Bab 45 : Sebuah Jalan Yang Membawa ... (2)

1195 Words
Sebuah Jalan Yang Membawa ... (2) = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = “Dulu sekali, mungkin kita pernah berada di satu jalan, seiring berjalannya waktu kita sadar. Kita ini buta, buta akan takdir kita, pada akhirnya kita kehilangan arah. Aku meraba tanganmu yang tak juga tersentuh, entah di mana, ‘tak kutemukan, sehingga mungkin kusimpulkan kamu berjalan di jalanmu, aku pun demikian. Mungkin sebuah persimpangan telah memisahkan tapi kelak tidak ada manusia yang tahu. Dua jalan yang terpisah ini di mana akan bermuara. Aku pun tidak tahu akan sampai di sana atau lenyap di tengah jalan.” ― Achmad Aditya Avery = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Sudah beberapa hari atau bahkan beberapa minggu berlalu semenjak Zatras mengikuti jejak Rans melintasi gunung Horz seperti berjalan ditanah yang datar dan kokoh. Semakin mereka berjalan, semakin dingin udara dan semakin berat bagi Zatras untuk melangkah maju. Dia telah lupa menghitung hari-hari yang mereka lewati hanya untuk mencapai tempat berdoa untuk Dewi Crystal. Selama ini juga, Zatras masih tidak bisa mewujudkan objek untuk membantunya melangkah melintasi salju yang tebal ini. Rans selalu menggelengkan kepala ketika dia melihat kebelakang. Terkadang langkahnya harus terhenti hanya untuk menunggu Zatras mengejarnya. Rans juga mengetahui kesulitan untuk mempelajari teknik ini. Pada awalnya teknik ini bukanlah sebuah teknik, melainkan sebuah kebiasaan yang digunakan oleh para pemburu untuk dapat melarikan diri dari kejaran hewan buas yang mengancam nyawa mereka. tidak jelas siapa pertama kali yang menemukan teknik ini, namun tujuan dari teknik ini adalah untuk mempermudah ketika menghadapi tumpukan es yang tebal. Teknik ini tidak memiliki nama pasti namun kegunaannya sangat praktik bahkan ketika dalam pertarungan. Kemampuan mewujudkan objek dari aura merupakan keuntungan mutlak ketika berhadapan dengan kematian yang tepat berada dihadapannya. Mereka duduk disebuah gua kecil yang hanya bisa menampung 4-5 orang dengan sebuah api yang menyala didepan mereka. Muka Zatras pucat dan mungkin saja dia sudah membeku jika tidak bisa mengendalikan aura. Perjalanan melintasi gunung Horz sangatlah sulit. Selain medan yang curam, udara disini berkali-kali lebih dingin dari kota beku. Untung saja Zatras menyimpan beberapa herbal yang diberkahi. Menurut Rans, herbal ini membantu semua penduduk beradaptasi dari dinginnya lingkungan di utara. Ketika anak-anak baru terlahir, ada tradisi dibenua utara untuk memberikan herbal ini sebagai makanan pertama untuk mereka. tidak seperti tumbuhan pada umumnya, herbal ini sebenarnya terbentuk dari semacam kekuatan ilahi dan akan menjadi energi yang larut jika dikonsumsi. Zatras mendengarkan semua hal yang disampaikan oleh Rans sambil menikmati makanan mereka dan meminum sebotol alkohol yang sudah dihangatkan. Ini adalah kemewahan ditengah dinginnya salju malam yang tetap berhembus. “Jadi bagaimana tentang teknik yang kau gunakan untuk berjalan ?” Zatras tidak lagi bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Salah satu cara tercepat untuk belajar adalah bertanya kepada ahlinya dan memahami dasar-dasar dari kemampuan itu. “Mengingat ini adalah kemampuan unik yang terbentuk dari sebuah kebiasaan, ini tidak dimaksudkan untuk hal lain selain bergerak. Yang perlu ditekankan dalam teknik ini adalah penguasaan aura seseorang. Sudah sejauh mana kemampuan dan keahlian seseorang dalam mengendalikan aura akan menentukan waktu yang diperlukan untuk belajar teknik ini.” Tanpa menunggu Zatras untuk memahami, Rans membentangkan tangannya. Zatras semakin heran dengan apa yang akan dilakukan oleh Rans. Pasalnya dia belum pernah melihat seseorang membentuk sebuah objek hanya dari aura. Namun ketika memikirkannya dia ingat bahwa pria ini adalah sebuah keganjilan. Zatras tertegun dan terkejut. Dia bahkan tidak melanjutkan memakan daging kering yang dipegangnya. Pria tua itu, Rans dia berhasil membuat sebuah aura berbentuk pipih di tangannya. Namun hal yang lebih mengejutkan adalah dia melempar aura itu seperti sebuah s*****a dan anehnya aura itu tidak menghilang setelah dia lempar namun malah menancap dengan kokoh diantara dinding gua. Ini suatu diluar nalar. Zatras tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan apa yang sedang terjadi. Dengan sebuah tepuk tangan keras, Zatras tersadar dari lamunannya. “Jika kau bisa mewujudkan objek seperti itu , barulah kau bisa menggunakan teknik itu.” Rans tidak menjelaskan lebih lanjut namun melanjutkan menengguk alkohol ditangannya. Mungkin perjalanan ini lebih berharga dari ratusan peti emas. Ini adalah hal yang benar-benar membuka mata Zatras tentang seberapa luasnya dunia. ~ Rasa haus dan kelelahan ekstrim ditambah hawa dingin yang menusuk kulit membangunkan Alesha dari tidur panjangnya. Dia membuka matanya dan memulihkan kesadarannya namun tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. “Kau sudah bangun rupanya.” Itu adalah suara serak dari seorang pria tua. Kondisi pria tua itu tidak lebih baik darinya. Hanya menggunakan beberapa herbal tradisional yang dibungkus kain, Alesha dan Golgoda berusaha bertahan dari kematian yang semakin mendekat. “Bagaimana dengan monster itu ?” Alesha berbicara dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Tidak seperti biasanya, suara lantang yang memerintah kini berganti menjadi suara seorang gadis yang menderita dan berada diambang kematian. “Aku membunuhnya dengan harga yang pantas.” Golgoda tidak melanjutkan lebih jauh percakapan ini dan segera melumuri luka Alesha dengan herbal yang digiling secara halus. Alesha melebarkan matanya melihat Golgoda yang sedang mengobati lukanya. “Dimana lengan kirimu ?” Itu adalah harga yang termasuk pantas ketika berhadapan dengan seorang monster. Bahkan Golgoda termasuk beruntung karena monster itu hanya menebas tangan kirinya dan bukan kepalanya. Alesha juga mengerti dengan jelas hal ini. Buktinya adalah luka tebasan monster itu dangan dalam dan rapi. Seperti pisau panas yang memotong mentega, luka ini akan meninggalkan bekas dan trauma bagi Alesha ketika memikirkan pertarungannya. Harga dirinya runtuh ketika mengingat dengan jelas setiap serangan dari monster tua dikota beku. Kondisi Golgoda mungkin lebih parah, dia mendapat luka bekas tusuk diperutnya. Namun selama ini dia hanya menahan luka itu dengan sihir penyembuhan dasar dan mengobati Alesha. Korps Kesembilan yang memulai perjalanan bersama dengan Alesha dan Golgoda kini telah musnah oleh seorang monster tua yang tidak diketahui oleh dunia. Mereka menang bukan karena keberuntungan ketika melawan monster itu. Keberuntungan adalah faktor yang tidak pasti ketika melawan seseorang yang kekuatannya jauh diatas mereka. serangannya berat dan pergerakannya cepat. Inilah hal yang membuat pengguna aura yang bisa mengontrol aura dengan hebat menjadi monster kemanapun mereka pergi. Alesha berusaha menahan kesedihannya atas kehilangan semua bawahannya. Golgoda tidak mempedulikan kesedihan Alesha yang berbaring tanpa daya disebuah tempat tidur yang dia buat dengan dari sihir tanah. Mereka mengisolasi diri mereka dari dunia luar dengan menutup pintu keluar dari gua. Mereka bertahan dengan persediaan dari kota beku yang disimpan oleh Golgoda didalam ruang dimensionalnya. Mungkin perlu waktu bertahun-tahun bagi mereka untuk pulih karena kurangnya obat-obatan dan mungkin perlu waktu seumur hidup untuk memulihkan trauma dari pertempuran ini.  Ketika seorang kapten dari Korps Khusus kehilangan semua bawahannya, maka tidak ada alasan bagi dirinya untuk memimpin dan bangkit kembali dalam posisi militer kekaisaran. Kemampuan dan kapabilitasnya akan dipertanyakan dalam pengadilan militer. Yang paling buruk dari itu semua adalah pengasingan dan pencabutan gelar bangsawan pada dirinya. Alesha mengetahui konsekuensi ini dan memutuskan menerimanya terlepas apapun hukuman yang menantinya. Kini dia sedang memulihkan dirinya untuk menghadapi dunia yang akan menjadikan dirinya musuh. Sama seperti halnya Zatras, mungkin dia akan dikejar oleh kaisar yang dia layani. * * * * * * * * T B C * * * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD