe besok.”   Gue mulai paham, ah … jadi si Juki lagi membandingkan diri dia dan Jimmy.   “Ya kali, Juk! Itu kan kehidupan Jimmy yang lo liat dari luar. Belum tentu dalamnya kayak gitu.  Gak boleh lo berekspektasi serendah itu. Dasar gak punya pendirian!”   “Kan fakta, Bang.”   “Ya, tapi harusnya lo jadi diri sendiri, dong!” bang Agus sekarang kelihatan sangat bersemangat menjelaskan. “Lo mestinya tahu apa yang sebenarnya lo inginkan. Lo enggak suka statistik ya memangnya kenapa? Lo kagak suka Jono? Bilang!”   “h, lho - lho, kok jadi gue?”   “Bersikap sewajarnya aja, jangan dibuat - buat. Kalau lo enggak suka, ya tunjukkan aja lo enggak suka. Jangan malu sama diri sendiri. Jadi lah diri sendiri dan hadapi dunia s****n ini!”   Bang Agus menyelesaikan ceramahnya dengan satu sruput terakhir pada es boba yang cuma tersisa boba dan es batunya saja. Gue agak tertarik dengan kata - kata terakhir Bang Agus soal menjadi diri sendiri. Kalau Bang Agus bilang menjadi diri sendiri adalah hal yang baik, maka … sorry - sorry to say, nih. Gue jadi punya pandangan lain. Rasa - rasanya kok ya, enggak realistis.   Menurut beberapa sumber yang gue baca, menjadi diri sendiri berarti lo berperilaku sesuai dengan diri lo yang sebenarnya Jadi, kalau seandainya lo memiliki pendapat tertentu ya silakan diutarakan. Atau, kalau seandainya lo marah, ya silakan marah. Kalau lo kecewa, maka lo boleh menunjukkan hal itu dengan cara lo. Pokoknya apapun dan gimana pun konteksnya, ketika jadi diri sendiri itu artinya lo sudah menunjukkan bagaimana sebenarnya sifat asli lo.    Kalau menurut Kao Ing, yang jawabannya gue rangkum dari quora (dot) com,  "be yourself" artinya kita kagak perlu menyontek dari orang lain. Misalnya : "gue ingin cantik seperti dia". Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Jika selembar kertas putih yang punya setitik noda tinta dan kita menggunakan kaca pembesar untuk melihat noda tinta tersebut maka lewat kaca pembesar kertas tadi berwarna hitam secara keseluruhan. Tapi jika kita melihat keselurahan tanpa kaca pembesar, kertas itu hanya punya titik noda tinta. Begitu juga dengan manusia, tidak dapat dinilai dari kekurangan atau kelebihannya saja tapi harus dilihat secara keseluruhan Contoh kecil : setiap pohon buah punya bentuk pohon yang berbeda, bentuk daun yang berbeda, punya buah yang berbeda. Jika beberapa jenis buah digabung akan menjadi salad buah yang menyegarkan dan lezat. Demikian juga manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda tapi dengan penggabungan hal-hal positif dari tiap individu akan menjadi komunitas yang positif. "be yourself" bukan berarti tidak mau berubah dan hanya mau mempertahankan yang ada. Tetap menjadi diri sendiri dan terus "bertumbuh" secara posistif, seperti pohon-pohon buah yang menjadi dirinya sendiri, tumbuh dan berkembang dan mempersembahkan buah yang manis. Kepo dengan lanjutannya, kan lo pada pastinya? Wkwkwk, stay toon yak. Masih ada eps selanjutnya untuk pembahasan ini. * * * * *   to be continued * * * * *   By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD