#4-S.O.S

4597 Words
Mulut menganga, mata mengerjap dan kening berkerut, adalah ekspresi yang dikeluarkan oleh Krystal saat ini ketika dia mendengar ucapan Azka beberapa saat yang lalu. Rasa tidak percaya langsung menyerangnya saat tadi Azka berkata bahwa laki-laki itu menyukai... dirinya?             Is that possible?             Maksudnya, apa bisa, orang yang baru bertemu sekali saja langsung memiliki perasaan suka pada orang lain? Seperti kasusnya dan Azka ini. Mereka baru bertemu sekali dan itu terjadi kemarin. Lalu sekarang, tanpa sengaja, Krystal dan Azka kembali bertemu oleh sebuah kejadian yang tidak pernah terbayangkan oleh gadis itu sebelumnya. Mereka bertemu kembali didalam panasnya suasana tawuran. Kini, Krystal menyipitkan mata ketika menatap Azka yang tersenyum ke arahnya seraya mengedipkan satu matanya. Padahal, keadaan laki-laki itu sudah sangat mengenaskan. Pastilah susah bernapas dengan keadaan leher ditekan kuat seperti itu.             “Elo? Suka sama si begajulan ini?!” seru Rizky keras dan melotot ganas ke arah Azka. Mendengar ucapan Rizky itu, Krystal mendengus dan mencibir. Penting, nggak, sih, Rizky harus menyebutnya ‘si begajulan’ seperti tadi?             “Kenapa?” tanya Azka menantang. Harus Krystal akui, Oom-Oom di depannya ini memang tidak ada duanya. Maksudnya dengan kalimat tersebut bukan berarti dia menyukai laki-laki yang tadi memperkenalkan diri sebagai Azka Calvaro itu. Walaupun tadi laki-laki itu berkata bahwa umurnya masih dua puluh lima tahun, tetap saja, umur mereka terpaut tujuh tahun dan dia tidak mungkin menyukai Azka. Kalau Elang sampai tahu, bisa-bisa Elang murka dan percaya padanya, Elang akan langsung menguncinya di ruang bawah tanah demi menjaga dirinya agar tidak keluar dari rumah dan bertemu dengan Azka lagi. “Lo keberatan? Karena lo juga suka sama Krystal, iya?” lanjut Azka lagi.             Kini, Rizky menjauhkan lengannya dari leher Azka, menyebabkan laki-laki itu terbatuk-batuk dengan hebatnya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Walaupun dia membungkukkan tubuhnya, Azka tetap fokus menatap Rizky dengan senyum mengejek. Lagi-lagi, Krystal harus mengakui bahwa sepertinya Azka adalah laki-laki yang tangguh.             “Jaga ucapan lo!” seru Rizky. “Gue nggak mungkin dan nggak akan pernah suka sama cewek begajulan ini!”             “Dih,” cibir Krystal langsung. Gadis itu kini berkacak pinggang dan melotot ke arah musuh bebuyutannya itu. “Lo pikir gue juga mau, gitu, suka sama cowok curut kayak lo? Ngaca! Mending gue jadian sama Oom-Oom ini, dari pada gue harus jadian sama cowok nggak macho kayak lo!”             “Gue? Nggak macho?” tanya Rizky dengan nada melengking sambil menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki itu kini maju mendekati Krystal dan menjulangkan tubuh tingginya di depan gadis itu. Krystal sendiri tidak berusaha menjauh atau kabur dari Rizky. Gadis itu tetap berdiri di tempatnya dan mendongak untuk menentang kedua mata Rizky.             “Sadar diri, dong, lo... lo dibandingin sama Oom Azka jelas lebih macho-an dia kemana-mana, kali!” tegas Krystal diiringi senyum mengejek. Sialnya bagi Rizky, laki-laki itu justru merasa senyum Krystal kali ini begitu manis. Padahal jelas-jelas gadis itu sedang mengejeknya. Aarrrgh! Rizky mengerang dalam hati ketika jantungnya mulai berdebar tidak karuan hanya dengan melihat senyum dan wajah musuh bebuyutannya itu. Ada apa, sih, dengan dirinya? Masa iya yang dibilang sama Oom-Oom yang kata Krystal barusan bernama Azka itu benar? Bahwa dia menyukai Krystal? Gila! Kejedot tembok sakti mana dirinya sampai-sampai bisa memiliki perasaan t***l seperti itu? Kayak nggak ada gadis lain saja di dunia ini sampai-sampai dia harus menyukai gadis itu!             Krystal menjerit pelan ketika lengannya dicekal oleh Rizky dan tubuh gadis itu ditarik ke arah laki-laki itu sehingga kini tidak ada jarak lagi diantara keduanya. Bau amis darah yang menguar dari lengan Rizky bisa tercium oleh hidung mancung Krystal. Mati-matian, Krystal berusaha untuk menahan rasa mual yang mulai menyerangnya karena bau amis darah tersebut. Gadis itu melirik ke arah Azka sekilas. Azka terlihat sedang memejamkan kedua matanya dan menarik napas panjang. Apakah laki-laki itu baik-baik saja?             Belum sempat berpikir jauh mengenai keadaan Azka, Krystal bisa merasakan helaan napas Rizky pada telinganya. Gadis itu tersentak ketika tahu bahwa Rizky kini mencondongkan kepalanya ke arahnya dan berbisik, “Gue bisa buktiin ke lo kalau gue nggak kalah macho dibandingin Oom-Oom itu, Krystal... tinggal lo sebutin, dimana gue harus ngebuktiin hal tersebut? Tempat lo? Atau... hotel?”             Gila! Ini benar-benar sudah gila! Yang bisa dilakukan oleh Krystal setelah mendengar ucapan itu hanyalah terperangah dan melongo maksimal. Ketika Rizky sudah menjauhkan kepalanya, Krystal bisa melihat laki-laki itu mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum puas. Cekalan Rizky pada lengan Krystal perlahan dilepaskan. Digantikan dengan rangkulan posesif pada pinggang gadis itu. Kemudian, tanpa bisa diduga oleh Krystal sebelumnya, Rizky sudah mendaratkan bibirnya pada pipi Krystal! Hampir menyentuh sudut bibir gadis itu.             Mendapat perlakuan seperti itu, Krystal kontan meledak. Gadis itu melayangkan sebelah tangannya yang bebas, berniat untuk menampar Rizky karena untuk yang kedua kalinya, laki-laki itu mencium pipinya, namun, gerakan Rizky lebih cepat lagi. Dengan sebelah tangannya yang bebas, Rizky menahan pergelangan tangan Krystal dan semakin membawa tubuh Krystal mendekat ke arahnya. Krystal membeku di tempat. Suaranya tercekat di tenggorokan. Wajahnya seakan memanas. Jantungnya berdegup dengan kencangnya. Tubuh mereka sangat dekat sekali saat ini, karena Krystal bisa merasakan hidungnya bersentuhan dengan hidung Rizky. Kedua mata tajam Rizky melumatnya dan senyuman iblis itu masih bertahan di wajah laki-laki itu.             “Jangan pernah main-main sama gue, Krystal,” ucap Rizky dingin. “Gue nggak akan segan-segan ngebuktiin sama lo kalau gue nggak kalah macho dibandingin dia. Setelah itu, gue jamin lo akan nyembah-nyembah sama gue!”             Selesai berkata demikian, masih dengan merangkul pinggang Krystal, Rizky menoleh ke arah Azka yang kini sudah menatapnya dengan tatapan tajam. Kedua tangan Azka bahkan terkepal kuat di sisi tubuh laki-laki itu.             “Gue nggak takut sama lo, Oom,” ucap Rizky meremehkan. “Gue nggak suka sama Krystal, seperti apa yang lo tuduhkan ke gue tadi. Tapi, gue nggak akan biarin dia lepas dari gue dan berpaling ke lo. Alasannya?” Rizky tersenyum miring dan membuang ludahnya di depan Azka. Azka sebenarnya ingin sekali membungkam ocehan Rizky itu dengan bogem mentahnya, namun, dia mengontrol dirinya dengan baik supaya tidak terpancing dengan bocah SMA di depannya itu. “Karena gue nggak suka mainan dan hak milik gue direbut oleh orang lain!”             Tanpa menjawab ucapan Rizky, Azka membiarkan laki-laki itu membawa pergi Krystal dengan paksa ke arah motornya dan meninggalkan tempat ini dengan kecepatan sedang. Azka masih mengikuti kepergian Rizky dan Krystal itu dengan matanya yang menatap nyalang sampai kemudian motor itu hilang di tikungan jalan.             “Ini semakin menarik,” gumam Azka seraya tersenyum dan menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. “Jadi, gue harus bersaing sama bocah SMA? Nggak masalah! Kita liat, siapa yang akan jadi pemenang.” Azka meringis dan mengaduh seraya masuk kedalam mobilnya. “s**t! Boleh juga tinjunya,” ucap Azka kesal, lantas menyalakan mesin mobil dan bergegas meninggalkan tempat tersebut dengan senyum tipis tersungging di bibirnya. ~~~ Rumah di depannya terlihat sangat asri dan menyejukkan. Halaman depannya dihiasi berbagai macam tanaman hias dan bunga-bunga cantik. Ada juga kolam ikan di dekat bunga-bunga cantik tersebut. Krystal mendongak saat dia menyadari bahwa rumah di depannya itu bertingkat dua dengan cat warna biru laut. Terdapat dua buah mobil sedan dan satu mobil Jeep terparkir di garasi rumah tersebut. Juga sebuah motor ninja berwarna hijau, sama seperti motor Rizky saat ini. Hanya saja, motor ini berwarna hitam pekat.             Krystal mendengus saat Rizky menghentikan motornya tepat di depan rumah itu dan melepas helm-nya. Langsung saja, gadis itu meloncat turun dari atas jok motor dan berniat pergi dari tempat tersebut. Namun, satu cekalan kuat di lengannya membuat tubuhnya berputar ke tempat semula dan kini berhadapan dengan tubuh tinggi Rizky.             “Mau kemana lo?” tanya laki-laki itu datar.             Seolah pertanyaan Rizky barusan adalah pertanyaan yang sangat t***l, Krystal menyipitkan matanya dan menyentakkan tangan laki-laki itu dari lengannya dengan kasar. Sebenarnya, Krystal bisa saja melompat dari motor Rizky saat di jalan tadi. Tapi, selain Rizky mengambil tangannya, lalu melingkarkannya ke pinggang laki-laki itu dan menggenggamnya dengan erat, Krystal juga ogah mati muda.             “Pulang lah!” seru gadis itu keras. “Ini bukan rumah gue!”             “Siapa bilang lo boleh pulang?” tanya Rizky dan lagi-lagi mencekal lengan gadis itu. Kali ini, Rizky mengeluarkan semua tenaganya, hingga Krystal gagal untuk melepaskan diri. “Lo lupa gue terluka karena nolongin lo? Jadi, lo kudu tanggung jawab!”             “Loh, gue kan nggak minta lo untuk nolongin gue, curut!” bentak Krystal. “Lepasin nggak tangan gue! Kasar banget, sih, sama cewek!”             “Elo itu tipe cewek yang harus dikasarin dulu baru bisa nurut, Krys!”             Tanpa banyak omong lagi, Rizky langsung menarik lengan Krystal yang masih meronta-ronta dengan hebatnya dan menyeret tubuh gadis itu masuk kedalam rumah. Tadinya, Rizky mengira suasana akan biasa-biasa saja. Sampai kemudian, Mamanya muncul dari arah dapur dan melongo ketika melihat lengannya.             “RIZKY APRILIO!” teriak Arny keras dan langsung berlari ke arah anaknya itu. Dipeganganya lengan Rizky pelan, namun tetap saja membuat laki-laki itu meringis dan mengaduh. “WHAT HAPPENED WITH YOUR HAND?!”             Rizky nyengir kuda lantas mendorong tubuh Krystal hingga terduduk di atas sofa ruang tamu rumahnya. Melihat ada makhluk cantik bertandang di rumahnya, membuat Arny mengerutkan kening karena heran dan detik berikutnya, dia tersenyum ke arah Krystal.             “Siapa ini?” tanya Arny lembut seraya menunjuk wajah Krystal dan menoleh ke arah Rizky.             “Krystal Violina. Anaknya sahabat Mama sama Papa yang kemarin. Suadara kembarnya Elang Maladewa.” Rizky menjelaskan dengan santai dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa juga, tepat di samping Krystal yang hanya menganggukkan kepalanya dengan hormat ke arah Arny dan tersenyum.             “Ya ampun. Mirip banget sama Kak Grace,” ucap Arny seraya mencium pipi kiri dan pipi kanan Krystal. “Tapi, kenapa kamu bisa bawa dia kesini, Ky? Terus, kamu belum jawab pertanyaan Mama! Itu tangan kamu kenapa? Kalau Papa liat, kamu bisa dimarahin habis-habisan.”             “Dia kejebak didalam tawuran terus Rizky selamatin. Nggak taunya ada yang nyabet lengan Rizky pakai pisau. Ya udah, jadi luka terus berdarah dan Rizky bawa Krystal kesini, deh.”             “Tapi, kamu kenal Krystal dari mana?” tanya Arny heran. “Bukannya kemarin dia nggak ada di rumah dan belum pulang? Yang ada kemarin kan cuma Elang.”             Rizky mendumel dalam hati. Sial! Mamanya ini benar-benar cerdik bagaikan kancil! Dia lupa kalau kemarin dia berpura-pura baru kenal dengan Elang. Dia juga lupa akan sandiwara Elang yang mengatakan kalau mereka hanya saling mengenal muka karena dia selalu datang ke sekolah Elang untuk menjemput pacarnya.             “Oh... itu... mmm... kan, kalau nggak salah kemarin Oom Reynald pernah bilang kalau Elang itu punya saudara kembar namanya Krystal. Nah, kebetulan, waktu tadi Rizky nggak sengaja melintas di area tawuran dan nemuin Krystal lagi terjebak dengan muka ketakutan, Rizky ngerasa kayak pernah ngeliat Krystal. Habis itu, Rizky langsung sadar kalau muka Krystal mirip sama muka Elang. Ya udah, deh, Rizky samperin, nanya dia namanya Krystal atau bukan, punya saudara kembar yang namanya Elang apa nggak, baru, Rizky bawa kesini.” Rizky menoleh ke arah Krystal yang sedang mengerucutkan bibirnya karena dibilang ketakutan akibat tawuran tersebut. “Iya, kan, Krys?”             Mendapat pertanyaan dadakan seperti itu, membuat Krystal kaget dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis itu mengangguk sambil memaksakan seulas senyum. “Kira-kira seperti itu, Tante.”             Arny hanya diam dan mengangguk-anggukan kepalanya. Wanita itu kemudian tersenyum dan menepuk pundak Rizky beberapa kali. “Ya sudah. Mama tinggal dulu. Kamu, cepat obati luka kamu itu sebelum infeksi.”             Sepeninggal Arny, Krystal mengeluarkan ponselnya dan menekan angka satu yang langsung menghubungkannya dengan nomor Elang. Sementara itu, Rizky sudah menghilang entah kemana. Mungkin mengambil kotak P3K dan berniat mengobati luka di lengannya itu.             “Halo... Mas—“             “DEMI TUHAN KRYSTAL VIOLINA, KAMU DIMANA SEKARANG?!”             Belum selesai Krystal menyapa Elang begitu telepon tersambung, Krystal langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya karena seruan keras dari kakak kembarnya itu. Begitu Krystal yakin bahwa Elang tidak akan berteriak lagi, Krystal kembali mendekatkan ponsel itu ke telinganya.             “Mas... bisa nggak, Krystal ngomong dulu? Takutnya, Krystal keburu tuli mendadak karena teriakan Mas barusan, jadi, Krystal nggak bisa dengarin apapun ocehan Mas setelah ini.”             Di ujung sana, Elang berdecak kesal dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tawuran sudah selesai dan dimenangkan oleh sekolah Elang. Anak-anak dari sekolah Elang langsung pergi meninggalkan tempat kejadian perkara, setelah membuat anak-anak SMA Harapan Putra tepar disana.             “Kamu dimana, sekarang?” tanya Elang dengan suara yang sudah terkontrol. “Siapa laki-laki yang menyeret kamu kedalam mobil tadi?”             Setelah menghembuskan napas keras dan berpikir sejenak, Krystal akhirnya bersuara. “Tadi, aku dibawa sama Oom Azka.”             “Oom Azka?” tanya Elang dengan suara menyelidik. Mendengar itu, Krystal langsung menelan ludah susah payah.             “Iya... Oom-Oom yang mobilnya kemarin aku pakai buat sembunyi,” jelas Krystal ragu. “Mungkin, dia tadi ngenalin Krystal di tengah-tengah tawuran dan langsung bawa kabur Krystal karena dia takut Krystal terluka.”                      “Kenapa kamu nggak berontak pas dibawa sama Oom-Oom itu, sih, Krys?” tanya Elang lagi dengan nada suara frustasi. Laki-laki itu kemudian mengaduh dan mendesis saat merasakan perih di pelipisnya.             “Dia orang baik, kok, Mas. Dan lagi, umurnya baru dua puluh lima tahun. Belum tua-tua banget. Jadi, Mas jangan ikut-ikutan aku manggil dia Oom, ya. Akunya aja yang keterlaluan manggil dia kayak gitu.”             “Sekarang kamu dimana? Di tempat si Azka itu?” tanya Elang dan memanggil Azka dengan sebutan nama tanpa embel-embel ‘Oom’ di depannya, seperti permintaan Krystal barusan.             “Bukan... di... rumah Rizky.”             Hening sesaat. Tadinya, Krystal mengira Elang akan kembali berteriak saat mengetahui bahwa dirinya berada di rumah Rizky, musuh mereka berdua. Tapi, yang didengar oleh Elang adalah hembusan napas lega. Disusul kemudian suara Elang yang bertanya, “Tanya Rizky dimana alamat rumahnya. Biar Mas bisa langsung jemput kamu sekarang.”             Krystal hanya melongo mendengar ucapan pelan dari mulut kakaknya itu. Tidak ada teriakan, seruan, bahkan omelan yang keluar dari mulut Elang ketika tahu tentang hal tersebut. Krystal yang bingung hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengerutkan keningnya. Kenapa semua orang mendadak berubah menjadi aneh hari ini? Tadi, Azka yang mengatakan bahwa laki-laki itu menyukainya. Lalu, Rizky yang menolongnya saat tawuran dari serangan Andi. Sekarang Elang, kakak kembarnya yang selalu antipati terhadap Rizky, malah terdengar biasa saja ketika tahu bahwa dirinya berada dalam kandang musuh.             Baru saja Krystal akan membalas ucapan Elang, ponselnya diambil paksa. Krystal menoleh dan mendapati Rizky yang lengannya sudah dibalut perban, menatapnya tanpa ekspresi dan mengambil alih komunikasi. “Elang?”             Elang tidak menyahut. Dia hanya diam ketika mendengar suara adiknya sudah berganti dengan suara Rizky. Elang juga sebenarnya sudah mengetahui bahwa Rizky langsung mengejar Krystal yang dibawa pergi oleh Azka. Karenanya, Elang tidak berteriak marah pada Krystal saat adiknya itu mengatakan bahwa dia berada di rumah musuh bebuyutannya itu.             “Biar gue yang antar adik lo. Tenang aja. Gue antar dalam keadaan utuh.” ~~~ Awalnya, Rizky memang berniat untuk mengantar Krystal pulang sesaat setelah Elang menelepon gadis itu. Tapi, Mamanya yang super cerdik itu malah menahan Krystal dan mengobrol banyak dengan gadis itu. Entah apa yang mereka bicarakan, Rizky tidak tahu. Tidak tahu dan sama sekali tidak tertarik. Apapun yang sedang kedua perempuan itu bicarakan, pastilah tidak jauh dari gosip.             Rizky mengira obrolan mereka itu akan berhenti secepatnya. Sayangnya, sampai jarum jam menunjukkan angka lima dan sampai Papanya pulang dari kantor, obrolan itu tak kunjung usai. Rizky yang sedang menonton televisi di ruang tamu menoleh sekilas dan mendesis kesal saat melihat Krystal tertawa dengan begitu riangnya bersama Mama dan Papanya. Heran, kenapa gadis itu terlihat cepat akrab dengan kedua orangtuanya?             “Mah,” panggil Rizky dengan nada suara bete. Arny, Kenzo yang masih mengenakan kemeja kantor dan Krystal menoleh bersamaan. Mereka bertiga mengerutkan kening ketika melihat tampang dongkol milik Rizky. “Mau sampai kapan ngobrol sama Krystal-nya? Nanti, Rizky bisa ditebas sama Elang! Tadi, Elang udah neleponin Krystal dan Rizky udah janji mau nganterin Krystal pulang ke Elang. Kalau sampai sekarang Krystal belum muncul, Elang pasti bakalan ngebacok anak tunggal Mama ini dan Mama jadi nggak punya anak lagi. Mau?”             Arny dan Kenzo saling pandang dan tertawa keras. Krystal yang diapit keduanya hanya bisa terkejut dan sedikit terlonjak seraya mengelus dadanya.             “Tenang aja,” sela Mamanya cepat. “Elang nggak akan mungkin ngebacok kamu, Ky. Lagian, tanggung. Udah jam lima. Sekalian aja, Krystal makan malam dulu disini, gimana?”             Rizky bisa melihat wajah Krystal yang aneh banget itu. Berani taruhan, Krystal pasti ingin menolak ajakan kedua orangtuanya tapi merasa tidak enak hati. Dia juga sebenarnya tidak ingin Krystal berlama-lama di rumahnya. Selain karena jantungnya yang selalu bertingkah aneh kalau melihat senyum, wajah maupun tawa Krystal, Rizky juga malas berurusan dengan Elang. Rizky sudah bisa membayangkan wajah murka Elang saat ini. Pasti, saat ini Elang memiliki hasrat terpendam untuk mengubur dirinya hidup-hidup.             “Mah,” panggil Rizky lagi. “Krystal juga bisa kok makan di rumahnya. Dia juga pasti ingin pulang. Iya, kan, Krys?”             Tatapan Krystal bertumbukan dengan tatapan Rizky. Harus Krystal akui, ucapan Rizky memang sangat benar. Dia sudah ingin pulang dari tadi tetapi tidak enak dengan Mamanya Rizky yang baik hati dan mengajaknya mengobrol. Obrolan mereka sangat seru. Jadi, Krystal memutuskan untuk tinggal lebih lama dan menemani sahabat Bunda dan Ayahnya itu. Sampai akhirnya, jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan Papa Rizky pulang dari kantor.             Krystal menatap kedua orangtua Rizky saat ini. Terlebih Mama Rizky. Wanita itu tersenyum dan kelihatan sekali kalau dia menginginkan Krystal untuk makan malam dulu di rumah mereka. Begitu juga dengan Papa Rizky. Ugh! Kalau sudah begini...             “Nggak apa-apa, Ky,” balas Krystal seraya tersenyum. “Gue makan malam aja dulu disini. Mas Elang juga pasti nggak akan marah.”             Dan Rizky langsung mengalihkan tatapannya, ketika dia merasa jantungnya menghentak-hentak dadanya dengan begitu hebat saat mendengar suara lembut Krystal dan senyuman lembut gadis itu.             Anjrit! Ada yang salah sama gue, nih! Batin Rizky gugup. ~~~ Ternyata, jadi orang penting itu memang mengasyikan.             Begitu sampai di rumah dan mengobati semua lukanya, Azka menyuruh anak buah Ayahnya untuk mencari informasi mengenai Krystal. Dia memberi sedikit petunjuk kepada anak buah Ayahnya itu dengan memberikan nama Krystal dan nama sekolah Krystal, SMA Bianca. Tanpa banyak basa-basi lagi, anak buah Ayahnya itu langsung gerak cepat dan mencari informasi mengenai gadis itu.             Kini, Azka duduk di balkon kamarnya dan menatap langit di kejauhan sana dengan tatapan menerawang. Dia sendiri sebenarnya masih bingung dengan perasaannya pada Krystal. Dia tidak yakin bahwa dia sudah menyukai gadis itu, mengingat mereka baru bertemu dua kali. Kemarin dan tadi. Yang jelas, dia sangat tidak suka saat melihat laki-laki berseragam SMA itu mengatakan bahwa Krystal adalah miliknya yang tidak boleh diganggu olehnya.             Bah! Dia pikir, dia siapa? Sampai-sampai bisa berkata demikian padanya? Bocah ingusan itu bahkan mungkin belum bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa meminta dari kedua orangtuanya. Berbeda dengan dirinya yang sudah bisa mencari uang sendiri.             Jarum jam sudah menunjukan pukul enam sore. Azka baru saja berniat untuk turun ke ruang makan dan menikmati hidangan makan malam, ketika tiba-tiba saja ponselnya berdering.             “Halo?”             “Halo, Mas Azka?”             Azka tersenyum simpul dan mengangguk. Dia mendengarkan setiap informasi yang diucapkan oleh orang-orang yang disuruhnya itu. Kini, dia mendapatkan semua yang dia butuhkan. Nama lengkap, alamat, teman-teman terdekat, bahkan silsilah keluarganya. Azka bahkan sempat terkejut saat mengetahui bahwa Krystal mempunyai seorang kakak kembar berjenis kelamin laki-laki.             Niatnya untuk makan malam kini berganti dengan drastis. Dia akan pergi ke rumah Krystal saat ini juga dan mulai mendekati gadis itu. Dia tidak peduli bahwa dia masih bingung dengan perasaannya saat ini akan gadis itu, tetapi, kalaupun ternyata dia memang sudah menyukai Krystal, dia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuat Krystal juga menyukainya.             Rivalnya? Tentu saja bocah SMA ingusan yang menyeret Krystal pergi dari hadapannya tadi. Yang meninju wajahnya dan menekan tubuhnya dengan kasar ke badan mobil sedannya.             Dan tentu saja, dia akan bersaing secara sehat. ~~~ Sehabis makan malam, Rizky menghampiri Krystal yang sudah menunggunya di teras rumah. Tadi, Krystal sudah lebih dulu pamit kepada kedua orangtua Rizky dan mengatakan pada Rizky bahwa dia akan menunggu laki-laki itu diluar. Udara malam yang cukup dingin membuat Krystal memeluk dirinya sendiri dan mendesah keras. Sama sekali tidak sadar bahwa di belakangnya sudah berdiri sosok Rizky.             “Nih.”             Suara bernada cuek itu membuat Krystal menoleh dan mendapati Rizky menyodorkan jaket kulit berwarna hitam ke arahnya. Krystal hanya menatap jaket itu dan wajah datar Rizky secara bergantian. Ini adalah keanehan berikutnya dari Rizky yang diamati oleh Krystal selama seharian ini.             “Ini apa?” tanya Krystal.             “Jaket kulit,” balas Rizky cepat. “Buat lo pakai. Tadinya, sih, mau gue yang pakai. Tapi, tadi gue liat lo kedinginan, jadi mendingan lo aja yang pakai. Gue, sih, udah biasa dingin-dinginan.”             “Nggak usah, deh... gue....”             Belum sempat Krystal menyelesaikan ucapannya untuk menolak jaket yang diberikan oleh Rizky padanya itu karena tidak terbiasa dengan perlakuan baik sang musuh, Krystal terperangah saat menyadari Rizky menyampirkan jaket itu ke tubuhnya. Tubuh mereka saat ini begitu dekat karena Rizky menyampirkan jaket itu pada tubuh Krystal dari arah depan. Krystal bisa menghirup aroma wangi dari tubuh dan rambut Rizky.             “Nggak usah banyak cincong,” ucap Rizky. Lagi-lagi, nada suaranya terkesan cuek dan datar, begitu juga dengan wajahnya yang tanpa ekspresi itu. “Gue nggak mau dimutilasi Elang kalau dia sampai liat lo kedinginan.”             Tidak mau berdebat lagi dengan Rizky, Krystal hanya mengangkat bahu dan memakai jaket yang kebesaran bagi tubuh mungilnya itu. Aroma tubuh Rizky menguar dari jaket yang dikenakannya. Berusaha tidak terpengaruh dengan aroma tubuh Rizky pada jaket itu, yang jujur saja, sempat membuat Krystal sedikit terbuai dan membuat jantungnya berdebar-debar, Krystal melangkah lebih dulu menuju motor ninja Rizky.             Tak melihat ada sebuah plastik bening, yang entah dibuang oleh siapa di undakan anak tangga terakhir, Krystal akhirnya kehilangan keseimbangan tubuhnya. Gadis itu limbung ke belakang dan menjerit pelan. Tepat pada saat itu, Rizky yang memang berjalan di belakangnya langsung bergerak cepat dan melingkarkan lengannya pada pinggang gadis itu.             Kaget dengan tindakan Rizky, Krystal hanya bisa terdiam dan menatap kedua mata sang musuh lekat-lekat. Entahlah, tapi, Krystal merasa Rizky sedang menatapnya dengan cemas dan khawatir. Canggung dengan keadaan yang sedang terjadi, Krystal langsung menyeimbangkan kembali tubuhnya dan berdeham pelan untuk mengusir debaran aneh pada jantungnya.             “Lain kali hati-hati,” ucap Rizky datar. Kemudian, tanpa meminta persetujuan dari Krystal, Rizky menggamit tangan gadis itu dan menggenggamnya selama mereka berjalan menuju motor ninja laki-laki itu. Meninggalkan berbagi macam pertanyaan yang berseliweran di benak Krystal tentang sikap aneh Rizky hari ini.             S.O.S mungkin adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kejadian aneh yang terjadi hari ini pada dirinya, Rizky dan juga Azka. Karena, semua keanehan yang terjadi itu mungkin dikarenakan jiwa mereka membutuhkan pertolongan. Rizky yang mendadak selalu menolongnya, juga Azka yang mengaku suka padanya, padahal mereka baru sekali bertemu dan Krystal ingat dengan jelas bagaimana sikap cuek dan galak laki-laki itu padanya kemarin. Pertolongan? Seperti apa? Entahlah, Krystal juga tidak tahu. Yang jelas, tahu-tahu saja, dia mendadak menjadi tenang dan nyaman saat duduk di atas motor Rizky dan ketika musuhnya itu kembali merenggut kedua tangannya dan dipaksa untuk memeluk pinggang laki-laki itu. Sama seperti tadi siang. ~~~ Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Elang sudah sangat mirip dengan setrikaan usang Bundanya yang sudah almarhum dan disimpan dalam gudang, karena dari tadi dia hanya mondar-mandir nggak jelas di ruang tamunya. Hal itu sudah pasti karena Krystal belum juga muncul di rumah. Dia sudah berusaha menelepon Krystal sejak pukul empat sore tadi, namun, ponsel gadis itu tidak aktif. Sedangkan mau menelepon si b******k Rizky, Elang tidak mempunyai nomor ponsel laki-laki itu. Mau meminta nomor telepon rumah Rizky pada Ayah dan Bundanya yang sedang dinas keluar kota sampai lusa, Elang takut kedua orangtuanya akan curiga dan bertanya macam-macam. Memang, sih, saat tadi Krystal meneleponnya dan mengatakan bahwa dirinya ada di rumah Rizky, Rizky sudah berjanji akan memulangkan Krystal dalam keadaan utuh. Tapi, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda kemunculan mereka.             Bunyi bel rumahnya yang menggema membuat Elang langsung berlari menuju pintu utama. Begitu pintu tersebut terbuka, Elang langsung menelan pil pahit karena yang berdiri disana bukanlah sosok Krystal, sang adik kembar, melainkan pacarnya. Septi Prastiani.             “Kok, kayak nggak senang gitu aku datang?” tanya Septi lembut dengan senyum manis terukir di bibirnya. Melihat senyuman Septi itu, Elang ikut tersenyum dan mengajak gadis itu untuk masuk kedalam rumah.             “Bukannya nggak senang,” balas Elang seraya menutup pintu dan mencium kening Septi sekilas. “Krystal belum pulang dari tadi. Aku takut dia kenapa-napa.”             Septi memang baru berpacaran dengan Elang selama dua bulan ini. Mereka berdua berada dalam kelas yang sama. Septi juga sudah mengenal Krystal, adik kembar Elang yang sangat disayangi oleh laki-laki itu. Kedekatan Elang dengan Krystal membuat Septi tersentuh dan kagum. Dia juga sangat menyukai Krystal yang enerjik, ceria, suka tersenyum, ramah dan baik hati. Meskipun terkadang, Krystal bisa berubah menjadi singa betina yang kelaparan kalau sudah marah, apalagi bertempur di kancah tawuran.             “Kamu nggak perlu khawatir, Lang,” ucap Septi menenangkan. “Krystal udah gede. Dan aku yakin, dia bisa jaga dirinya.”             Sesaat lamanya, Elang dan Septi saling tatap. Keduanya tersenyum dan Septi membiarkan dirinya dipeluk dengan erat oleh Elang. Dia bisa merasakan hangatnya pelukan Elang dan detak jantung Elang.             Tak lama, bel rumah Elang kembali berbunyi. Elang melepaskan pelukannya pada Septi dan tersenyum lebar pada gadis itu. Elang sangat yakin, kali ini, Krystal-lah yang datang.             Bukannya Krystal yang dia lihat saat dia membuka pintu rumahnya, melainkan sesosok laki-laki bertubuh tegap atletis, memakai kaus lengan panjang berwarna abu-abu dan celana jeans berwarna biru dongker. Rambutnya rapih dengan mata yang berkilat tajam namun penuh keramahan. Senyum tipisnya membuat kesan angkuh pada diri laki-laki itu. Sesaat, Elang meneliti laki-laki yang berada di depannya itu.             “Krystal ada?” tanya laki-laki itu tanpa basa-basi.             “Lo siapa?” Elang balas bertanya dan mengabaikan pertanyaan laki-laki itu sebelumnya. Septi yang mendengarkan percakapan itu langsung mendekat dan berdiri tepat di belakang Elang. “Ada keperluan apa sama adik gue?”             “Gue Azka Calvaro,” jawab laki-laki itu tegas. “Gue ada sedikit urusan sama adik lo.”             Elang terdiam. Dia berusaha mengingat-ingat dimana dia pernah melihat Azka sebelumnya karena wajah laki-laki itu sangat familiar di benaknya. Kemudian, Elang menjentikkan jarinya dan menunjuk wajah Azka lurus-lurus.             “Lo laki-laki yang tadi siang nyeret adik gue ke mobil lo, kan?” tanya Elang dengan nada melengking. Di depannya, Azka mengangkat satu alisnya.             Belum sempat pertanyaan itu terjawab, suara deruman motor terdengar dari depan pagar rumah Elang. Azka, Elang dan Septi langsung menoleh dan melihat sosok Krystal yang turun dari atas jok motor, disusul oleh Rizky. Keduanya masuk kedalam rumah dan terkejut saat melihat sosok Azka yang berada di dekat Elang.             “Oom Azka?”             “Jangan panggil gue Oom,” balas Azka datar. Kesal juga dia, dipanggil Oom terus-terusan oleh Krystal. Memangnya, tampangnya sudah tua, apa? “Panggil gue Azka aja.”             Melihat kedatangan Rizky, Azka langsung menatap laki-laki itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ketika tatapannya kembali ke mata Rizky, kedua laki-laki itu saling melempar tatap tajam, seolah ingin membunuh satu sama lain.             “Ya udah,” sela Septi yang bisa melihat situasi diantara Rizky dan Azka mulai memanas. “Gimana kalau semuanya masuk dulu? Kita ngobrol didalam aja.”             Elang dan Krystal menyetujui usul itu dan mengangguk. Sekalian, Elang ingin menginterogasi Rizky atas keterlambatannya memulangkan Krystal. Namun, baru saja mereka berjalan kurang lebih enam langkah, lampu di rumah itu tiba-tiba padam. Mereka berlima kontan berhenti melangkah dan menjadi waspada. Pintu rumah sudah ditutup oleh Elang, sesaat sebelum lampu tiba-tiba padam dan ketika semua orang sudah masuk kedalam rumah.             “Kok mati lampu?” tanya Krystal panik.             “Lo nunggak bayar listrik, ya, Lang?” tanya Rizky dengan nada mencemooh.             “Sekali lagi lo berani ngomong, gue lempar lo ke kolam ikan piranha!” sungut Elang.             “Emang di rumah lo ada kolam ikan piranha? Bukannya kolam ikan mujair, ya?” ledek Rizky lagi.             “Udah, deh, nggak usah ngeributin hal yang nggak berguna kayak gitu.” Azka angkat bicara. “Yang punya rumah mendingan cari lilin, deh!”             Saat sedang ribut-ribut dalam keadaan mati lampu itulah, terdengar bunyi-bunyi aneh dari depan pintu rumah Elang dan Krystal. Otomatis, kelimanya berhenti bersuara dan menajamkan pendengaran mereka. Suara-suara aneh itu makin jelas terdengar, disusul bunyi berdebam keras yang berasal dari pintu rumah Elang dan Krystal, hingga menyebabkan kelimanya terlonjak kaget.             “Ap—apaan, tuh?” tanya Krystal takut. Gadis itu berbisik memanggil Elang dan langsung di ceramahi oleh Rizky.             “Ssst, Krystal! Jangan ribut! Kalau itu pencuri, gimana? Terus bawa senjata tajam. Bisa-bisa, kalau dia dengar suara kita, dia langsung ngedobrak pintu dan masuk serta ngabisin kita semua.”             Tidak ada suara lagi. Masing-masing sibuk menenangkan diri dan pikiran liar mereka. Kelimanya kini menatap ke arah pintu rumah dan menelan ludah susah payah. Terdengar bunyi ‘ceklek’, disusul pintu rumah yang perlahan terbuka. Lalu, kelimanya menatap ngeri sosok yang berdiri menjulang, hampir menyamai tinggi Rizky, Elang dan Azka, di depan mereka. ~~~  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD