empat

1234 Words
"Gue berangkat agak siang ya? Habis jemput Bebe sekalian mau rehat. Kepala gue sakit banget," kata Rei pada Wiji, atasan yang juga adik kelasnya dulu. "Lagian kamu ngapain sih Kak, pakai mabok segala?" tanya Wiji. "Enggak ingat aku, kenapa bisa mabok banget kayak gitu. Ya Udah ya gue mau masak dulu buat Bebe." Rei ini pembicaraannya karena ia tak mau juga diselidiki lebih lanjut. "Oke, oke," kata WIji kemudian mematikan sambungan telepon. Pagi tadi sudah berjanji pada Bebe untuk memasakkan makanan kesukaan putrinya. Strawberry suka sekali spaghetti dan itu cukup mudah di masak. Bukan dengan saus bolognese, tapi di buat dengan kuah yang terbuat dari s**u full krim dan kaldu jamur. Rei biasa menyebutnya stup spaghetti itu masakan yang biasa dibuat sang mami untuknya. Dan kini ia memasak itu untuk putri kesayangannya. "Kok tumben sih Kak lo pulang pagi buta gini?" tanya Sinta yang baru saja selesai mandi. Sebenarnya rumah Sinta tepat berada di samping rumahnya. Hanya saja tadi mesin air milik sahabatnya itu rusak. "Hmm, iya, sibuk. Sorry lo jadi nginep buat jagain Bebe." "Jujur sih gue enggak apa-apa jagain Jil, cuma lo tau kan, dia itu tanya lo terus." Sinta berkata kemudian membantu Rei. "BTW Kak, gue mau ngomong sama lo." Rei menghentikan kegiatannya kemudian menatap pada Sinta. "Kayaknya penting nih. Mau ngomong apa?" "Lusa gue balik ke kampung," kata Sinta dan membuat Rei menjadi bingung. Karena jika Sinta tak ada ia tak tahu di mana akan menitipkan putrinya. Apalagi sulit untuk percaya kepada orang lain. "Yah, terus Bebe aku siapa yang bantuin jaga?" tanya Rei. "Lo kan tau, gue udah dua tahun enggak balik ke Lampung. Bokap gue juga sakit dan ibu gue minta gue buat balik." Rei mengerti mengapa temannya itu harus kembali ke kampung, hanya saja ia memikirkan bagaimana nasib putrinya. Apalagi ia tak bisa percaya pada orang lain. Sejak kembali dari Australia setelah pernikahannya gagal, Rei hanya bisa percaya pada Sinta. "Ya udah kalau kayak gitu. Lo hati-hati ya nanti." "Jil gimana kak?" Sinta bertanya, sebenarnya tak tega juga meninggalkan anak itu. Apalagi sudah empat tahun ini ia yang membantu Rei menjaga anak itu. "Gue nanti bisa bawa dia ke kantor dulu. Gampang, enggak usah lo pikirin. Atau gue minta nyokap gue buat k sini nanti." Tentu saja dengan meminta sang ibu ke sini, Rei harus mengorbankan harga dirinya. Dulu sang ibu menentang hubungannya dengan sang mantan suami. Dan Rei nekat menikah dengan Bumi dengan alasan klasik, karena terlalu mencintai Bumi dan akhirnya kini? Pria itu malah meninggalkannya dengan perempuan lain yang jelas lebih cantik darinya. Pekerjaan Bumi sebagai seorang fotografer yang membuatnya banyak bertemu dengan banyak gadis cantik. Dan pada waktu itu, salah satu dari model yang ia tangani proyeknya berhasil merebut suaminya. Selesai memasak dan makan dia segera melakukan kegiatan rutinnya yaitu memompa ASI miliknya. ASI ini harus diantarkan ke rumah Indah, ia antarkan saat nanti akan menjemput Bebe. ASI Rei melimpah, kanan dan kiri bisa jadi satu botol besar. Padahal awalnya dulu sama sekali tak keluar, karena ia stress setelah bercerai dengan mantan suaminya. Lalu terus memaksakan, juga meminum aneka suplemen herbal untuk membantu. Dibantu dukungan Indah dan juga Sinta saat itu, akhirnya ia berhasil mengatasi depresi dan stres yang dirasakan, kemudian menghasilkan ASI yang ia berikan kepada Putri nya. Rei kadang merasa sedikit bersalah, karena Bebe selama 4 bulan sempat menyusu dengan s**u formula. Wanita itu menaiki motornya sampai akhirnya tiba di rumah Indah. Sahabatnya itu sudah menunggu di teras seraya menggendong bayi cantiknya. Rei memberikan kotak berisi 2 kantung asi pada Indah. "Cantik amat sih anak mami Rei," kata Rei menggoda Zee yang ada dalam gendongan sang ibu. "Lo kemana kemarin?" tanya Indah. Rei terdiam, tak ingin mengatakan apapun tetapi mulutnya tak tahan untuk memberitahu. "Lo jangan marah." Indah anggukan kepalanya. Meyakinkan diri kalau ia tak akan marah pada sahabatnya itu. "Kemana?" "Gue mabok, terus iwiw iwiw sama cowok." Rei berkata dengan wajah bersalah. "Heh!" Indah berteriak seraya memukul pundak Rei. Teriakan dari mulut cemprengnya bahkan berhasil membuat bayi kecilnya menangis. " Nangis kan? Lo sih teriak-teriak." "Heh gubluk, jangan macem-macem Lo. Astaga, kalau Lo hamil gimane Bambang?!" Indah kesal dan kini ia berusaha keras untuk memelankan suaranya agar tak ada yang mendengar. "Yaudah," saut Rei asal. "Asli ya mau gue ulek mulut Lo. Lo emang ga ada alat mainan, timun, terong apa botol apa gitu. Jangan pakai yang beneran!" Kesal indah dan kini berbicara seperti seorang laki-laki. Rei menutupi telinga Zee. "Maafkan mulut mamakmu yang berdosah itu nak." "Sumpah ya Rei!" Indah rasanya ingin memukul terus sahabatnya itu agar mendapatkan kesadaran. Rei kini berlari meninggalkan sahabatnya itu dan dengan cepat menggeber motornya untuk meninggalkan rumah Indah. Rasanya itu adalah cara yang paling tepat untuk membuat Indah berhenti marah-marah padanya. . . . Sementara itu di lokasi lain, kini Yogi tengah sibuk memerhatikan pemotretan salah satu model pilihannya untuk produk lipstik terbaru dari perusahaan miliknya. Pria itu cukup perfeksionis dalam segala hal, bahkan hingga pemilihan model pun ikut turun tangan. Dan selalu disaat pemotretan Ia juga hadir untuk memerhatikan dan memberikan masukan. Model berdiri dengan cantik menggunakan baju berwarna merah, memegang produk lipstik terbaru mereka seri bold. Hanya saja Yogi merasa ada sesuatu yang kurang. "Cut!" Pria itu berteriak membuat semua yang ada di sana menghentikan kegiatan. Deff, sang fotografer menatap dengan heran. Kenapa tiba-tiba saja sang atasan meminta kegiatan mereka dihentikan. "Lipstiknya terlalu gelap, kenapa kalian pakai warna Mahogany 420d09? Ganti! Bran Red!" Yogi memerintahkan. Tentu saja mendengar teguran dari sangat Hasan membuat penata rias segera mengganti lipstik sesuai dengan permintaan. Dari kejauhan Yogi memerhatikan kemudian pria itu berteriak sekali lagi. "Itu burgundy! Saya bilang Bran Red! Aih!" Yogi berjalan mendekat kemudian memerhatikan lipstik terbarunya yang terdiri atas empat warna. Dan ia mengambil warna yang ia maksudkan kemudian memberikan kepada sang perias. "Bran Red," katanya menekankan. Yogi kemudian mendekati sang fotografer. "Foto-foto sebelumnya nggak dipakai pakai foto yang sekarang. Lipstiknya terlalu gelap, terkesan tua. Dan enggak menonjolkan kecantikan bibirnya. Padahal saya pilih dia sebagai model karena bibirnya yang cukup seksi." "Sebelumnya, juga sudah oke Pak. Bapak boleh lihat hasilnya." Deff mengatakan itu. Sementara itu Yogi tetaplah Yogi. Ia mengangkat tangannya. " Saya enggak suka yang tadi, ulang semua, mengerti Pak Deffian Buming Pranojo?" Pria berkulit pucat itu menekankan. "Baik Pak." Deff mengerti, meski kesal setengah mati. Karena ia harus mengulang kembali. Padahal ini sudah kostum ketiga. Dan seperti biasa sang CEO berkulit pucat itu memutuskan untuk berjalan keluar meninggalkan orang-orang yang kesal karena dirinya. Tentu saja karena mereka harus mengulang semua foto tadi dengan lipstik pilihan Yogi. Yogi berjalan menuju ruangannya di atas meja sudah ada makan siang yang disiapkan oleh sekretarisnya, Siska. Is menggunakan waktu singkatnya untuk makan siang. Ada s**u rasa pisang yang biasa ia pesan. Yogi memegangi s**u kotak itu. Tapi yang teringat malah adegan di mana ia menyesap p****g Rei, sementara wanita itu bergerak di atasnya naik dsn turun. Yogi dengan cepat menggelengkan kepalanya kemudian meletakkan kembali s**u itu di atas meja kerjanya. Yogi itu sampai usianya saat ini masih suka sekali minum s**u pisang. Dan itu sudah menjadi keharusan di setiap pagi dan siang. "Gue kenapa sih?" tanyanya dalam hati. Dalam aktivitas ranjang, bisa dikatakan itu bukan hal yang pertama kali di mana Yogi melakukan kegiatan seksual. Hanya saja ada daya tarik tersendiri saat ia merasakan bermain s*x seraya menyesap s**u milik wanita lawan mainnya. Seperti sebuah ketagihan yang ingin ia ulang. Hal seperti ini baru pertama kali dirasakannya dan jujur saja membuat Yogi merasa sedikit frustrasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD