tujuh

1329 Words
"Dasar gila!" seru Rei kesal. Wanita itu kemudian mendorong tubuh Yogi sehingga menjauh. Setelahnya ia berjalan dengan cepat berniat untuk keluar dari ruangan itu. Yogi jelas tak mau kalah ia segera menggenggam tangan Rei. "Tadi kamu duluan kan yang nantang saya?" "Gini, pertemuan kita memang aneh, dan itu baru sekali. Kenapa Anda tiba-tiba kayak gini?" Yogi berkacak pinggang, kemudian menatap Rei dengan bergerak gelisah. "Kalau saya tahu, saya juga nggak bakal kayak gini ke kamu." Yogi jadi bingung sendiri Sebenarnya apa yang terjadi dengan perasaannya saat ini? Bukankah seharusnya itu jadi hal yang biasa saja? Dan pertanyaan itu terus berulang di dalam benaknya. Rei gelengkan kepala, kemudian berjalan meninggalkan Yogi. saat itu ponselnya berdering. Rei segera mengambil ponsel dari kantong celana yang ia kenakan. Panggilan dari Tedi dan segera ia terima. "Iya Pak? Bapak sudah di sini?" "Saya ada di meja kasir sama Strawberry. Kita tunggu di sini ya." Mendengar itu membuat langkah Rei semakin cepat. Wanita itu tak memperdulikan lagi saat ini Yogi tengah mengikutinya dari belakang. Lagipula Rei kini tengah memikirkan kemungkinan kalau Yogi mungkin saja mempunyai kelainan. Pasalnya dalam satu kali pertemuan ia sudah bisa mengatakan untuk menjadi miliknya. Tedi membungkuk menatap pada Strawberry yang menatapnya dengan bingung. "Om temennya mami." Bebe menatap pada Fani staf kafe yang kini berdiri di belakang meja kasir sambil anggukan kepala. Anak itu lalu mengulurkan tangannya. "Strawberry om." Tedi menyambut uluran tangan itu. "Om Tedi. Bebe udah makan?" Anak itu anggukan kepala. "Udah, tadi pulang sekolah." "Itu makan siang sayang. Nanti mau makan sama Om?" tawar Tedi. Bebe tak segera anggukan kepala, ia berpikir dulu sebelum menjawab pertanyaan itu. "Nanti Bebe tanya mami dulu ya Om." "Oke anak pinter. Sekarang tunggu mami dulu ya?" tanya Tedi dan Bebe menjawab dengan anggukan kepala. Rei sampai di depan meja kasir. Wanita itu melihat Tedi yang tengah mengobrol dengan Strawberry, putrinya. Anak itu melihat sang Mami kemudian berlari mengejar dan memeluknya. "Mami!" Rei sedikit membungkukkan tubuh untuk menyambut pelukan Putri kesayangannya itu. "Kok bangun Nak?" "Enggak ada tangan mami," katanya sambil manyun. Bebe memang setiap tidur harus menggenggam tangan Rei. Tangan itu akan digenggam dan dibawa ke dalam pelukannya. Dan itu yang menyebabkan putrinya selalu terbangun Jika Rei tak tidur di samping Bebe jika harus pergi terlalu lama. Saat Rei tak ada di rumah kareba harus bepergian jauh, biasanya tidur Strawberry akan merasa terganggu dan anak itu akan sering terbangun. Di belakang Rei, Yogi memerhatikan keduanya. Yogi tau kini bahwa wanita yang dikejar ini telah memiliki seorang anak perempuan. Tatapan pria itu beradu dengan Strawberry, Yogi menatap tanpa senyum, kemudian gadis kecil itu tersenyum ke arah Yogi. Membuat pria berwajah dingin itu tanpa sadar ikut menarik dua sisi bibirnya ke atas. Saat kemudian ia ingat niatnya untuk mengikuti langkah Rei. "Kamu dari mana?" Tedi bertanya ketika Rei tepat berada di sampingnya. "Saya ta—" "Pak Tedi?" Yogi menyapa pria dengan suara bariton di hadapannya. Hal itu membuat Rei dan Tedi menoleh bersamaan. Tedi tersenyum kepada Yogi, si pucat kemudian berjalan mendekat dan menyalami tangan Tedi dengan akrab. Meskipun bersalaman dengan Tedi, tetapi tatapan mata Yogi tetap mengarah kepada Rei. "Pak Yogi ke sini ada urusan?" Tedi bertanya. "Iya sama—" Belum sempat Yogi melanjutkan kata-katanya, Rei memotong ucapan pria itu. "Ini pacar saya Pak Yogi," kata Rei seraya memegang bahu Tedi. Tedi jelas terkejut. Ia tak siap dengan kata-kata yang dilontarkan oleh wanita itu barusan. Dan Yogi cukup cerdas untuk menangkap reaksi Tedi yang terkesiap. Dan jelas itu bukan kebenaran yang diungkapkan oleh Rei. Yogi tersenyum. "Kamu ngaku-ngaku Pak Tedi pacar kamu? Sss, setelah apa yang kita lakukan malam tadi?" Yogi bertanya dengan ada yang menggoda kemudian mengedipkan sebelah matanya. Tedi jadi bingung dengan apa yang terjadi di antara keduanya. "Sebenarnya ada apa ini? Tadi malam?" "Engg—" Rei baru saja ingin menjawab pertanyaan sebelum Yogi kembali memotong ucapannya. "Pak Tedi benar pacar dari Rei?" Tedi menatap ke arah wanita yang kini berdiri di sampingnya. Rei menata penuh harap berharap Tedi mengatakan kalau ia adalah kekasihnya. Pria itu kemudian kembali menatap ke arah Yogi, menggandeng tangan Rei dan menggendong Strawberry. "Iya, sebenarnya hubungan kami udah cukup lama. Saya sedikit kaget karena tadinya Rei minta kami untuk merahasiakan hubungan ini."Tedi belum mengerti apa yang terjadi. Tetapi ia sudah sedikit mengerti bagaimana cara mengendalikan situasi ini. "Saya permisi dulu ya Pak Yogi." Tedi menggandeng tangan Rei berjalan meninggalkan lokasi itu. Tedi melangkahkan kakinya untuk masuk menuju ruangan kantor. Sementara Yogi terdiam, ia masih yakin kalau apa yang dikatakan Rei adalah kebohongan. Pria itu kemudian baru meninggalkan tempat itu setelah terdiam Beberapa detik. "Kamu ambil barang-barang kamu dulu, habis itu saya antar pulang." kata Tedi setelah mereka sampai di depan pintu ruang kerja. Rei mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangannya. Ia mengambil tas dan juga perlengkapan milik Strawberry yang dibawanya tadi. Setelahnya kembali melangkahkan kakinya turun menghampiri Tedi yang tengah mengobrol bersama Bebe. Ketiganya kemudian berjalan ke tempat parkir. Masuk ke dalam mobil Tedi, dan segera melaju untuk pulang. Hari masih cukup sore, jam seperti ini biasanya macet karena banyak karyawan yang pulang bekerja "Tadi aku ngajak Strawberry buat makan malam. boleh atau enggak?" Tedi bertanya kepada Rei yang duduk di kursi penumpang. Wanita itu menatap putrinya dari kaca dasboard. Wajah Strawberry terlihat kelelahan, bahkan saat ini tengah menguap karena mengantuk. "Gimana kalau kita makan di rumah saya aja Pak? Kebetulan tadi pagi saya masak ayam goreng, sama kentang balado. Ini juga kalau bapak suka makanan kayak itu?" Rei coba menawarkan. Tedi jelas saja senang mendapatkan penawaran itu. Sebenarnya di mana pun tak masalah. Yang menjadi poin penting adalah Ia tetap bisa bersama Rei dan bisa berinteraksi untuk lebih mengenal wanita yang ia sukai lebih jauh lagi. *** Di sebuah resto, Deff kini bersama dengan Clarissa tengah makan malam bersama. Deff cukup dekat dengan Clarissa karena ia sempat menangani foto kelulusan gadis itu sewaktu lulus dengan S1-nya. Kemudian keduanya berteman dan sangat dekat sampai saat ini. "Aku yakin deh Pak Yogi waktu itu mau ngasih sesuatu di dalam minuman aku." Clarissa menceritakan semua kepada pria yang kini duduk di hadapannya. Deff sejujurnya sedikit ragu mendengarkan apa yang dikatakan oleh rekannya itu. "Masalahnya, di kantor ada yang bilang dia itu nggak suka perempuan." Mata Clarissa terbelalak masalahnya beberapa kali bertemu dengan Yogi dalam pertemuan, pria itu tertangkap tengah menatapnya. "Masa sih?" Anggukan kepala sebagai jawaban yang diberikan oleh Deff, sambil meneguk kopi miliknya. "Soalnya kalau dideketin cewek dia suka nggak ngerespon dan tatapannya dingin banget. Pokoknya gosip menyebar di kantor, Kalau dia nggak suka sama perempuan. Dan yang lebih parahnya gosip beda-beda lagi kalau gitu suka sama sepupunya si Jimmy." Tentu saja hal itu membuat Clarissa benar-benar terkejut. Kemudian dia mulai ragu juga, Apakah Yogi benar memasukkan sesuatu ke dalam minumannya? Jika memang Yogi tak menyukai perempuan Ia tak mungkin melakukan seperti itu kan kepada dirinya? "Jadi menurut kamu, dia enggak mungkin ngelakuin itu ke aku? Lagian kan yang deketin dia banyak Mas? Gosipnya dia suka tidur sama perempuan gitu?" Clarissa bertanya lagi. Deff mendekatkan tubuhnya pada Clarissa yang menatap dengan tatapan penuh rasa penasaran. "Katanya sengaja cuma buat alibi, biar pada mikir dia bukan gay. Mereka cuma dibayar dan enggak diapa-apain." Clarissa menutup mulutnya dengan tangan, benar-benar tak mengira dengan apa yang ia dengar saat ini. Sejujurnya ia yakin kalau Yogi memiliki perasaan kepada dirinya ,sejak pertemuan terakhir pria itu terus menatapnya di pertemuan terakhir mereka. "Jadi kamu nggak usah berpikir aneh-aneh. Apalagi mikirin kalau dia suka sama kamu. Sekarang kamu fokus aja, kerjasama, dengan perusahaannya Pak Yogi. Aku punya feeling program dia musim ini benar-benar bagus." Clarissa anggukan kepalanya setuju. Yogi memang dikenal profesionis dan juga memiliki ide-ide cemerlang dalam bisnis. Sudah beberapa musim dilalui dengan kesuksesan. Dan hal itu juga yang membuat ayah CLarissa terkesan. "Oiya, Kak Def, gimana udah ketemu sama mantan istri kamu?" Deff gelengkan kepala. "Aku nggak nyari dia kok. Meskipun aku dengar kalau dia punya anak. Aku sendiri juga nggak yakin kalau dia anak aku." Deff mengatakan itu kemudian meneguk minuman dari gelasnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD