Bab 44 : Sebuah Jalan Yang Membawa ... (1)

1180 Words
Sebuah Jalan Yang Membawa ... (1) = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Aku tidak menghindari apa pun. Aku mencoba, aku mencari dan aku berusaha. Kadang menemukan, kadang tidak. Kadang berhasil, namun lebih sering gagal. Ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Tapi aku tidak berhenti. Kalau pun harus berhenti, hanya untuk memastikan bahwa aku akan tetap baik baik saja. Aku menikmatinya. Perjalanan ini, betapa pun berat selalu ada sisi yang menyenangkan. Apa pun yang sudah aku lalui, tak akan membuatku surut. Yang aku tahu pasti, aku merasa bahagia.” ― Titon Rahmawan = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Setelah melihat serangan yang begitu kuat, kewaspaan Alesha terhadap pria tua itu menjadi semakin besar. Selain masa pelatihan yang dijalani oleh dirinya, ini adala pertama kalinya dia melawan monster tua yang bahkan tidak dikenal oleh dunia luar. Pada awalnya ini adalah pertarungan mental dan tekad antar kesatria. Mereka secara bersamaan melepaskan aura dan niat membunuh yang bisa mencekik siapapun. Alesha merasakan dirinya merinding dan keyakinannya goyah. Aura yang semula mencekam dari kedua pihak kini didominasi oleh aura dari pria tua itu. Bahkan sebelum berkedip ujung tombak yang tajam menghadap tepat didepan mata Alesha. Dia terkejut akan kejadian yang secara tiba-tiba itu. Sebuah shield biru muncul didepannya tepat menghalangi tombak itu untuk menusuk dan menghancurkan kepala Alesha. Itu adalah Golgoda yang berdiri dibelakang Alesha. Dia menjulurkan tangannya kedepan kemudian sebuah ledakan terjadi ditubuh pria tua itu. Itu adalah sihir api yang diluar logika bahkan untuk Alesha sendiri. Dirinya memang mengetahui seberapa mampu Golgoda dalam sihir. Namun dia tidak menyangka akan sampai pada tingkat seperti ini. Pria tua itu didorong mundur dan memblokir ledakan itu dengan tombak dan aura di sekujur tubuhnya. Dia melirik Golgoda dengan tatapan acuh tak acuh. Seakan hasil pertarungan ini tidak akan berubah dengan kehadiran seorang penyihir. Sebuah objek terbentuk dibawah kakinya untuk menopang pria itu saat melesat kedepan. Ini adalah teknik aura yang sama yang digunakan oleh Rans untuk berjalan di tumpukan es. Dia menerjang kearah Golgoda dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat. Ujung tombaknya seperti taring ular yang berbisa. Namun Alesha terlebih dahulu bereaksi dan menepis terjangan pria itu. Golgoda tidak membuang kesempatannya dia segera menggunakan sihir es untuk membekukan kaki pria itu dan menahannya untuk sementara. Namun sayangnya sihir es tidak banyak berpengaruh terhadap pria itu. Dia menggunakan objek itu untuk menghindari es yang membekukan kakinya ditanah. Golgoda mengangkat alisnya dengan raut yang heran. “Bagaimana dia bisa menggunakan aura seperti itu ?” Alesha hanya bisa tersenyum kecut saat melihat pria itu mundur. Serangan Alesha sama sekali tidak bisa mengenai pria itu. Dia bergerak sangat licin seperti ular dan tiba-tiba dia akan menerjang dengan agresif seperti harimau. Hal ini membuat kepala Alesha menjadi sakit untuk berfikir cara menghentikannya. “Tetap Fokus Alesha !” Golgoda berteriak untuk memecah Alesha yang melamun. Kesadaran Alesha kembali ketubuhnya namun tombak itu tepat menusuk pinggang Golgoda. Mereka tidak bisa bereaksi terhadap kecepatan yang tidak masuk akal. Ketika perhatian pria tua itu tertuju pada golgoda Alesha mengambil kesempatan menerjang dan menusuk d**a pria tua itu. Namun dalam kondisi yang tidak diuntungkan, dia masih bisa menghindari titik vital dan serangan Alesha menusuk bahu kiri pria tersebut. Pria tua itu bereaksi dengan cepat. Tangan kanannya mengambil pisau dari saku nya kemudian menusuk perut Alesha dengan pisau itu. Itu bukanlah luka yang dalam bagi seorang kesatria yang menggunakan zirah. Namun sebuah luka bisa menentukan hasil pertarungan ini. “Dia seorang ahli. Kau harus tetap fokus bertahan dan aku akan menyerang.” Itu adalah telepati yang digunakan oleh Golgoda untuk berkomunikasi dengan Alesha. Musuh mereka mungkin tidak menguasai sihir, namun penguasaannya terhadap aura tidak bisa dianggap remeh. Mereka bertiga kembali menjauh satu sama lain dan menjaga jarak. Keuntungan bagi Golgoda dan Alesha adalah tombak pria itu sudah menancap dengan kuat disebuah tembok dibelakang Golgoda. Pria tua itu hanya menggunakan sebuah pisau kecil ditangan kanannya. Luka dipundak kirinya menambah kepercayaan bagi Alesha. Sebelum pemikiran mereka berdua selesai, mereka memucat. Itu adalah kejutan besar bagi mereka. Misi mereka adalah untuk menangkap Zatras dan membunuh Arden, bukan untuk memburu monster ini. Itu adalah sebuah Aura yang membentuk pedang dari sebuah pisau kecil dan bukan aura yang melapisi pedang seperti pisau. Ada perbedaan kualitas dan kuantitas bagi kedua hal tersebut. Bahkan Zatras yang dianggap berbakat dan memiliki potensi tak terbatas tidak akan mampu mewujudkan aura seperti pria tua dihadapan mereka. Mungkin saja 5 jendral besar dikekaisaran akan mencapai tingkatan ini dalam 20 sampai 30 tahun kedepan. “s**l. Serang sekarang atau kita berdua mati.” Golgoda berteriak dengan raut muka ngeri. Alesha yang melihat hal itu juga mengerti betapa menyeramkannya orang yang bisa mewujudkan aura hingga ketingkat seperti itu. Alesha segera menerjang kedepan sejauh 10 meter dengan satu langkah kuat. Ini adalah salah satu kesempatannya untuk menggangu konsentrasi dari pria tua itu. Dia menerjang mendekat dengan cepat dan hanya perlu 3 meter lagi untuk mencapainya. Namun kenyataannya Alesha tidak pernah mencapai pria tua itu. Dia tertebas bahkan sebelum bisa melihat ayunan pedang itu. Rasa nyeri dan sakit terasa sepanjang bahu kanan hingga pinggang kiri Alesha. “Bagaimana mungkin aura bisa memotong sesuatu bahkan tanpa mencapainya ?” Golgoda juga merasa heran melihat apa yang terjadi didepannya. “Nampaknya kalian bukanlah salah satu dari Jendral kaisar boneka itu, benarkan ?” Pria tua itu berbicara dengan nada yang datar dan raut muka tanpa ekspresi. Tanpa menunggu jawaban dia segera beralih target selanjut kepada penyihir yang berdiri agak jauh dari dia. Dia meninggalkan tubuh Alesha yang tergeletak lemah dan segera menerjang kearah Golgoda. Merasa terancam Golgoda segera memasang barir 3 lapis didepannya untuk mengulur waktu. Dia segera melakukan rapalan sihir ganda dan membuat duri dari tanah dibawah kaki dari prajurit itu. Tidak ada satupun serangan Golgoda yang mengenai pria tua itu. Dia berbelok dan menghindar dengan gesit seperti ular yang merayap ditanah. Dengan menghunuskan tombak aura dia berniat menembus perisai itu. Ini benar-benar kekacauan besar ditengah kota yang digenangi darah seluruh penduduknya. Ledakan akibat bentrokan pelindung dan aura yang berbentuk tombak bergema disekitar. “Jadi bukan hanya memiliki kualitas namun kau juga mampu mewujudkan objek menggunakan aura bukan ?” Golgoda berteleportasi menjauh ketika tombak itu menghantam perisainya. “Sudah kuduga kau tidak seperti wanita bodoh disana.” Pria itu terus menerjang kearah Golgoda untuk menutup jarak mereka. namun setiap serangan diluncurkan itu hanya mengenai perisai Golgoda.  Disisi lain, Golgoda terus melakukan rapalan ganda dengan berbagai macam sihir pertahanan dan serangan disetiap saat secara bersamaan. Bahkan dia harus memaksa dirinya merapalkan tiga sihir secara bersamaan. Ini mungkin tindakan bunuh diri bagi para penyihir, namun dalam situasi hidup dan mati seperti ini itu tidak berlaku. Fokus dan mental Golgoda terus terkuras secara drastis, disisi lain pria tua itu tidak terlihat berkeringat sama sekali. Tombak dari aura itu menembus perut Golgoda ketika perisainya belum dirapalkan. Namun disisi lain tombak es yang muncul dari tangan Golgoda juga menembus d**a pria itu. * * * * * * * T B C * * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD