Bab 17. 2: Ketika Lo Nggak Tahu Harus Ngadu Ke Siapa

1010 Words
Nggak semua orrang di dunia ini baik hati, sebaik Mamak lo. Tapi, nggak juga semua orang di dunia jahat macam emak tirinya Cinderella. Lo nggak tahu, mana yang diam - diam baik tapi vangsadd, dan lo nggak tau juga mana yang bacot - bacot keliatan jahat, tapi justru paling perhatian dan care sama sekitarnya. Jangan judging. Lo bukan Tuhan, ingat itu. Lo nggak punya hal untuk menilai seperti apa kehidupan seseorang. Bahkan, Tuhan yang tahu semua catatan hidup mati lo nggak sesombong itu, bangsul! - kevriawan 2021    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =    Bab 17. 2: Ketika Lo Nggak Tahu Harus Ngadu Ke Siapa  "Jon, nama lo kampungan banget deh!" "Nyokap lo nggak bisa milih nama, ya? WKWKWK!" "Eh, jgn gitu coy ... lo nggak lihat tuh si Jono mukanya udah kayak kang cireng penyok depan sekolah?" "Hahaha ... jangan nangis ya Jon!" "Hahaha ... bgsd ... lebay banget ya lo Jon kalo gitu doang nangis?" Gue ingat, ada masa - masa paling menyakitkan sepanjang tahun gue bersekolah. Seperti yang sudah gue nyatakan di cahpter sebelumnya, kejadian bullying itu berulang. Lo nggak tahu kapan dan bagaimana cara menghentikannya. Karena kita selalu bertemu dengan orang-orang yang berbeda. Saat gue SD dan SMP, teman - temannya asyik. Meskipun sebenarnya mereka juga membully gue dengan memusuhi berjamaah, tapi karena masih bocah dan polos, gue nggak nyadar. Jadi, ya gue nggak peka aja gitu. Mental gue gak terserang damage yang gimana - gimana banget.  Lukanya justru dimulai saat gue mulai beranjak SMP. satu hal yang gue nggak tahu kenapa gue bisa di bully oleh satu angkatan. Ya, lo bayangin aja. satu angkatan, boss! Gue nggak tahu apa dan di mana salah gue. Yang gue tahu, setiap hari gue berusaha sekolah dengan sebisa mungkin tanpa menimbulkan masalah. PR ngerjain, tugas, kelarin, guru menjelaskan ya dengerin. Bukankah itu tugas seorang siswa yang hakiki? Saat SMP dulu, gue masih polos juga deh. Gue nggak tahu kalau ngebilangin temen gue yang lagi boker di toilet itu nyinggung dia. Alhasil dia marah. tapi ya ternyata itu bukan masalah, kita tetap berteman seperti apa adanya. Namun, mulai gue kelas dua SMP, semuanya berubah. Gue yang tanpa sadar membuat masalah sama geng paling famous satu sekolah jadi harus di bully. Tapi ya gue nggak menerima begitu aja.  "Jon, lo sok pinter banget, sih, anjink!"  --- Gue ingat ada yang pernah mengatakan kata-kata semacam ini ke gue dulu, cuma gara - gara gue suka menjawab dan ikut interaksi kelas saat guru menerangkan. Ya, gue nggak tahu apa alasannya mengatakan gue seperti itu. Padahal nggak ada yang salah dengan perbuatan gue. Ya sekarang gini, lo sekolah, tapi nggak paham sama apa yang dijelasin oleh guru. Lo nanya ini itu karena penasaran dan pengin tahu. Tapi malah dibilang sok pinter. Kan gimana gitu ya, ini coba jelasin ... gimana anak bangsa mau cerdas kalau masih seperti ini pola belajarnya. Kalau lo dihina dan jadi di bully cuma gara-gara kebanyakan nanya di kelas, siapa the next yang akan berani bertanya ini itu? Mereka cenderung akan diam dan membusuk bersama kebodohannya. Sementara jenjang pendidikan itu yang bertingkat. Lo mungkin bisa lulus pas-pasan, tapi in the end of this ... saat kita semua mencari pekerjaan ... skill yang dilihat. Ngapain aja lo di sekolah? Oh, gue lupa. Kerja lo cuma ngebully anak yang terlihat mau berusaha lebih. Ada beberapa sebab orang mulai membully. Karena pernah dibully / dirundung sebelumnya, atau saat masa kecilnya. Sehingga masih ada rasa terpendam dan mengeluarkannya kepada orang lain, tetapi korban kadang bisa menjadi orang hebat akhirnya.Karena kesepian sehingga ingin kekuatan dan perasaan penting. Mereka ingin perhatian.Tukang rundung mempunyai masalah dirumahnya. Masalah di rumah merubah orang normal menjadi agresif dengan pikiran yang rapuh. Kepercayaan diri rendah, tidak merasa pintar, tidak merasa atraktif dan tidak merasa berharga.  Untuk mengembalikan rasa ini, cara yang paling gampang adalah merendahkan orang lain, walaupun nanti ada perlawanan dari si korban, tetapi kemudian perundung akan mencari korban yang lebih lemah.Cemburu karena orang yang dirundung lebih darinya.Karena mempunyai ego yang besar.Ingin mendapatkan kesan hebat diantara temannya.Karena melihat orang lain berbeda darinya misalnya dari segi ras, agama, kecacatan, minat s*x, atau yang lainnya.  Alasannya lainnya hanya karena perundungan menarik untuk dilakukan, jadi perlu dicoba. Tidak ada penyebab apapun sebelumnya. Tidak seperti alasan-alasan yang dikemukakan diatas. Hal ini dianggap seperti permainan saja. Bisa untuk mendapatkan kendali dari emosi dan reaksi seseorang. Bisa juga untuk kesenangan dalam mind games. Suka melihat reaksi yang terjadi terhadap hasil rundungannya.Kalau korban melakukan perlawanan makin menarik baginya. Seperti ikan yang menggelepar digenggamannya. Makin kuat kekuatan perlawanan makin bersemangat pelakunya. Sampai akhirnya bila perlawanan terlalu kuat sampai terlepas dari genggamannya. Tetapi itu tidak menjadi masalah dan beban sedikitpun baginya. Tinggal pungut kembali ikannya dan genggam lebih kuat sampai ikan itu lemas digenggaman kehabisan tenaga. Kalau sudah lemas akan tetap akan berusaha digoyang-goyang atau disentil-sentil lagi ikannya dengan rundungan siapa tahu masih ada sisa reaksi. Kalau alasan terakhir ini, yang membuat berhenti hanya kebosanan. Ketika emosi bonekanya sudah rusak dan tidak bisa dipencet tombolnya lagi, sehingga tidak bereaksi apa-apa. Tinggal mencari boneka dengan baterai baru untuk dipencet. Gue cukup kenyang dibully. Sekarang gue  harus apa?   Gue percaya kalau setiap orang punya batas kesabarannya masing-masing. Dan bukan nggak mungkin kalau gue sudah melewati batas kesabaran yang gue bisa selama ini. Apakah hidup memang ampas banget kayak gini? Atau sebenarnya ada hal lain yang seharusnya bisa gue lakukan? Tapi kenapa rasanya sulit banget walau gue nggak berharap banyak. Yang gue mau cuma hidup tenang. Apakah memang sesulit itu? Tapi .... kenapa?  Harus banget gue yang menderita kayak gini, ya Tuhan? * * * * *   to be continued * * * * *   By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD