Lima

1154 Words
Yogi melangkahkan kakinya menuju club' atas rasa penasaran yang ia rasakan. Memantapkan langkah kaki menuju ke ruangan di mana ia bertemu dengan Rei tempo hari. Pria dengan tatapan dingin itu bergerak cepat membuka pintu, melihat Rei yang duduk di sana, menunggu. Yogi berjalan cepat dan duduk di samping Rei. "Kenapa kamu ke sini?" tanya wanita itu. Tak ada jawaban yang diberikan Yogi selain kecupan bibir yang dengan cepat menjadi ciuman dan lumatan. Yogi mencium semakin dalam, seolah ingin membuat Rei merasa sesak. Tangan wanita itu merambat ke tangan Yogi kemudian mencengkram kuat-kuat. Yogi melepas tautan di antara keduanya dan kini ia menatap Rei, wanita yang kini melihatnya dengan tatapan bingung. "Mas mau apa?" tanya Rei terdengar sensual saat ia memanggil Yogi dengan sebutan Mas diikuti dengan desahan. Pria itu tersenyun ansimetris, misterius. Tak ada jawaban selain helaan napas yang hangat dan berat. Rei mengerjapkan matanya, menunggu jawaban yang seharusnya ia tau apa maksudnya. Alih-alih menjawab, Yogi mencium bibir berisi itu lagi. Pria itu semakin menggebu menekan ciuman pada bibir Rei. Lagipula tak ada penolakan yang ia rasakan. Yogi merasa diterima sehingga ia semakin terbuai oleh hasratnya sendiri. Ciuman Yogi meluncur ke leher Rei memberi sebuah kecupan yang kemudian menjadi jejak kemerahan. "Oh," satu desahan lolos tak kala Yogi membuat tanda lagi dan lagi. Keterkejutan yang dirasakan Rei berganti dengan kepasrahan tak kala Yogi menyerangnya bertubi-tubi seolah tak ingin memberikan sedikit saja ruang bagi Rei untuk bernapas. Lehernya mendongak memberikan akses bagi pria itu untuk menjelajahi tanpa permisi. Tangan Yogi mulai melucuti pakaian yang ia kenakan. Ia juga membuka satu persatu kancing kemeja Rei, kini menunjukkan bra hitam yang menyembul, penuh kemudian ia rengkuh. Yogi segera meremas dengan gemas, kemudian menurunkan hingga terlihat katup kecoklatan di ujung d**a yang jadi candu untuknya. Bibirnya mendekat dan berniat melahap dan isap seperti tempo lalu. Hanya saja kali ini kantong s**u kesayangannya itu kosong. Ia tak peduli. Hasratnya harus dituntaskan. Tangannya tak tinggal diam yang satu meremas yang lainnya mengusap punggung halus menambah stimulus bagi Rei. Rei mendongak apa yang ia rassakan seperti sebuah kegilaan yang membuatnya pasrah.Dan Yogi tentu tak tahan lagi, Tak tahan lagi untuk berlama-lama ia sudah dibat gila oleh tubuh wanita ini. Kemudian dengan tergesa menurunkan celananya. Sejak tadi sudah ada yang mendesak ingin dipuaskan. Yogi meraba pelan untuk memastikan, kemudian menghujamkan ke dalam lembah yang lembab itu. "Oh, Mas," desahan sensual buat Rei tak tahan. Yogi terdiam sejenak, mengatur diri ingin menikmati har yang hebat bersama Rei. Yogi baru saja akan bergerak. Sebelum .... "Yogi!!!" Seruan Jimmy terdengar. "Gi!!" Yogi mengerjap, mendapati guling yang berada di depan wajahnya dengan kain yang basah. Bukan hanya itu, bagian celananya juga basah. Sudah lama sekali sejak ia mimpi basah. Terkahir kali waktu SMA ia mimpi berhubungan intim dengan guru bahasa Inggrisnya. Dan kini dengan perempuan gendut yang bahkan tak pernah masuk klasifikasinya. "Aish sial!" maki Yogi yang ternyata hanya bermimpi. "Udah bangun!" teriak Yogi. Pria itu kemudian segera bangkit dan mandi. Pikirannya benar-benar acak-acakan akibat memimpikan wanita itu. Rei itu gendut, wajahnya juga nggak terlalu cantik, tapi kenapa tiba-tiba saja bisa masuk ke dalam mimpinya Yogi? Itulah yang ada di pikiran pria berkulit putih itu saat ini. Memang sih ada yang bilang kadang ketertarikan itu datang dengan cepat akibat berhubungan intim. Dan apakah itu juga yang kini tengah dirasakannya? Yogi segera turun ke bawah setelah ia siap. Pria itu kemudian duduk di kursi yang berhadapan tepat dengan Jimmy. Si pemilik mata sayu itu sudah selesai sarapan, saat Yogi mandi tadi ia menikmati secangkir teh dan juga roti panggang dengan selai kacang dan coklat. "Kenapa sih kalau pakai ke sini pagi-pagi?" Pertanyaan Yogi membuat Jimmy menjadi bingung. Masalahnya ini bukanlah pertama kalinya Jimmy datang kemari pagi-pagi seperti ini. "Loh, emang ada yang salah? Gue kan emang sering datang ke sini pagi-pagi." Iya sih, Jimmy biasanya datang pagi-pagi ke rumah ini? Tapi biasanya Yogi tidak sedang bermimpi seperti tadi. Yogi sepertinya kesal karena mimpinya pagi ini tidak tuntas. "Ganggu," kesal Yogi lagi. Jimmy bingung, sebenarnya ada apa dengan Yogi malam tadi sehingga menjadi kesal seperti ini? "Lo udah ngomong sama Clarissa? Dia marah sama lo ya?" "Gue belum ngomong sama dia. Belum hubungin sama sekali, mungkin nanti." Yogi berkata Kemudian sibuk dengan sarapan paginya. "Terus kenapa lo marah dan kesel kayak gini? Ada sesuatu kah semalam?" Jimmy bertanya lagi karena ia tahu kalau Yogi kesal itu pasti ada sesuatu yang terjadi. Sayangnya, Yogi tak mungkin memberitahu pada Jimmy. Kalau sepupunya itu mengganggu ia yang tengah bermimpi sedang melakukan hubungan intim dengan Rei, wanita gemuk yang terlibat kegiatan ranjang dengannya tempo hari. Tentu saja jika Jimmy mengetahui itu, Jimmy akan menertawakan dirinya dan ia tak mau ditertawakan oleh sepupunya itu. "Enggak, gue cuma lagu sebel aja. Gara-gara kemarin penata rias salah ngasih lipstik." Yogi beralasan. Ini menerima saja alasan itu karena memang sepupunya kadang sedikit random. Juga sudah mengetahui apa yang terjadi perihal lipstik itu. Orang-orang di kantor sudah tahu kandang Yogi memang semenyebalkan itu. Jadi bukan hal aneh lagi kalau sebuah hal kecil bisa mengganggu moodnya sampai hari ini. *** Yogi melakukan kegiatan seperti biasa di kantor. Pikirannya masih sedikit berantakan akibat mimpi yang ia alami semalam. Perasannya juga menjadi semakin buruk. Karena semua itu setelah pulang bekerja Ia segera berjalan menuju klub untuk bertemu dengan Rei. Sore itu club masih sangat sepi, Rei ada di dekat meja kasir tengah membicarakan sesuatu. Salam satu lirikan saja Yogi sudah bisa mengenali wanita itu. Mungkin juga karena ia adalah satu-satunya wanita bertubuh gemuk di klub. Seragamnya memang sedikit berbeda, bahkan terlihat bebas sepertinya ia bukan pelayan. Sejak tadi Yogi mengidentifikasi memperhatikan setiap gerak-gerik Rei. Tak ada yang aneh, wanita itu terlihat sangat hangat dan ramah kepada para karyawan. Dia juga tak banyak melakukan kegiatan di klub ini dan sejak tadi hanya mengobrol saja. Yogi kemudian memanggil salah seorang karyawan yang berada dekat dengan dirinya. "Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya sang pelayan ketika ia berada di dekat Yogi. "Perempuan yang gendut itu dia siapa ya?" Yogi bertanya. "Itu Mbak Rei, admin Pak. Tapi kadang juga jadi guide." "Guide?" "Iya, mau namanya nggak dipakai untuk memesan room di club bisa pakai nama mbak Rei. Bukan cuman klub ini tapi juga beberapa klub lain." Pras menjawab. "Oke makasih," ucap Yogi. Yogi menatap terus, ia bahkan kini bisa melihat bagian d**a Rei yang basah. Yogi jadi terbayang rasa s**u dalam wadah hidup itu. Dengan cepat ia gelengkan kepala. Pria itu kemudian berdiri berjalan menghampiri dengan sangat cepat. Tentu saja di hampiri seperti itu membuat Rei merasa terkejut. "Ada yang bisa saya bantu?" sapa Rei ramah. "Banyak," jawab Yogi. Mendapat jawaban seperti itu tentu saja Rei menjadi bingung. "Bapak mau guide room?" Yogi anggukan kepala. "Boleh, di sini sekarang. Karena saya mau ngomong ke kamu." Rei jelas semakin bingung, apalagi pria di depannya itu kini terlihat marah dan kesal. "Maaf?" "Saya Yogi Finanda." "Ah," desah Rei yang menggelitik telinga Yogi. Sementara itu ia juga jadi mengerti alasan kenapa pria itu tiba-tiba mendekatinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD