tiga

1171 Words
Yogi duduk di kursi kerjanya, sejak tadi satu persatu malam panas yang ia habiskan dengan Rei muncul di dalam ingatannya. Sambil menatap ke depan ia memegangi bibirnya, sambil mencubit-cubit perlahan, kemudian mengigit bibir bawahnya. Ia ingat bagaimana melakukan hubungan seraya meminum langsung s**u dari sumber lawan mainnya, menarik dan buat ia inginkan lagi. Permainan malam tadi pengalaman pertamanya melakukan hubungan intim seperti itu. Ada sensasi berbeda, mendesak untuk ia ingat dan kini memuat sensasi menjalar yang awalnya ia nikmati. Yogi kemudian gelengkan kepalanya, kini berusaha menepis ingatan yang sepersekian detik lalu ia nikmati. "Clarissa, Clarissa," ucap Yogi mencoba mengingat gadis itu saja. Saat itu pintu di ketuk, terdengar suara sepupunya Jimmy. Yogi segera mempersilahkan Jimmy untuk masuk ke dalam ruangannya. Pria bermata sayu itu berjalan masuk, si playboy kelas kakap. Bahkan ia berjalan dengan cara dan tatapan yang sensual. Dan jelas itu yang menjadi daya tarik utamanya. Jimmy duduk di kursi yang berseberangan dengan meja kerja Yogi. Ia menatap Yogi yang sedikit terlihat kacau. "Kenapa?Gagal sama Rissa semalam?" Yogi mengangguk pelan. "Kok bisa?" tanya Jimmy terkejut juga dengan jawaban yang diberikan oleh Yogi. Padahal sudah direncanakan dengan baik. Dan memang itu adalah ide Jimmy. Pria itu merasa hubungan bisa dengan cepat dibangun dengan hubungan seks. Dan dengan polos dan bodohnya, Yogi mempercayai itu. Ia menyetujui apa yang dikatakan oleh Jimmy. Jimmy mengatakan kalau Yogi harus mencari waktu dan cara untuk bisa berhubungan intim dengan Clarissa. Rencana yang sudah ia susun selama dua bulan itu akhirnya bisa ia jalankan semalam dan gagal. "Enggak tau, dia pulang mungkin. Dan sampai sekarang dia enggak hubungi." Yogi berkata dengan kecewa. Jimmy berdecak lalu berpikir tentang alasan kenapa Clarissa meninggalkan tempat itu begitu saja. "Dia sama sekali enggak kabarin atau ngomong apa-apa sama lo?" tanya Jimmy lagi. "Enggak, dia kabur gitu aja." "Hmm, kalau ada sesuatu yang penting dia pasti kabarin. Kecuali--" ucapan Jimmy terhenti lalu menatap Yogi dengan tatapan ragu. Tentu saja Yogi merasa tak nyaman dengan tatapan Jimmy padanya, ia kemudian bertanya. "Kecuali apa?" tanyanya. "Kecuali dia tau kalau lo mau jebak dia. Ya, wajar namanya mau dijebak kan? Pasti kabur." Jimmy berkata lagi sambil kini menyandarkan tubuhnya pada kursi. Yogi terdiam, pikirannya kembali mengingat apa yang terjadi semalam. Dan tak ada yang ia ingat tentang kemungkinan Clarissa mengetahui niat buruknya. Bahkan yang terjadi malah ia yang pingsan karena kebanyakan minum efek dari gugup yang ia rasakan. "Sebenarnya semalam gue sempat pingsan karena minum banyak." Jimmy menepuk keningnya kemudian sedikit memijatnya. karena mendadak saja merasa sakit kepala akibat apa yang dikatakan oleh Yogi barusan. "Emang lo minum berapa banyak?" "Hampir dua botol kayaknya. Bener-bener gugup kemarin itu." "Bisa aja dia masuk ke ruangan, terus ya lihat lo yang pingsan dia kabur duluan." Jimin mencoba menerka karena Yogi mengatakan bahwa ia pingsan. Dan mungkin saja Clarissa takut melihat pria itu tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Yogi mengangguk setuju. Kemungkinan besar apa yang dikatakan oleh Jimmy adalah benar. Bahwa Clarissa masuk ke dalam ruangan di saat ia tak sadarkan, diri kemudian Gadis itu merasa takut dan melarikan diri. Dan sepertinya Yogi memang harus membicarakan masalah ini kepada gadis itu. "Kalau gitu, gue akan hubungin dia dan minta ketemu lagi. Seenggaknya ada yang dijelaskan kalau gue pingsan karena gugup dekat sama dia." Yogi berkata. Jimmy anggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Yogi barusan. "Iya boleh, lo harus jelasin ke dia supaya semuanya jelas." "Tapi semalam gue dapat pengalaman baru. Gue rasa ini adalah hal tergilas yang gue lakuin."Yogi mengatakan itu. Dan tentu saja apa yang dikatakan oleh Yogi membuat Jimmy menatap dengan penasaran. "Pengalaman baru apa?" "Gue tidur sama perempuan lain." "WHAT?!!" Jimmy berteriak terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. Pria itu kemudian menutup mulutnya dan berganti memegangi kepala dengan kedua tangannya. "Siapa? Pakai pengaman kan?" "Gue nggak tahu dia siapa, tapi namanya Rei. Kayaknya dia salah satu pekerja di klub. Soalnya, di bajunya dia ada pin yang dipakai sama karyawan club itu." "Tapi kalian main aman kan?" Jimmy bertanya, karena takut sepupunya melakukan kebodohan tanpa menggunakan pengaman dalam berhubungan. Sayangnya jawaban Yogi membuat Jimmy lagi-lagi terbelalak. Sepupunya itu malah menggelengkan kepalanya. Tentu saja jawabannya berarti, bahwa semalam Yogi berhubungan tanpa pengaman dan jelas itu beresiko tinggi. Kepala jadi rasanya benar-benar sakit akibat kelakuan Yogi. "Kok bisa-bisanya lo nggak pakai pengaman?" "Gue mabuk berat. Dan kayaknya cewek itu juga. Soalnya waktu kita berhubungan, Dia sama sekali nggak nyebut nama gue, tapi nama cowok lain. Pak siapa gitu." Yogi mencoba menyatukan semua kepingan ingatannya. hanya saja ia telah mengingat nama yang disebutkan oleh Rei semalam. "Berarti kemungkinan itu pacar atau suaminya? Cantik?" Jimmy bertanya sambil mendekatkan tubuhnya kepada Yogi, lalu pria itu menaik turunkan kedua alisnya, menggoda sepupunya. Yogi hela nafas lalu ia menggelengkan kepalanya lagi. "What?! Sumpah hari ini kepala gue sakit banget karena jawaban-jawaban yang lo kasih!" Jimmy berteriak nyaris frustrasi. Rasanya ia menyesal telah memberikan ide pada Yogi. Karena pada akhirnya semua sama sekali tidak berjalan sesuai dengan rencana. "Dia itu gendut, mukanya sih nggak jelek-jelek banget, kulitnya juga putih kelihatan terawat lah. Pas gue cek dompetnya juga lumayan berada. Maksudnya ya bukan dari kalangan bawah-bawah banget. Karena gue lihat jam tangan yang dia pakai cukup bermerek." "Tunggu, tunggu," kata Jimmy menghentikan ucapan Yogi sambil memajukan kedua tangannya. "Lo ngapain ngecek-ngecek tasnya dia?" "Gue mau tahu lah, semalam gue tidur sama siapa. Jadi waktu dia masih tidur gue coba cari tahu. Gue juga kasih not Siapa tahu dia hamil dan butuh tanggung jawab gue." Yogi mengatakan itu dan lagi-lagi Jimmy memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Ya Tuhan, ampunilah kebodohan sepupu hamba ini. Lo ngapain ngasih note?! Kalau dia lupa sama lo bukannya itu lebih bagus? Bodoh banget sih lo?!"Jimmy Ini kesal dengan kelakuan sepupunya. Karena menurutnya, lebih baik tak perlu mengirimkan note. Dan biarkan hubungan itu berlalu dan berakhir begitu saja dalam satu malam. "Gue nggak mau jadi orang yang nggak bertanggung jawab." "Terserah deh lo. Ya kalau kayak gitu suatu saat dia nuntut atau semacamnya. Lagian dia nggak cantik kok, ngapain tanggung jawab." "Lo nggak boleh kayak gitu. tanggung jawab itu didapetin bukan cuman untuk perempuan cantik. Tanggung jawab itu nggak ngelihat fisik, harta, Tahta dan status sosial. Kalau memang Lo salah ya harus tanggung jawab." Bagaimanapun Yogi memang sebenarnya adalah orang yang baik. Meskipun ia sangat perfeksionis pada pekerjaan dan cukup dingin pada orang lain. "Oke kita lewati masalah ini. Lo ingat apa aja yang udah terjadi semalam sama perempuan itu?" "Aku cuman ingat gue nyusu sama dia dan ada airnya." "Hah apa?!" "Ada ASI nya. Manis, hmm." Yogi jadi mendadak ingat lagi pada rasa manis ASI yang ia hisap. "Berarti kalau gitu aman. Kemungkinan perempuan itu udah punya suami dan anak atau lagi hamil. Jadi kalau dia hamil udah pasti ada yang tanggung jawab." Jimmy merasa lega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi mengenai ASI. "Kalau begitu sekarang tugas lo cuman kasih tau Clarissa. Kalian harus bertemu, dan Lo bilang lo minta maaf karena terlalu mabuk dan gak sadarkan diri." Yogi anggukan kepalanya Ia setuju pada Jimmy kalau harus berbicara pada Clarissa dan meminta maaf. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD