4

914 Words
Raffa menatap bayangannya di cermin yang terdapat dikamarnya. Menggunakan baju kemeja berwarna putih dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam. Ia sudah lama tak pernah se-formal ini jika keluar, apa lagi makan malam. Biasanya ia akan menggunakan kaos polos di tambah jaket dan celana jeans. Menurutnya itu cukup. Tapi entah kenapa ia ingin terlihat dewasa malam ini bersama Vanna. Melipat lengan kemeja sampai ke-siku, membuka dua kancing kemeja yang paling atas lalu Raffa mengeluarkan sisir kesayangannya yang berwarna pink tersebut untuk menyisir rambutnya dan mengacaknya kembali. Entah maksudnya apa, tapi ia suka dengan cara seperti itu. Sentuhan terakhir sebelum ia pergi. Menggunakan parfum ke seluruh bajunya lalu menatap dirinya kembali ke cermin. Senyuman tercetak jelas dibibirnya. "Sempurna." Gumam-nya lalu mengambil kunci mobil di nakas dan keluar menggunakan mobil kesayangannya. °°° "Bagus sih, tapi gak cocok banget sama style gue." Gumam Vanna sambil terus men-scroll ponselnya. "Oh ayolah. Bentar lagi Raffa dateng ..." Vanna mengacak rambutnya kesal. Teringat sesuatu, Vanna langsung menatap layar ponselnya kembali lalu mengetik 'pakaian yang bagus untuk dinner tetapi terlihat sederhana.' Katakanlah ia aneh. Tapi ini merupakan pertama kalinya ia akan dinner bersama cowok. Siapa pun yang baru merasakannya pasti ingin terlihat cantik. Setelah sekian kalinya men-scroll mata Vanna menangkap gambar yang tertera diponselnya "Gotcha, ini bagus." Vanna bangkit dari duduknya lalu bergegas masuk kedalam kamar mandi. Raffa memarkirkan mobilnya didepan rumah Vanna. Setelah mematikan mesin mobilnya, ia keluar dari mobil lalu memencet bel rumah Vanna. Seorang wanita yang umurnya berkisar 38-an membuka pintu. "Siapa ya?" Raffa mengeluarkan senyumannya. "Saya Raffa, temannya Natasya." Wanita tersebut tersenyum lalu mempersilahkan Raffa masuk. "Tasya masih persiapan, Tante panggil dulu ya." "Iya Tan." Setelah wanita tersebut pergi, Raffa mengedarkan pandangannya keseluruh ruang tamu. Terlihat sederhana, tapi menarik. Dan diruang tamu tersebut terdapat beberapa foto diantaranya foto Vanna saat kecil. Raffa berjalan mendekati foto tersebut lalu tersenyum tipis. "Manis." Setelah memakai pakaiannya, Vanna duduk dimeja rias lalu mengoles bedak tipis dan lipbalm dibibir tipisnya. Tok tok tok Vanna menoleh kearah pintu lalu membukanya. "Tasya, pacar kamu sudah dateng tuh." Kata Dila -Mama Vanna- sambil tersenyum. "Iihh Mama. Dia bukan pacar Tasya. Hanya kakak kelas." Ucap Vanna membantah kata pacar tersebut dan menekankan kalimat akhirnya. Dila tersenyum lalu mengelus rambut Vanna "Iya deh, cepet turun. Kasihan nak Raffa-nya nunggu kelamaan." Vanna mengangguk lalu masuk kembali kamarnya dan mengambil tas kecil lalu keluar dan turun ke lantai bawah. Langkah Vanna terhenti ketika melihat Raffa yang sedang melihat bingkai yang terdapat di ruang tamunya. "Maaf lama." Raffa menoleh dan menatap Vanna tak percaya. Cantik. Batinnya bersuara. Dilihatnya Vanna yang menggunakan mini dress biru selutut, dengan sepatu berwarna putih, dan rambut panjangnya digerai. Vanna yang ditatap seperti itu hanya menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kikuk. "Kenapa? Aneh ya?" Raffa tersadar lalu mengeluarkan senyumnya. "Gak kok. Lo cantik." Vanna memerah mendengarkan perkataan Raffa. "Ekhm." Raffa dan Vanna tersadar lalu menoleh kearah Dila yang entah sejak kapan disamping Vanna. "Tante, saya pinjam Tasya sebentar." Dila mengangguk. "Jangan pulang kemalaman ya." Raffa mengangguk. "Iya Tan." Vanna menyalim Dila di ikuti Raffa. "Tasya jalan dulu Ma." "Iya hati-hati." Raffa dan Vanna keluar dari rumah dan menuju mobil Raffa yang terparkir manis didepan rumah Vanna. Raffa membuka pintu mobil untuk Vanna dan menunduk "Silahkan masuk tuan putri." Vanna tersenyum geli "Thanks." Katanya lalu masuk kedalam mobil. Raffa tersenyum lalu memutar dan masuk ke bangku pengemudi. Ia menginjak pedal gas dan melajukan mobil ke arah yang ia tuju. Sesekali ia melirik Vanna yang duduk diam disampingnya. "Lo cantik." Vanna menoleh dan menatap Raffa. "Makasih." "Cerita tentang lo." "Buat apa?" "Buat gue lebih mengenal lo." Vanna berpikir sejenak. "Gue hobi baca novel dan sejarah. Gue orangnya mager terus suka gabut gak jelas. Suka denger lagu. Gue tipe cewek baperan. Masa gue hanya dengerin lagu yang liriknya sedih gue nangis. Apa lagi kalo gue baca atau nonton pemeran utamanya mati, gue nangis seharian. Gue orangnya gak pemilih soal makanan. Udah gitu aja. Sekarang lo." Raffa mengangguk mendengarkan cerita Vanna. "Kalo gue, em apa yah. Menurut gue, gue gak ada hobi mungkin. Eh hobi gue suka kerjain orang." Vanna memukul lengan Raffa membuatnya meringis. "Hobi apaan itu." "Hobi orang kan beda-beda. Entah itu hobi yang aneh sekalipun." "Kembali ke topik. Gue orangnya pemilih soal makan. Gue gak suka seafood kecuali ikan." Vanna hanya diam. Raffa melirik Vanna. "Lo udah pernah pacaraan?" "Gak pernah." Raffa menatap Vanna heran lalu memfokuskan dirinya lagi kejalan raya. "Kenapa?" "Gue hanya nunggu orang yang pas buat gue. Nerima gue apa adanya. Gak mandang kekurangan gue. Gue rasa semua cowok itu sama aja, berjuang pas awal doang, kalo udah dapet, udah deh, ditinggalin. Gue juga rasa semua cowok itu gampang bosan dan gak tetap pada pendirian. Dan gue gak mau itu terjadi pada gue." Vanna melirik Raffa yang hanya diam menatap lurus kejalanan. "Lo sekarang." "Gue pernah punya pacar..." Vanna menatap Raffa dengan kepo. "Gue sama dia bisa dibilang cocok. Kalo ga salah hampir sekitar dua tahun gue sama dia pacaran. Tapi pas gue masuk SMA dia hilang. Bahkan dia gak pamit pas pergi. Gue juga ga tau dia kemana. Dan gue tarik kesimpulan, gue sama dia putus saat itu juga." Entah kenapa, Vanna tak tenang. Ia merasakan hal aneh dalam dirinya. Seperti perasaan tak rela. Tetapi mendengar kata putus, hatinya sedikut lega. Tapi kenapa ia seperti ini? "Lo belum move on?" Tanya Vanna hati-hati. Tepat saat itu mobil Raffa berhenti. Tetapi Vanna tetap menatap Raffa, menantikan jawaban dari Raffa. "Kita sampai." Raffa melepas seatbelt lalu keluar dari mobil. Melihat itu, Vanna hanya menghela napas. Sepertinya belum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD