Bab 2

1049 Words
"Ringgo, Mami tidak akan pernah bosan meminta agar kau cepat menikah. Lihat sahabat-sahabatmu, Bima dan Tya sudah memiliki anak, begitu juga Abe dan Camelia, mereka bahkan akan memiliki anak kedua. Adikmu Rizka sudah menikah dan memiliki anak, sedangkan kau, di usia tiga puluh sembilan tahun masih terus melajang!" Jenia melotot pada anaknya itu. Dan kini kedua laki-laki berbadan tinggi dan besar itu, Ringgo dan Ronan Tahitu sedang duduk di ruang keluarga, rumah utama Tahitu. Keduanya saat ini disidang Ibu mereka, Jenia William. Jenia William adalah istri pertama Ray Tahitu dan keduanya telah bercerai setelah mantan suaminya itu ketahuan memiliki wanita simpanan dan memiliki dua anak dari perempuan itu, yaitu Ronan Jacob Tahitu dan Rizka Joanna Tahitu. Ray dan Mariana, wanita simpanannya tersebut tidak pernah menikah. Dan Mariana sudah meninggal dunia saat kedua anaknya masih kecil. Ray mengasuh kedua anaknya dari Mariana dan Ringgo memutuskan tinggal di rumah ayahnya saat dia melihat adik-adiknya sering ditinggal oleh Ray yang sering pergi tour dengan group bandnya. Belum lagi Ray yang masa itu adalah pecandu narkoba dan sering mabuk-mabukan dan hidupnya lebih lama di luar daripada menjaga anak-anaknya. Ringgo lah yang menjadi sosok ayah untuk kedua adiknya dan Langit membantu menjaga, saat Ray mengangkatnya menjadi anaknya. Menjadi anak dari seorang penyanyi rocker terkenal bukanlah hal yang mudah, banyak tekanan, sorotan, belum lagi orang-orang yang memanfaatkan mereka. Kakek mereka Edward Adeo Tahitu yang berdarah Ambon menikah dengan perempuan Jerman dan salah satu orang terkaya dan terpandang di Indonesia bahkan di dunia bisnis internasional. Keluarga Tahitu keluarga pebisnis kaya raya sejak dari kakek buyut mereka. Sedangkan dari pihak ibu Ringgo yang berdarah Minahasa-Belanda dari keluarga pejuang dan terpandang. Hal ini membuat Ringgo dan kedua adiknya disorot sebagai anak milyuner, anak dari seorang penyanyi rocker legendaris , anak dari seorang sosialita, dan masih banyak cap yang mereka terima. Saat berusia tiga belas tahun, Ringgo meminta izin pada ibunya untuk tinggal bersama adik-adiknya walaupun hak asuh untuknya berada dipihak ibunya. Jenia tidak mau kembali rujuk pada Ray, tetapi Jenia memiliki hati yang besar dan bisa menerima dua anak dari simpanan mantan suaminya itu dan menganggap mereka seperti anak sendiri. Jenia juga menerima Langit yang diangkat Ray menjadi anaknya. "Mam, tarik nafas Mam." Ringgo tersenyum geli melihat ibunya yang gusar. "Anak ini, benar-benar!" Jenia geram dan putus asa melihat anak satu-satunya itu belum juga menikah. "Roe, kamu juga ingin mengikuti jejak kakakmu? Tidak menikah?" Kali ini Jenia memarahi Ronan anak mantan suaminya itu. "Mami jangan marah-marah, nanti Mami cepat tua." Ronan bergumam. "Mami memang sudah tua dan kalian juga sudah tua! Ya Tuhan, aku hanya ingin memiliki cucu dari kedua anak laki-lakiku." "Jadi,  Mami tidak menganggap cucu dari anak perempuan? wah... kalau Rizka mendengar ini pasti dia sedih." Ronan pura-pura memasang wajah sedih. "Dasar anak kurang ajar, tentu saja mami sayang pada Phoenix dan kalian mengerti maksud Mami!" Ringgo dan Ronan mengangguk kompak supaya Ibu mereka tenang. "Kalian ini persis seperti Papi kalian." Jenia melotot pada anak-anaknya. "Waktu Papi seumuran kami, dia sudah punya istri dan tiga anak Mam, jelas kami berbeda dari Papi." Ringgo berbicara sambil terus menatap ibunya geli. "Mami tidak mau tau, kalian harus menikah. Dan kamu Ringgo, kamu menunggu apa lagi? ada Dina yang cantik, berpendidikan dan dari keluarga baik-baik yang mencintaimu." "Mam, aku menganggap Dina hanya sebagai adik, mungkin Roe berminat?" Ringgo melirik adiknya Ronan. "Aku belum berminat untuk menjalin hubungan dengan siapapun." Ronan menjawab enteng. "Ada apa kalian ribut-ribut?" Ray turun dari kamarnya dari lantai atas, dan baru selesai mandi, wajahnya kelihatan lelah karena ada reuni tour yang dilakukan oleh bandnya. "Kau memang tidak pernah memperhatikan anak-anak, kau tau bahkan Ringgo sampai saat ini belum menikah, kau selalu sibuk dengan bandmu itu." Jenia memandang sengit kepada mantan suaminya. Ray meminum kopi yang baru diantar ke meja. "Jenia, mereka sudah besar, kalau mereka belum ingin menikah, kenapa harus dipaksa?" ucap ray sambil menyalakan rokok. Ray Tahitu masih kelihatan tampan di usianya yang sudah melewati umur enam puluh tahun dan Jenia William selalu cantik dari masa mudanya sampai hari ini. "Kau tidak menginginkan cucu?" Jenia melotot marah pada Ray. "Ada Phoenix anak Langit dan Rizka, bahkan sebentar lagi mereka akan memiliki anak kedua, jadi apa masalahnya?" Ray kembali menjawab santai sambil memandang mantan istrinya itu dengan geli. "Astaga Ray! kau perlu keturunan untuk membawa nama keluargamu!" "Anak Langit juga bernama Tahitu." "Oh kau tau maksudku Ray, tapi Langit sekarang membawa nama keluarga Syalendra." "Jenia, tidak semua hal bisa kita paksa pada anak-anak." "Kau tidak akan mengerti, aku tidak mau Ringgo kesepian di masa tuanya, begitu pun juga dengan Roe." "Ada anak langit, dan anak-anak sahabatnya yang selalu menemaninya dan membuat rumah ini seperti taman kanak-kanak setiap minggu, jadi kau tidak perlu kuatir masa tua Ringgo, dia akan memiliki banyak keponakan dan Roe, dia akan baik-baik saja. Benar kan, boys? " Mereka mengangguk dan mengacungkan jempol pada ayah mereka. "Ringgo dan Roe perlu pendamping dan pasangan hidup." "Jenia... kau saja tidak menikah setelah kita berpisah, artinya tidak semua orang butuh pasangan." Jenia sangat berang pada Ray yang bersikap santai. "Aku sudah memiliki anak untuk masa tuaku, sedangkan mereka?" Ray tertawa sambil menggelengkan kepalanya geli. "Jenia, biar mereka yang memutuskan." Jenia mengabaikan suaminya yang dianggap terlalu santai menghadapi apapun. "Ringgo, Mami minta supaya kau menikah dengan Dina, Mami sudah bosan mengenalkan perempuan padamu, kali ini harus Dina yang menjadi calon istrimu." Kali ini Jenia tidak akan lagi memberi keringanan untuk Ringgo dan Ringgo tahu kalau ibunya pasti akan memaksanya menikahi Dina, putri sahabat Ibunya itu. Ringgo mengusap wajahnya lelah, mungkin ini saatnya dia berterus terang, dia juga sudah lelah dengan rahasia ini. Ringgo pun menatap kedua orang tuanya serius. "Aku sudah menikah dan punya anak," ucap Ringgo tiba-tiba. Ray dan Jenia tampak terhenyak mendengar pernyataan anaknya, bahkan Ronan yang terkenal cuek ikut terperangah. Ray tertawa."Nak, kau pasti bercanda, apa istilah sekarang? Frank sinatra?" "Prank, Papi." Ronan mengoreksi sambil tertawa geli. "Whatever." Ray mengangkat bahu tidak peduli. "Aku benar-benar sudah menikah. Dan aku menikah delapan belas tahun yang lalu." ucap Ringgo dengan sungguh-sungguh. "Aku hanya memberitahukan hal ini pada Langit karena aku memintanya untuk mencari istri dan anakku dan satu orang lagi yang tahu, Abraham Soetedja." Kali ini, Ray, Jenia dan Ronan benar-benar terkejut. "A-apa? Kapan? Di mana? Dan demi Tuhan, siapa gadis itu?!" Jenia memengan dadanya. "Ringgo kamu jangan bercanda!" Jenia menatap putranya tajam meminta penjelasan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD