Bab 10.3 : Pendidik yang Perlu Didikan Juga

1057 Words
Kalau lo benci sekolah, berarti kita sama. kadang tuh gue bukan enggak mau belajar tapi sekolah di indonesia gimana gitu ya kan. pusing lah pokoknya kalo harus gue pikirin wkkwkwk. udah mending jalan - jalan ke pasar minggu, naik becak di ujung jalan. tolong lah lo pada jangan belagu, mana tau besok dapat cuan. - kevriawan, 2020 ( gak papa gaje, yang penting bukan gajein bini orang #peace)     = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =    Bab 10 : Pendidik yang Perlu Didikan Juga   Menurur I Wayan Eko Wahyudi, kadang fenomena menarik juga terjadi. Memang kadang murid juga suka enggak tahu diri. Kenawhy? karena kadang mereka sering merasa lebih pintar dari gurunya. Ini tindakan yang salah. Dilansir dari quora (dot) com, ada cerita begini .... Pada suatu pagi yang cerah di Pittsburgh, tahun 1995, seorang pria berusia 44 tahun, bernama McArthur Wheeler memutuskan untuk merampok bank. Karena dia pikir dia tahu tentang sifat kimiawi dari jus lemon, dia memutuskan untuk mengoleskan jus di wajahnya sebelum menjalankan rencananya untuk merampok bank. Logikanya - Karena jus lemon dapat digunakan untuk membuat tulisan dalam kertas menjadi tidak terlihat, ia berpikir, hal yang sama akan bekerja pada wajahnya juga. Dengan mengolesi jus lemon ke seluruh wajahnya, dia mengira wajahnya akan menjadi tidak terlihat oleh kamera keamanan di bank. Dia cukup percaya diri akan hal ini dan bahkan memeriksa "trik" -nya dengan mengambil selfie dengan kamera polaroid. entah apakah filmnya rusak, atau kamera tidak dioperasikan dengan benar, tapi mukanya memang tidak terlihat jelas dalam foto tersebut Akhirnya dia memulai perampokannya. Dia merampok bukan hanya satu, tetapi dua bank di Pittsburgh. Beberapa jam setelah dia melakukan pekerjaannya, polisi mendapatkan rekaman video dan memutuskan untuk memutarnya di berita 11 O'Clock. Satu jam kemudian, seorang informan mengidentifikasi McArthur dalam video berita dan menghubungi polisi dengan nama pria itu. McArthur ditangkap pada hari yang sama. Ironisnya, kamera pengintai yang sama yang diyakini tidak akan mampu menangkap wajahnya, membuatnya berada di balik jeruji karena mukanya terlihat jelas dalam kamera pengintai. Selama di interogasi oleh polisi, dia tidak tahu bagaimana dia sampai tertangkap. Kasus unik ini kemudian dipelajari oleh David Dunning dan Justin Kruger dari Cornell University. Dari kasus ini mereka menyimpulkan bahwa orang yang tahu sedikit tidak tahu jika mereka tahu sedikit atau jika menggunakan kalimat yang sedikit agresif; orang bodoh terlalu bodoh untuk tahu kalau mereka bodoh. Fenomena ini kemudian disebut dengan Dunning-Krueger Effect. Oke, sekarang mari lupakan fenomena itu dan balik ke kasus oknum guru yang akhlakless sebelumnya. Nah, dari fakta - fakta di atas itu, kita seharusnya sudah paham … bahwa enggak semua anak itu memiliki kemampuan yang sama. Gue pernah membahas soal ini, kalau enggak salah di Bab atau Chapter dua. Tentang ikan yang dinilai dari cara dia memanjat pohon. Kan, sudah gue katakan juga … kurang gubluk apa lagi orang yang menyuruh ikan itu memanjat pohon? Hah? Faktanya, ini terjadi pada guru - guru di sekolah kita.    Di sini gue mau meluruskan sesuatu dulu, tolong untuk Anda - Anda yang berprofesi sebagai guru jangan tersinggung. Gue benar - benar mengapresiasi profesi ini. Like seriously … banyak juga guru - guru hebat yang sudah mendidik gue sehingga bisa jadi seperti sekarang. Walau belum sukses, tapi minimal membantu mengisi kekosongan di otak. Hati udah sepi, masa otak ikutan kosong? Kan malu saiia. Yang gue bahas adalah beberapa oknum yang profesinya guru tapi sikapnya tidak mencerminkan sebagai guru --- yah, i know that you know what I mean. Gue benar - benar enggak memukul rata, karena memang gue tahu sendiri sangat banyak guru idola yang masih bisa jadi panutan. Mereka - mereka yang benar - benar berdedikasi dan menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk semua siswa - siswinya. Mohon jangan hujat gue, gue anak baik yang pernah terluka karena oknum tersebut dan ingin berbagi pengalaman saja :’)   Tanpa mengurangi rasa hormat, gue hanya curhat. Karena gue benar - benar menyayangkan tindakan seperti ini, yang sayangnya masih saja terjadi di dunia pendidikan. Kagak usah jauh - jauh gue mah memakai contoh orang lain. Diri gue sendiri buktinya. Kejadian itu mungkin sudah bertahun - tahun yang lalu, tapi buktinya sampai sekarang masih sangat membekas di ingatan. Bukan berarti gue dendam dan enggan memaafkan. Serius, gue sudah memaafkan, tapi entah kenapa enggak bisa lupa. Efek lainnya pun gue semakin benci sama yang namanya MTK. Oh iya, Pak XYZ juga sudah berpulang ke Rahmatullah, berdasarkan kabar yang gue dapat dari grup kelasan SMP. Gue sudah memaafkan si Bapak, cuma memang belum bisa lupa. Terbayang betapa dalamnya luka yang kau toreh, Pak? Hehe. Semoga Bapak tenang di alam sana. Doa saya menyertai bapak, dan saya tetap berterima kasih atas pengabdian bapak untuk mendidik anak - anak sebarbar kami.   Genks, dari hal ini gue juga belajar satu hal baru lagi. Yang mungkin selama ini selalu dibilang oleh orang - orang bahwa biarlah waktu yang menyembuhkan. Tapi … mohon maaf nih, gue benar - benar enggak setuju. Waktu memang memudarkan rasa sakitnya, waktu memang membuat luka yang tertoreh mengering. Namun waktu benar - benar enggak menyembuhkan. Hal yang sebenarnya menyembuhkan adalah KEIKHLASAN. Karena ketika lo ikhlas, walau enggak bisa melupakan tapi seolah seluruh beban yang ada di hati lo terangkat begitu saja.   Last, but not least … Dear Bapak dan Ibu Guru … kami ini bukan samsak, lho. Kami bukan bantalan tinju yang bisa kalian gunakan untuk melampiaskan emosi. Kami sendiri pun masih harus mengkhawatirkan mental kami yang masih lembek - lembek anget kayak tahu putih baru diantar dari pabrik. Kami sendiri juga masih lenyeh - lenyeh sok manis kayak permen yupi. Kadang, kami tanpa sadar berbuat salah. Kadang kami bahkan enggak tahu apa kesalahan kami. Tolong, kalau suatu saat kami membuat Bapak dan Ibu lelah, tegur lah kami dengan cara yang kalem. Karena biar bagaimana pun remaja masih tak ubahnya seorang anak yang membutuhkan bimbingan orang tua.   See ya~   * * * * *   to be continued * * * * *   By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD